Dewasa ini saya sangat jarang melihat muda-mudi bepergian menggunakan angkot. Kebanyakan dari mereka kini mempunyai kendaraan sendiri, entah yang beli cash ataupun secara kredit. Beberapa lainnya memilih memakai angkutan lain yang dinilai lebih "keren" seperti angkutan online. Naik angkot katanya kampungan, miskin, dan bikin kasihan. Padahal, naik kendaraan apa pun sama saja rasanya.
#4 Gen Z dikenal banyak overthinking
Kasus tindak pidana yang dilakukan oknum sopir angkot tentu membuat banyak orang kini lebih berhati-hati ketika memanfaatkan moda transportasi umum yang satu ini. Terlebih gen Z yang kesehariannya penuh dengan beban pikiran, entah percintaan sampai pekerjaan. Melihat kasus di media sosial tentu buat mereka jadi takut untuk menaiki angkot.
Daripada overthinking nggak jelas, mereka pun lebih memilih naik angkutan online meski harus bayar lebih mahal. Meskipun pada kenyataannya tidak semua sopir angkot begitu, terutama sopir yang sudah tua dan kadang sering mengobrol dengan penumpangnya.
Gen Z dan angkot memang sebuah fenomena yang unik. Dulu, sebelum ada istilah gen Z, gen alpha, dan sebagainya, angkot memang menjadi moda transportasi umum banyak generasi. Kini, karena pengaruh gaya hidup, banyak orang yang menjadi gengsi untuk naik angkot. Hanya ibu-ibu atau bapak-bapak penjual yang sering terlihat di dalam angkot, sesekali anak sekolah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H