Mohon tunggu...
Ericho Nanda
Ericho Nanda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Indonesia tinggal di Melbourne

Peminat Musik dan Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita di Balik Goa Pindul

9 Oktober 2016   16:40 Diperbarui: 12 Juli 2017   15:58 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 07 September 2015 saya bertemu pak Subagyo, penggagas objek wisata Goa Pindul, sambil menikmati makan siang saya pun bertanya seputar Goa Pindul. Saya bertanya tentang bagaimana latar belakang Goa Pindul, apa yang membuat eksistensi Goa Pindul semakin melangit dan apa dampaknya bagi tatanan sosial di sekitar wilayah Goa Pindul. 

Berangkat dari beberapa pertanyaan itu saya memutuskan untuk menulis dan menghubungi pak Subagyo kembali guna memperoleh data sebagai bahan tulisan, maka pada hari Sabtu, 23 Januari 2016 kami pun sepakat untuk tanya jawab via telepon, cerita pun dimulai.

Pembentukan Pokdarwis Dewa Bejo

Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona dalam meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan manfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.

Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Beji Harjo atau yang biasa disebut “Pokdarwis Dewa Dejo” didirikan pada bulan Juni 2010, pak Subagyo yang menjadi ketuanya. Setelah organisasi ini didirikan pemilihan destinasi unggulan pun dilakukan, saat itu pak Subagyo mengusulkan Goa Pindul yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karang Mojo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I.Y untuk menjadi destinasi unggulan. 

“Ternyata itu semua setuju, pada waktu itu kan 11 orang anggota pokdarwisnya” ungkap pak Bagyo. 

Setelah menetapkan destinasi unggulan, kerja bakti untuk pembersihan Goa pun dilakukan “dari kerja bakti pun yang aktif hanya empat orang, jadi yang tujuh orang itu nda tau arahnya kemana, empat orang itu termasuk saya,  pak Tukijo, pak Ratmin dan pak Pramuji” ungkap pak Bagyo dalam logat Jawanya yang khas.

Tibalah pada acara tahunan Santur Pejabat Gunung Kidul, pada kesempatan itu pak Bagyo masuk dan menyampaikan visinya kepada pejabat Dinas Pariwisata terkait dengan pengembangan Goa Pindul, bak gayung bersambut, visi pak Bagyo pun disetujui  oleh Dinas Pariwisata, pada saat itu pak Bagyo tidak meminta dana kepada Dinas Pariwisata hanya swadaya saja.

dsc-4972-jpg-5965e49d201ebd3d296b85a2.jpg
dsc-4972-jpg-5965e49d201ebd3d296b85a2.jpg
Dulunya tempat mencuci masyarakat

Awal mulanya Goa Pindul adalah tempat mencuci masyarakat, memandikan ternak, tempat memancing bahkan tempat untuk membuang hajat. “Pokoknya semua kegiatan yang jelek-jelek disitu” ungkap pak Bagyo. Belum lagi di lubang kedua ada lubang goa vertikal untuk menuju ke pertengahan goa pindul, lubang ini seakan menjadi tempat favorit masyarakat untuk membuang sampah, terutama sampah-sampah pecahan kaca bekas alat rumah tangga, gelas, piring, pecahan kaca mobil dan sebagainya. 

Harapan masyarakat setelah membuang sampah kaca ke dalam lubang goa itu maka urusan pun selesai. Tetapi ternyata kebiasaan membuang sampah kaca tersebut menjadi kendala tersendiri bagi pak Bagyo dan kawan-kawan. Dibutuhkan waktu empat bulan untuk membersihkan Goa Pindul, “ ya yang paling lama membersihkan lubang pembuangan kaca itu, karena kami harus menyelam untuk mengambil kaca, begitu setiap harinya” kenang pak Bagyo.  Bahkan saat itu pun pak Bagyo dan kawan-kawan di cap sebagai “wong edan” oleh masyarakat setempat karena membersihkan Goa, bisa dipahami memang, tak banyak masyarakat yang sadar akan potensi wisata Goa Pindul.

Modal Dengkul

Setelah serangkaian pembersihan Goa Pindul, perbaikan akses ke Goa dilakukan dan Goa Pindul siap dibuka kemudian timbul masalah baru, yakni tidak adanya modal dan sarana prasarana untuk menyusuri goa.  “Kalo orang Jawa bilang modal dengkul, nda ada orang yang berkapital disitu, saya pengangguran, pak Tukijo pekerja seni tidak ada biaya, pak Ratmin jual bakso tapi belum terlalu laku, mas Pramuji hanya petani tulen, jadi tidak bisa diandalkan untuk biaya, pada waktu itu hanya semangat saja” kenang pak Bagyo. 

