Mohon tunggu...
Erick Sowong
Erick Sowong Mohon Tunggu... -

Pekerja di bidang Komunikasi Pemasaran, dan memiliki perhatian yang tinggi akan sejarah, politik, serta pemasaran secara umum. Dan karena menyadari bahwa setiap manusia diciptakan untuk memuliakan Pencipta-NYA, ia pun berusaha melaksanakan tujuan penciptaan dirinya tersebut dengan usaha yang keras.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cabai Rawit yang Pedas

26 September 2010   17:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wow, hari Minggu (27 September 2010) ini adalah hari yang luar biasa! Disebut demikian karena ada beberapa pertanyaan dalam hati yang dijawab TUHAN melalui beberapa peristiwa.

1. Cabe rawit menghilangkan kantuk
Saat di Gereja tadi, sebelum ibadah dimulai, saya sempat merasakan kantuk yang luar biasa. Saya berpikir. "Wah kalo terus ngantuk begini, bisa-bisa ketiduran pas Firman TUHAN nih...gawaat!"

Saat sedang berusaha keras melawan kantuk yang menyerang, memori saya melayang saat dalam perjalanan dinas ke salah satu Mal di Jakarta untuk meeting, sang supir berkata bahwa biasanya dirinya melawan kantuk dengan mengunyah cabai rawit dan telor asin. Wah bisa dicoba nih! Cuma cari telor asin n cabai dimana coba? Lalu saya teringat tadi pada saat membeli snack di Gereja, diberikan cabai rawit juga dalam bungkus snacknya. Berarti si ibu memiliki cabai rawit dong, bolehkan diminta 1 batang saja. Saya pun bergegas ke stand snack tersebut, dan mengambil cabai rawit 1 batang. Saya kunyah semuanya, telan dan walaaaa! Kantuk pun hilang! Saya pun kembali ke kursi saya dan mengikuti jalannya ibadah dengan baik.

Nah coba renungin deh, cabai rawit dapat menghilangkan kantuk di saat-saat kita sebenarnya tidak boleh mengantuk, apalgi tertidur. Begitu pula dengan diri kita, seharusnya semua hal buruk yang kita alami -entah itu: Dimusuhi/dihina/diremehkan/dianiaya orang tanpa sebab, ataupun hal yang mendatangkan dukacita bagi diri kita- dimaknai sebagai cara TUHAN untuk menghilangkan sifat buruk dalam diri kita, mengupgrade, mendewasakan diri kita menuju ke tahapan yang lebih baik. Tugas kita adalah memilih respons yang akan kita keluarkan terhadap situasi tersebut. Jika kita merespons secara benar, pasti kita menuju ke tahapan yang lebih baik sesuai dengan kehendak TUHAN. Mau ke tahapan diri yang lebih baik? Mari responi segala situasi buruk dengan benar!

2. Mencobai TUHAN
Pernah tergoda untuk mencobai TUHAN gak? Saya dulu sering, dan saat melakukan itu saya berlindung bahwa apa yang saya lakukan adalah langkah iman.

Jadi saya mencobai TUHAN dengan cara melangkah/bertindak/melakukan sesuatu tanpa persetujuan TUHAN (meski yang dilakukan bukan kejahatan secara pandangan dunia) dan berasumsi bahwa TUHAN akan menolong/membuat mukjizat, padahal langkah dan tindakan saya itu diluar kehendak TUHAN. Hasilnya gimana? Gatot booo! Gagal setotal-totalnya!

Wew, jadi kudu ditelisik setiap niatan yang timbul di dalam hati. Apakah itu adalah kehendak TUHAN atau hanya keinginan diri kita semata?

Ok, hari sudah berganti, dan waktunya untuk istirahat. Btw saya tidur duluan ya, waktu sudah menunjukkan jam 12:03 AM. Thanks for coming frenz!

[caption id="" align="alignleft" width="291" caption="Sumber gambar: Google"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun