Dalam kehidupan, kita pasti sering mengalami keadaan dimana perasaan tiba-tiba berubah menjadi marah, sedih, kecewa atau mungkin cemas.Â
Biasanya ketika kita mengalami ini, refleks yang kita munculkan adalah sesuatu hal yang negatif. Bahkan mungkin emosi yang muncul itu malah membuat kita jadi sulit berinteraksi dengan orang lain.Â
Seperti marah-marah kepada seseorang dengan nada yang tinggi, menolak ajakan teman untuk makan-makan di luar atau bahkan menjadi sangat sinis terhadap orang-orang di sekitar kita yang akhirnya malah membuat kita menyesal dan tambah sedih.
Kamu dan banyak orang di luar sana pasti pernah mengalaminya, merasa kesulitan untuk mengendalikan emosi yang sedang muncul.Â
Hal ini bisa saja terjadi karena mungkin kita tidak pernah mencoba untuk bertanya kepada diri sendiri tentang emosi apa yang sedang kita rasakan saat itu, hal apa yang bisa membuat kita jadi merasa begitu marah, atau apa yang harus kita lakukan ketika sedang berada dalam kondisi seperti itu.Â
Makanya ketika sedang emosi, tak jarang kita akan dengan spontan melakukan hal-hal  yang negatif yaitu meratapinya dengan menangis berlama-lama, bahkan meluapkannya dengan marah-marah sepanjang hari. Karena apa? Ya karena kita tidak bisa mengenali emosi apa yang sedang kita rasakan.
Lalu bagaimana cara kita bisa meregulasi emosi?
Sebelum kita membahas tentang cara meregulasi emosi, mari kita pahami dulu apa sih regulasi emosi itu.
Apasih Regulasi Emosi Itu?
Regulasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris "Regulation" yang artinya aturan. Dalam Wikipedia, regulasi berarti konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan seperangkat aturan dan tren.
Emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Definisi dari emosi sendiri menurut Prezz (1999) ialah  reaksi terhadap situasi tertentu oleh tubuh.
Menurut Gross (2007), regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dari perilaku.
Selain itu, Walden dan Smith (dalam Anggreiny, 2014) menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima, mempertahankan dan mengendalikan suatu kejadian, intensitas dan lamanya emosi dirasakan, proses fisiologi yang berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah serta perilaku yang dapat diobservasi.
Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan secara sederhana bahwa regulasi emosi ialah keadaan atau proses dimana kita dapat mengontrol emosi dan menyesuaikannya tergantung dengan kondisi yang sedang kita hadapi.Â
Karena emosi adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dicegah munculnya, tapi kita bisa mengendalikan cara kita untuk menyalurkan emosi tersebut.Â
Contohnya ketika ada seseorang yang tidak sengaja menumpahkan makananmu, padahal itu adalah makanan yang paling kamu suka. Perasaan yang otomatis muncul biasanya adalah rasa marah dan kesal.Â
Bahkan mungkin saking kesalnya, kamu sampai ingin memukul orang tersebut. Hanya saja, kamu bisa mengendalikan respon kamu terhadap orang yang sudah menumpahkan makananmu. Apakah dengan benar-benar  memukulnya atau dengan memaafkannya dan membeli lagi makanan yang baru.
Gimana Cara Buat Regulasi Emosi?
Ada beberapa cara yang bisa kita terapkan untuk meregulasi emosi;
- Mengenali emosi yang sedang kita rasakan
Ketika sedang mengalami masalah yang membuat emosi kita muncul, kita harus bisa mengenali emosi yang kita rasakan saat itu.Â
Apakah kita sedang marah, ataukah sedang sedih, atau gelisah, atau hanya sebal saja. Dengan bisa mengetahui jenis emosi yang kita rasakan, kita akan dengan mudah mengontrol diri kita untuk merespon sesuatu.Â
Dalam hal ini yang perlu kita ingat adalah, kita tidak bisa mengontrol emosi yang orang lain miliki. Jadi kita juga tidak bisa menggantungkan diri secara emosional terhadap mereka. Begitu juga sebaliknya. Makanya kita harus pintar-pintar mengontrol emosi yang kita punya.
- Bertanya pada diri sendiri
Dengan membiasakan bertanya pada diri sendiri mengenai hal apa yang membuat emosi kita muncul, itu akan memudahkan kita merespon dengan tepat sasaran.Â
Hal ini akan membuat emosi negatif yang timbul menjadi tidak berkepanjangan. Selain itu, dengan bertanya pada diri sendiri tentang perasaan kita, itu akan membuat kita menjadi lebih jujur pada diri sendiri. Kita tidak lagi menyangkal apa yang sedang kita rasakan.
- Trik 5-15
Trik ini merupakan cara sederhana yang cukup berguna ketika kita sedang dilanda emosi negatif. Misal ketika kita marah pada seseorang, kita bisa menarik napas dan menghitung satu sampai lima dan jika kita sedang sangat marah kita bisa menghitung satu sampai lima belas.Â
Hal ini bertujuan untuk memberikan jeda bagi kemarahan kita. Jadi kita tidak akan merasa menyesal lagi karena melontarkan ucapan yang menyakitkan secara spontan terhadap seseorang. Dengan jeda menghitung itu, kita bisa mengontrol diri untuk menahan suatu hal yang buruk.
- Mengingat dampak yang akan timbul
Dengan mencoba berpikir tentang apa dampak yang akan timbul ketika kita akan melakukan tindakan ketika sedang emosi, sedikit banyak akan membuat diri kita tanpa sadar mengerem diri untuk tidak melakukan hal-hal buruk.Â
Karena kita tau, itu akan membuat kita menyesal atau bahkan akan merugikan diri kita sendiri.
- Ambil jeda
Ketika kita sedang merasa kacau karena emosi yang timbul, kita bisa meminta waktu untuk jeda sejenak. Merileks-kan diri dengan melakukan hal-hal positif. Dengan begitu akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah ketika kepala sudah dingin.
- Belajar dari kesalahan
Sudah pasti kita pernah melakukan kesalahan ketika sedang emosi, dari situ kita bisa mengambil pelajaran untuk lebih bisa mengendalikan diri ketika menemui masalah yang sama. Jadi kita tidak akan lagi masuk ke dalam lubang yang sudah pernah membuat kita jatuh dan menyesal.Â
***
Mengendalikan emosi merupakan hal yang cukup sulit bagi kita. Tapi hidup adalah tentang belajar dan berproses untuk terus menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.Â
Kesalahan di masa lalu merupakan tangga untuk kita berpijak dan memperbaiki diri. Mampu belajar dari masa lalu adalah kunci untuk kita bisa sukses di masa depan.Â
Melakukan kesalahan merupakan suatu hal wajar, yang tidak wajar adalah ketika kita tau bahwa itu salah tapi masih tetap melakukannya berulangkali.Â
Semoga kita masih diberi banyak kesempatan untuk bisa jadi versi terbaik dari diri kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H