Mohon tunggu...
Elisabeth Ria Praningtyas
Elisabeth Ria Praningtyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Terbuka

Penyuka olah raga lari sekaligus kuliner

Selanjutnya

Tutup

Worklife

A Smart Lecturer, A Smart ASN

15 September 2022   22:45 Diperbarui: 16 September 2022   08:43 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Jumlah pengguna internet dari tahun ke tahun (Data Reportal, 2022)

Selanjutnya, bermedia digital juga harus memperhatikan etika. Etika tidak hanya diterapkan di dunia nyata saja, namun juga di dunia maya. Tidak menyebarkan hoax, tidak melakukan penipuan atau kejahatan di dunia maya, merupakan bentuk etika bermedia digital.

Terakhir, bermedia digital berarti mewajibkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menjaga data dan informasi diri. Seringkali kita abai dengan keamanan akun, membuat password sederhana, tidak keluar dari akun diri sendiri, menggunakan jejaring internet gratis tanpa tahu siapa penyedia jejaring tersebut, dan lain sebagainya. 

Pada kenyataannya, penerapan Smart ASN tidak hanya soal cakap bermedia digital dan mahir berselancar di dunia maya, namun bagaimana berbudaya, beretika, dan waspada dalam bermedia digital. Menurut saya, bagian ini yang tak mudah, terutama karena saya adalah seorang dosen, seorang guru. Seseorang yang digugu lan ditiru.

Menjadi seorang dosen sekaligus ASN membuat saya belajar bertanggung jawab melaksanakan Tri Dharma sekaligus memantaskan diri menjadi Smart ASN. Implementasi Smart ASN dan Smart Lecturer tampak nyata dalam eksekusi kewajiban Tri Dharma, yaitu mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai profesi yang merasakan dampak langsung dari setiap perubahan, kami menyesuaikan pelayanan terhadap mahasiswa dan masyarakat. Jika kami mengabaikan perubahan ini dan bertahan dengan cara lama, kami bisa saja kalah libas dengan mahasiswa, dan pelayanan kami kepada masyarakat menjadi tak tepat guna.

Dalam melakukan pengajaran, dosen maupun tenaga pengajar tidak lagi menggunakan moda tatap muka atau pengamatan kepada mahasiswa secara langsung. Mengajar bisa dilakukan walau terpisah jarak sekalipun. Dengan menggunakan media internet, mengajar menjadi pekerjaan yang fleksibel untuk dilakukan, sepanjang terjadi kesepakatan antara dosen dan mahasiswa. Internet juga memungkinkan moda pengajaran tidak lagi berpusat pada dosen atau pengajar, namun kepada mahasiswa. Mahasiswa kini dituntut untuk memperluas wawasannya tidak hanya dari apa yang disampaikan oleh dosen, namun juga dari beragam sumber belajar yang disediakan oleh internet, entah itu e-book, podcast, video tutorial, dan lain sebagainya. Belajar tidak lagi duduk di atas meja dan mencatat apa yang dibicarakan oleh dosen, namun juga melakukan counter confirm maupun challenge terhadap apa yang disampaikan dosen, atau mendiskusikan isu riil yang berkaitan dengan apa yang sedang dipelajari di kelas.

Hal yang sama juga dapat diterapkan pada saat melakukan penelitian. Internet memungkinkan kami para dosen sekaligus peneliti untuk menggunakan sumber referensi yang sangat kaya dan memperluas partisipan. Melakukan penelitian tidak lagi identik dengan duduk berjam-jam di perpustakaan, dikelilingi oleh beragam buku. Penelitian dapat dilakukan dimana saja, karena akses perpustakaan daring terbuka luas tanpa batas waktu. Ada ribuan artikel ilmiah yang dapat membantu kami menemukan senjangan riset maupun ide penelitian. Selain itu, penggunaan internet memungkinkan kami menggunakan metoda penelitian dengan data primer dalam jumlah yang besar. Partisipan dapat dijangkau dengan sangat mudah. Dengan satu kali klik saja, ada banyak partisipan yang dapat mengisi kuesioner maupun survei yang kami lakukan. Kini usulan proposal, kajian literatur dan metoda penelitian tidak terbatas pada sumber-sumber dalam negeri, namun juga luar negeri. Hal ini membuat penelitian semakin kaya akan referensi dan dampaknya memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tepat guna bagi masyarakat maupun praktisi.

Hadirnya internet dan dunia digital juga membantu profesi dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma yang ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Meskipun pengguna internet telah mencapai 62% populasi dunia, masih ada Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) yang belum memanfaatkan internet dalam pekerjaannya. Ini merupakan tugas dosen untuk mengenalkan manfaat internet yang dapat menunjuang bisnis mereka. Dalam bidang akuntansi, masih banyak UMKM yang belum melakukan pencatatan keuangan secara digital, padahal pencatatan dengan cara ini sangat membantu dan meminimalisir risiko. Sebagai Smart ASN sekaligus digital talent, dosen melayani kebutuhan masyarakat dengan mengenalkan mereka pada konsep dasar akuntansi serta mengajarkan penggunaan aplikasi pencatatan keuangan yang dapat memudahkan bisnis mereka.

Meskipun menyajikan beragam kemudahan, zaman digitalisasi dan internet juga memunculkan tantangan. Selain adaptif, seorang dosen juga dituntut untuk menjadi pribadi yang kompeten. Kami ditantang untuk mengasah bukan saja kemampuan dan keahlian pada bidang kami, namun juga kemampuan berbahasa asing, sekurang-kurangnya Bahasa Inggris. Bahasa Inggris sangat diperlukan dalam pengajaran maupun penelitian. Dalam bidang pengajaran, dosen dapat mengajak mahasiswa untuk mendiskusikan isu internasional yang sumber beritanya menggunakan bahasa Inggris. Dosen juga dapat menggunakan publikasi internasional sebagai referensi dan acuan sehingga penelitian yang dilakukan lebih representatif pada keadaan dunia secara global, bukan terbatas pada kondisi di Indonesia saja. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang baik, dosen juga dapat melakukan penelitian yang terpublikasi internasional, sehingga manfaat penelitian yang dilakukannya dapat dirasakan oleh semakin banyak orang.

Secara khusus, tugas pokok dan fungsi saya sebagai seorang Dosen Program Studi Akuntansi, Universitas Terbuka, sekaligus juga sebagai ASN, membuat saya akrab dengan internet dan digitalisasi dalam kerangka menjadikan diri sebagai insan Smart ASN dan Smart Lecturer. Melek dan akrab dengan teknologi merupakan hal yang harus tertanam dalam diri sejak saya menginjakkan kaki dan berkomitmen untuk berkarya sebagai ASN sekaligus dosen di Universitas Terbuka.

Sebagai informasi, Universitas Terbuka merupakan Perguruan Tinggi Negeri dengan Visi: Menjadi perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) berkualitas dunia. Makna dari visi tersebut adalah bahwa metoda pembelajaran yang diterapkan di Universitas Terbuka bukan metoda tatap muka seperti Perguruan Tinggi konvensional pada umumnya. Universitas Terbuka memiliki ciri khas utama yaitu keterpisahan antara sumber belajar dengan pembelajar. Tidak ada kehadiran secara fisik yang mempertemukan mahasiswa dengan dosennya. Ciri khas lainnya adalah mahasiswa yang belajar dapat mencapai ratusan ribu orang. Hal ini memungkinkan karena visi PTJJ untuk  membuka pendidikan tinggi seluas-luasnya bagi siapapun, termasuk kepada para pekerja, masyarakat yang tinggal di area pedesaan, dan bahkan para lansia yang masih ingin belajar meningkatkan kemampuannya. Jumlah mahasiswa yang sebanyak ini tidak ditemui pada Perguruan Tinggi lainnya. Dua karakteristik yang unik tersebut membuat Universitas Terbuka sebagai PTJJ memiliki perlakuan yang berbeda dalam metode pembelajaran dibandingkan dengan Perguruan Tinggi konvensional.

Tantangan yang kerap ditemui dalam metoda pembelajaran terbuka dan jarak jauh adalah adanya keterpisahan antara sumber belajar dan pembelajar. Akibatnya, ada waktu tunda dalam diskusi antara pembelajar dan pengajar. Waktu tunda ini menjadi kendala karena dapat menurunkan motivasi pembelajar. Dengan menjadi Smart ASN sekaligus Smart Lecturer, kami dapat meminimalisir kendala tersebut melalui telekomunikasi yang interaktif. Penelitian menunjukkan bahwa internet dan teknologi berbasis web telah populer digunakan untuk pengembangan dan pengajaran dalam skema pembelajaran jarak jauh dalam kelas daring (Motiwalla dan Tello, 2000). Penggunaan produk penunjang seperti Zoom, Google Classroom, Kahoot!, dan lain sebagainya dapat meningkatkan kedekatan antara dosen atau tutor dengan mahasiswanya, sehingga fungsi dosen bukan hanya mentransfer ilmu, namun di saat yang sama juga menumbuhkan semangat belajar dan mendorong mahasiswa untuk berkembang. Produk penunjang tersebut juga memungkinkan dosen untuk menjangkau lebih banyak mahasiswa, sehingga diskusi tidak lagi terbatas pada luasnya ruangan kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun