Mohon tunggu...
Eric Brandie
Eric Brandie Mohon Tunggu... Penulis - Sosiolog

Kajian realitas dan dimensi sosial Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NKRI Harga Mati Vs Residu Terorisme

28 Maret 2021   19:19 Diperbarui: 28 Maret 2021   20:33 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita juga tidak perlu secerdas Albert Einstein untuk segera insyaf menyadari bahwa membunuh manusia siapapun dia adalah kekejian memilukan dan niscaya telah serta-merta menentang otoritas Tuhan/Allah secara terbuka terang-terangan (refleksi penyesalan Abert Einstein terhadap pembunuhan massal bom atom)

Dalam perspektif sosiologi, masyarakat beserta perilaku sosial dikategorikan dalam klaster besar dan kecil. Kecendrungan masyarakat klaster besar senantiasa berperilaku normatif sedangkan kelompok masyarakat klaster kecil cendrung berperilaku sebaliknya.

Di atas semua itu, segala fenomena perilaku yang terjadi pada masyarakat amat memiliki korelasi/keterkaitan erat terhadap berbagai aspek,  di antaranya tiga komponen dasar primer yakni: kesejahteraan hidup, pendidikan formal, jaminan hukum. Yang mana secara keseluruhannya dalam perspektif bernegara merupakan fungsi dan tugas negara untuk mengimplementasikannya secara konsekwen berkesinambungan.

Maka terkait ironisme aksi terorisme maka siapakah sesungguhnya yang sepatutnya bertanggung jawab? 

- Pertama-tama tentu saja setiap manusia usia dewasa wajib mempertanggungjawabkan apapun hasil olah pikir berikut apapun juga tindakannya.

- Organisasi keagamaan yang notebene mapan dan relevan sudah semestinyalah turun gunung menjangkau, merangkul mereka yang terindikasi telah terjangkit faham-faham menyimpang/radikal. Amat disesalkan sekali apabila adanya sikap pembiaran oleh dalih satu dan lain hal. 

Sebagaimana juga yang telah kita ketahui bersama MUI telah berulangkali berinisiatif merangkul oknum-oknum yang dianggap sesat aliran keIslaman mereka. Maka inisiatif yang sama tentu saja amat diperlukan dalam rangka merangkul kembali mereka para anak bangsa korban indoktrinasi faham terorisme. Sebaliknya tentu akan tampak ambigu di mata masyarakat ketika MUI giat menginsyafkan komunitas aliran yang dianggap sesat namun terkesan apatis saja terhadap kelompok dengan aliran penghalal aksi terorisme.

- Berikutnya, Pemerintah selaku pemangku kebijakan negara, pengayom, pelindung segenap rakyat sangat mampu bahkan wajib mengambil langkah-langkah tegas efektif-preventif dalam rangka sterilisasi negara dari unsur-unsur yang berpotensi membahayakan bangsa baik dari luar maupun dalam negeri, termasuk kejahatan terorisme. 

Langkah-langkah ini selain bersifat preventif haruslah komprehensif  tanpa beban sedikitpun. Yang bermakna,  hanya akan membuahkan hasil jika dilaksanakan secara konsekwen tegas-terukur tanpa ragu. Tuntas tanpa menyisakan sedikitpun "residu" para teroris di berbagai lini berbangsa kita, sebut saja para mujahid yang masih tersisa bergerilya di berbagai pedalaman, simpatisan-simpatisan yang sangat mungkin menyusup di instansi/lembaga negara, partai politik, hingga ormas-ormas di berbagai daerah. 

Sebab jika tidak tuntas tanpa sedikitpun "residu" maka kembali sebagai salah satu dampak fatalnya adalah seperti pernyataan Nasir Abbas di atas:

"alasan pelaku melakukan teror bom bunuh diri adalah untuk balas dendam kepada aparat penegak hukum yang dalam beberapa bulan terakhir kerap menangkap anggota JAD dan MIT di wilayah Sulawesi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun