Mohon tunggu...
Erico
Erico Mohon Tunggu... Mahasiswa - Orang yang berekspresi, melalui tulisan serta lukisan.

Yea it's me! An ordinary student who dreams of creating a masterpiece.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Warna, dengan Sejarahnya, serta Peranannya di Kehidupan Manusia

9 April 2022   19:22 Diperbarui: 9 April 2022   19:27 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Warna, sebuah nama yang dikenal luas oleh dunia. Serta juga merupakan eksistensi, yang peran nya cukup penting dalam kehidupan manusia. Kalau kita membahas tentang warna, umumnya orang pasti bisa langsung menggambarkan beberapa profesi yang punya segudang pengetahuan tentang hal ini. Contoh yang paling dekat adalah seniman, karena memang benar, setiap artist yang telah berkecimpung dan menghabiskan tahun demi tahun dalam membuat sebuah karya seni pasti mengenal dengan baik soal warna.

Meski begitu, terlepas dari profesi yang seseorang punya, keberadaan warna sendiri bisa di anggap penting dalam kehidupan manusia. Tentu saja, pernyataan itu tidak berlebihan sama sekali, dan secara akal sehat, siapapun kurang lebih bisa mengira-ngira beberapa bukti valid mengenai hal ini. Namun sebelum kita membahas alasannya, mari kita mengkaji sedikit sejarah, dan pengertian dari Warna itu sendiri.

(catatan; artikel ini di buat untuk orang awam, atau bisa juga mereka yang masih pemula dalam hal teori warna, dan BUKAN untuk para pakar ataupun desainer profesional yang telah mengetahui seluk beluk tentang pembahasan ini.)

Dari sejarahnya, warna di zaman purbakala terbuat dari pigmen yang benar-benar berbeda dengan warna yang kita kenal sampai saat ini. Sebabnya sederhana, itu karena di kala itu, pigmen warna di dapat dari bahan-bahan alam sekadarnya. Misalnya seperti tumbuhan, hewan, arang, kapur dan lain-lain. Alasan ini jugalah yang membuat kita mustahil untuk menemukan lukisan dari zaman purbakala yang mempunyai warna terang, karena pada dasarnya, pigmen warna di kala itu sangat terbatas, tidak bersifat permanen, dan bisa berubah dimakan waktu.

Kira-kira, sama seperti bagaimana manusia yang mengalami kemajuan, warna juga sedikit demi sedikit berkembang.

Di dalam bukunya, De Coloribus, Aristoteles (384-322 SM) menuliskan bahwa warna berasal dari percampuran 4 elemen: sinar matahari, api, udara, dan air. Sedangkan hitam beserta warna-warna gelap lain disebabkan kekurangan satu atau beberapa elemen tersebut. Aristotels sendiri berpendapat, bahwa perpaduan terang dan gelap lah yang menghasilkan sebuah warna. Meskipun sebenarnya, teori ini sudah tidak relevan mengingat ada banyak teori baru lain yang lebih logis dan di sah kan oleh para ahli, Misalnya seperti;

  • Sir Isaac Newton (1642-1727) adalah yang pertama kali menemukan spektrum warna dari cahaya yang melalui sebuah prisma. Hasil penemuannya, Optick, diterbitkan tahun 1703. Ia juga yang pertama menempatkan Hue dalam bentuk lingkaran, cikal bakal Color Wheel.
  • Setelahnya ada, Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) seorang penulis, seniman dan politisi jerman, yang menolak keras teori Newton. Dalam tulisannya: Announcement for a thesis in Color yang terbit pada 1791, menurutnya warna bukan semata-mata atribut dari cahaya (dipandang secara Objektif), melainkan sebuah pengalaman persepsi visual manusia (dipandang secara Subjektif). Dari situ ia menemukan bahwa kita tidak melihat bayangan selalu hitam atau abu-abu, melainkan juga bewarna. Goethe juga mengembangkan model Color Wheel yang banyak di gunakaan hingga saat ini.

Lalu, setelah kita mengenal sejarah kecil tentang warna, pernah kah terlintas di pikiran kalian, pertanyaan seperti “bagaimana sih, warna bisa terlihat?”

Dalam teori Thomas Young, yang kemudian di sempurnakan oleh Herman von Helmholtz, mengungkapkan bahwa mata kita merupakan receptor (alat penerima rangsangan) radiasi Elektromagnet. Radiasi Elektromagnet ini merupakan sejenis energi yang biasa kita terima melalui alam lingkungan manusia berada. Radiasi ini juga muncul dalam berbagai bentuk, seperti sinar X, sinar Ultra Violet, gelombang Micro, gelombang Radio, dan lain-lain. Nah, sementara Warna adalah cahaya, hanya sebaris tipis gelombang Elektromagnet yang bisa dilihat mata manusia dari sekian luas spektrum Elektromagnet yang ada di alam. Dan tentu saja, cahaya yang terlihat oleh mata juga adalah salah satu bentuk radiasi Elektromagnet, tapi itu hanya sebagian kecil sekali dari spektrum elektromagnet yang ada di alam, yaitu cuma 360-760 nm (nanometer). Tetapi, dibawah 360 nm dan diatas 760 nm, mata kita tidak mampu menangkapnya.

Warna-warna yang biasa kita lihat seperti biru, hijau, atau merah berada pada kisaran 360-760 nm, yang mana biru mempunyai gelombang terpendek, hijau sedang, dan merah yang paling tinggi. Sedangkan alasan kenapa mata kita bisa menangkap gelombang radiasi seperti itu, adalah karena didalam retina mata manusia terdapat jutaan sel yang disebut Pho toreceptor. Sel-sel ini terbagi menjadi 3 jenis, yang dinamakan: sistem Trichromatic, (Tri: tiga, Chroma: warna). Di mana ada tiga reseptor di retina yang bertanggung jawab untuk persepsi warna. Satu reseptor sensitif terhadap warna biru, beberapa warna hijau, dan sepertiga nya warna merah. Informasi yang di tangkap oleh Photoreceptor ini kemudian di bawa ke otak. Jadi, mata hanya alat penerima cahaya saja, sementara otaklah yang menerjemahkan nya sebagai warna.

Sudah mengerti bagaimana mata kita bisa melihat warna? Kalau begitu, sudah saatnya kita kembali ke pembahasan awal. Sebenarnya, seberapa penting eksistensi warna untuk manusia?

Warna pada dasarnya merupakan cara lain untuk saling berkomunikasi, menurut pemikiran penulis, warna juga mungkin bisa mempunyai bahasa nya tersendiri. Itu karena warna sangat erat kaitannya dengan kesan dalam sesuatu, sebuah cara yang tepat untuk memvisualisasikan perasaan tertentu.

  • Warna dan kesan.

Seperti dalam karya Edvard Munch (1863-1944) yang melukis The Scream dengan warna-warna kuat untuk mengekspresikan perasaan gelisah dan cemas. Atau dalam contoh yang paling mudah kita ambil, seperti warna biru yang melambangkan ketenangan, merah dengan amarah atau berapi-api, hijau untuk kesejukan dan warna segar.

  • Warna pada pandangan fisika.

Bukan itu saja, warna juga punya peranannya sendiri dalam sudut pandang Fisika. Misalnya ada pada temperatur suhu yang bisa menyebabkkan munculnya warna. Walaupun, temperatur warna pada fisika tidak berarti warna tertentu memiliki suhu tertentu juga, contohnya warna merah suhu nya sekian derajat- bukan begitu. Di dunia fisika, malahan temperatur lah yang mengubah warna sebuah objek, misalnya seperti layar smartphone yang bernuansa kebiruan karena suhu nya sekitar 6500 derajat (dalam satuan Kelvin)

  • Warna untuk mengenali objek.

Tidak berhenti sampai disitu, warna juga penting untuk mengenali sebuah objek. Dalam kasus tertentu, seorang pemburu harus mengetahui tidak hanya rupa melainkan juga warna dari hewan yang dia buru. Bahkan warna juga bisa membantu dalam membedakan beberapa jenis fungi yang bisa dimakan atau tidak, karena biasanya jamur beracun memiliki corak dan warna-warna yang cerah.

  • Warna adalah identitas.

Pada zaman purbakala, warna pada kulit seseorang bisa menjadi tanda pengenal apakah seseorang merupakan sesama suku atau bukan. Demikian juga lambang-lambang yang di cat pada tubuh dan wajah, pohon, senjata, pakaian dan lain lain. Begitu pula halnya pada zaman modern, warna pada logo, brand, atau bahkan bendera suatu negara adalah tanda pengenal untuk membedakan dengan yang lain lebih dari sekedar bentuk dan rupa.

  • Warna di bidang ekonomi.

Dunia dari warna itu besar, karena warna juga bisa di sebut sebagai sebuah keindahan, dan dinikmati oleh berbagai kasta maupun status, orang-orang atau mungkin tepatnya pedagang, yang mulai menyadari potensi dalam warna menggunakannya dalam strategi bisnis. Tujuannya jelas, untuk memenangkan persaingan dagang.

Jadi, begitulah tentang apa yang di maksud dengan warna, peranannya, serta sejarah yang sejujurnya masih ada banyak yang belum tersampaikan disini. Meski begitu, penulis sendiri memang berniat untuk menjadikan artikel ini singkat, dengan memuat sumber yang penulis dapat dari fakta yang telah di setujui oleh para ahli, melalui buku dan tentunya informasi yang bisa kita cari sendiri di internet, namun jika memang ada kesalahan kata maupun informasi, penulis bersedia untuk mendengarkan saran dan koreksi.

Sekian dari penulis, terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun