Aktifitas rutin seperti biasanya dirumah ini.
Semuanya bergegas harus tiba pada waktunya terkecuali aku dirumah kembali sendiri.
Hari hari terasa tak berganti,monoton seperti sejarah mengulang atau tepatnya seperti kaset yang diputar berulang kali.
Aku sudah terbiasa dengan kesemuanya.
Sudah biasa kehilangan waktu kebersamaan dan tak lagi menuntut apapun dalam kehidupan ini.
Semua berlalu seperti angin...
seperti daun daun kering yang jatuh ketanah kemudian membusuk .
Hari itu ...tak  bisa kuhindari kemudian semua terjadi.
Seperti sebuah petir kalimat sederhana itu terucap dari bibirnya.
Dari buah hati yang diharapkan  menjadi pelipur dihari tuaku.
Aku tak harus mengingatnya walau terus terkenang.
Namun kupastikan dalam benak kecilku...
Cukuplah aku dengan kemampuan dan keterbatasanku.
Biarlah raga bertahan diatas kaki sendiri...
sebab kita datang sendirian dan juga akan berpulang sendiri hanya dengan sehelai kain kafan.
Dengan lunglai seperti tanpa nyawa aku berdiri mengusap airmataku.
Rinai ini terlalu pagi datangnya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H