Dongkol benar hati saya baca timeline Twitter hari ini. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lagi-lagi diserang gara-gara silaturahmi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Jokowi tempo sore. Banyak fitnah yang ditebar kaum kampret sompret ini. Dari mulai main dua kaki, tidak membantu sampai jadi musuh dalam koalisi Prabowo-Sandi. Padahal, SBY punya kontribusi besar sebagai vote-getter koalisi 02.
Di bawah arahan SBY, kader-kader Demokrat pasang badan untuk Prabowo-Sandi. Kita sudah sama-sama paham betapa gigihnya sosok-sosok berseragam biru ini mendukung kemenangan koalisi 02. Â Mereka mengaum di medsos sampai talkshow televisi. Mereka muncul di media massa sampai mengetuk pintu ke pintu untuk meyakinkan rakyat.
Segenap aktivitas kader-kader demokrat yang dikaryakan di BPN Prabowo-Sandi tidak lepas dari arahan SBY. Ketua Umum Demokrat ini juga nyata-nyata berkontribusi besar dalam memberi saran dan masukan sehingga acara-acara kampanye Prabowo bisa lebih efektif. Dari debat Pilpres, penyampaian visi-misi, sampai kampanye terbuka Prabowo-Sandi tidak lepas dari mata SBY.
Kalau ada kaum kampret yang bilang tidak butuh SBY. Saya pikir itu kebangetan. Bukalah peta Pilpres sejak 2009 hingga 2019. Hari ini Prabowo klaim menang di 18 Propinsi. Kalah dua lumbung suara terbesar: Jateng dan Jatim. DPT kedua provinsi ini mencapai 58,8 juta, alias 25 % total suara nasional. Suara Gerindra diprediksi cuma 12-13%.
Bandingkan dengan pada Pilpres 2009. SBY menang 60,8% di 29 propinsi, termasuk di seluruh Pulau Jawa. Suara Demokrat kala itu 20.85%.
Jadi, terus terang, klaim 62% kemenangan Prabowo irasional. Kalau ditarik lebih jauh, pencapaian Prabowo-Gerindra pada Pemilu 2019 tidak ada apa-apanya dengan sejarah yang ditorehkan SBY dan Demokrat pada Pemilu 2009. Kemenangan Demokrat adalah kemenangan terbesar yang pernah diraih pasca pemilu langsung.
Betapa sompretnya kaum kampret yang memfitnah SBY "doing nothing". Padahal, nama besar SBY yang menyelamatkan Prabowo-Sandi sehingga tidak makin karam. Bukankah kesuksesan era SBY yang dijual-jual oleh Prabowo yang tidak punya pengalaman di pemerintahan? Lewat "dagangan" ini publik sadar kalau era Jokowi tidak layak dipertahankan. Gara-gara SBY, mereka makin yakin untuk mendukung Prabowo-Sandi.
Jangan lupakan pendukung SBY di akar rumput. Jangan cuma lihat Pacitan. Lihat Sumatera, Banten, Jabar, Sulbar, NTB, Kalsel, Maluku dan banyak lain. Memangnya Prabowo pernah bikin apa di sana? Kenaikan suara Prabowo di kawasan ini tidak lepas dari terima kasih rakyat atas pembangunan era SBY, utamanya melalui program MP3EI. Muaranya, mereka memilih Prabowo-Sandi.
Perihal SBY tidak teriak kubu 01 curang karena itulah pengabdian seorang negarawan. Dalam panas situasi politik akibat politik identitas/SARA, sungguh biadab menyeret SBY masuk ke dalam pusaran "politikus kompor." Yang Indonesia butuhkan adalah pandangan yang bisa menyejukan suasana agar gejala pembelahan bangsa bisa merapat. Inilah yang diserukan dan dilakukan SBY, AHY dan kader-kader Demokrat.
Bahkan kebijaksaaan SBY turut diteladani oleh Ketum PAN Zulkifli Hasan dan Presiden PKS Sohibul Imam. Buktinya mereka bungkam. Satu-satunya ketum parpol yang di koalisi 02 yang masih ngotot menuding kubu 01 curang cuma Prabowo. Barangkali akibat kena provokasi kaum kampret sompret.
Apalagi, sistem pemilu sudah punya mekanisme untuk mengatasi masalah ini. Ada Bawaslu, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKKP) sampai Mahkamah Konstitusi. Silakan sodorkan segudang bukti menang-curang ke institusi ini.
Kalau perlu buka sekalian data kemenangan 62% Prabowo-Sandi di media biar publik bisa mengkritisi. Biar publik bisa paham siapa yang sesungguhnya pembohong. Beranikah kaum kampret sompret ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H