Lalu empat serangkai ini pun mengambil sikap untuk meminjam peralatan dari objek wisata lain yang sudah berjalan, peralatan yang di pinjam antara lain: jaket pelampung, ban, sepatu dan helm. Terhitung ada tiga objek wisata yang dipinjam peralatannya, masing-masing objek wisata ini dipinjam peralatannya hingga tiga kali, akhirnya lama kelamaan pokdarwis dewa bejo pun merasa malu karena sering meminjam alat, lalu mereka memutuskan untuk meminjam modal dari bank setempat meskipun saat itu belum ada pemasukan dari Goa Pindul. Sejumlah uang pun diperoleh namun nanya cukup untuk membeli dua ban, dua jaket pelampung dan satu helm.

Akhirnya Goa Pindul resmi di buka

Sebelum Goa Pindul dibuka untuk umum, ternyata ada syarat-syarat atau tradisi yang harus dilakukan sesuai dengan kepercayaan masyarakat Jawa, karena menurut masyarakat setempat, Goa Pindul itu tempatnya makhluk halus, dikhawatirkan ketika nanti dibuka timbul masalah lain yang terkait dengan hal mistik. Meskipun bertentangan dengan ajaran agama, tetapi karena ini tradisi yang di percayai oleh masyarakat Jawa kasepuhan akhirnya syarat-syarat atau tradisi itu pun dilakukan. 4 Oktober 2010 Goa Pindul resmi dibuka, dibuka oleh Bupati Gunung Kidul alm Prof. Dr. Ir. Sumpeno Putro, M.Sc. yang saat itu baru satu bulan dilantik sebagai Bupati Gunung Kidul. Setelah resmi di buka untuk umum, belum banyak wisatawan yang datang, hanya masyarakat setempat saja, masyarakat setempat diajak untuk menyusuri Goa Pindul dengan harapan masyarakat dapat menceritakan kepada pendatang tentang eksotisme Goa Pindul. 

Saat itu pun belum ditetapkan harga resmi untuk masuk ke Goa Pindul, wisatawan hanya membayar secara sukarela, “sepuluh ribu atau dua puluh ribu kami terima”, ungkap pak Bagyo. Para anggota Pokdarwis Dewa Bejo yang mejadi pemandunya. Empat bulan pertama terhitung ada 98 wisatawan yang berkunjung diluar masyarakat desa, sedikit demi sedikit uang hasil pemasukan Goa Pindul dikumpulkan untuk tambahan pembelian alat. Baru pada awal 2011 paket wisata dibuat, pada tahun yang sama kawasan objek wisata Goa Pindul juga mendapat bantuan dari Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk membenahi sisi bisnis dan management pengelolaan objek wisata. 

Terbukti hanya dalam waktu dua tahun setelah dibuka, objek wisata Goa Pindul Mampu memdatangkan puluhan ribu wisatawan. Sungguh prestasi yang luar biasa. Hal ini tentu berdampak baik tatanan sosial kawasan sekitar lokasi Goa Pindul, perekonomian masyarakat pun membaik, masyarakat yang merantau ke luar daerah pun kembali lagi ke kampung halamannya untuk mengisi profesi baru, sebagai pemandu wisata, penjual souvenir, penyewaan toilet umum, menyewakan kamar rumahnya(home stay) dan sebagainya. Memang aktifitas pariwisata memberikan efek berganda(multiplier effect) bagi pihak-pihak yang bersinggungan langsung dengannya.

Eksotisme Goa Pindul

Goa pindul termasuk dalam kategori goa basah, artinya didalam goa terdapat aliran sungai, Goa Pindul sendiri memiliki panjang sekitar 300 meter dengan tinggi sekitar 4 meter dan kedalaman sungai hingga 12 meter. Dinding bagian dalam Goa Pindul berhiaskan bebatuan stalaktit dan stalakmit yang indah nan alami sebagai ciri khas goa. Wisatawan juga dapat menyaksikan penghuni goa yang berterbangan kesana kemari, yaitu Kelelawar. Wisatawan di ajak untuk menyusuri goa dengan menggunakan jaket pelampung dan ban. 

Aktifitas ini konon dikenal dengan istilah “cave tubing“. Menyusuri Goa Pindul dengan menggunakan ban, merasakan dinginnya air yang menyentuh tubuh, menikmati pemandangan batu stalaktit dan stalakmit dengan penerangan yang minim sambil mendengarkan paparan sejarah yang didendangkan pemandu mungkin akan jadi pengalaman baru yang sangat berkesan. Belum lagi ditengah goa ada batu tempat untuk terjun bebas, tepat diatas batu ini terdapat lubang yang mengizinkan cahaya matahari untuk masuk untuk menerangi goa. 

Sungguh pemandangan yang indah. Untuk menyusuri goa waktu yang dibutuhkan sekitar 45 menit, namun ada baiknya jika anda ingin berkunjung ke Goa Pindul dilakukan pada saat musim kemarau bulan April-September karena pada musim kemarau air sungai akan terlihat hijau segar, berbeda ketika musim hujan bulan Oktober-Maret, air akan terlihat coklat keruh. (erichonanda-020216)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun