Mohon tunggu...
Erica AuliaWidiani
Erica AuliaWidiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer - Content Creator - Businesswoman

Nama Lengkap : Erica Aulia Widiani | Seorang mahasiswa, menyukai tulis menulis dan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nikah Muda, Jadi Alternatif untuk Mengatasi Masalah Remaja?

3 Januari 2022   19:59 Diperbarui: 3 Januari 2022   20:14 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dalam kondisi sulit, seperti yang dialami mahasiswa contohnya. Tugas numpuk, dosen sulit, deadline mepet. Lalu ketika buka wa, tidak sengaja melihat story teman yang baru menikah pamer keuwuan bareng pasangannya. Pindah ke Instagram disuguhi keromantisan pasangan selebritis yang juga baru menikah. Jadi munculah keinginan, "Mending nikah kali, ya".

Apalagi ada beberapa publik figur yang menikah muda dan kehidupannya terlihat fine-fine saja setelah menikah. Jadi tambah pengen dong.

Tapi jangan lupakan pepatah yang bilang 'Dont judge a book by its cover'. Tidak semua hal yang terlihat oleh mata kita sedemikian rupa adanya. Nyatanya pernikahan dini tidak selalu jadi alternatif yang tepat untuk mengakhiri 'penderitaan' yang sedang kita rasakan sekarang. Setelah menikah bahkan akan muncul masalah baru yang lebih pelik dan bahkan di luar dugaan kita.

Walaupun dalam UU yang baru disebut bahwa batas usia menikah ialah 19 tahun bagi laki-laki maupun perempuan. Tapi itu tidak bisa menjamin bahwa mental seseorang sudah benar-benar siap pada usia tersebut. 

Menurut pengalaman pribadi, di usia penulis yang sekarang sudah berkepala dua pun kadang masih moodswing. Belum bisa benar-benar mengontrol emosi dengan baik. Masih sering uring-uringan dengan pasangan kalau ada masalah kecil.

Apalagi, menikah bukan tentang mental saja. Tapi juga mencangkup finansial yang baik. Kondisi finansial juga menjadi  pengaruh dalam sebuah hubungan. Karena kita pasti tidak mau terus-terusan bertumpu pada orang tua ketika sudah menikah.

Jadi, ketika kita membayangkan bahwa pernikahan adalah suatu hal yang menyenangkan, itu bisa jadi benar bisa jadi tidak. Tergantung kesiapan kita dan pasangan. Karena mau dan siap itu beda. Mau belum tentu kita siap menerima susahnya. Siap sudah pasti kita bisa dan mau menerima kesulitan yang akan kita hadapi. Bahkan mungkin telah mengantisipasinya sedari dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun