Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejak Kapan Selera Makanan Harus Didasarkan Gender Tertentu?

21 Agustus 2024   12:08 Diperbarui: 21 Agustus 2024   12:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan (Unsplash/Jay Wennington)

Beberapa waktu ke belakang ini saya sering melihat konten di beragam sosial media yang membahas mengenai makanan dan gender tertentu. Mereka yang membagikan konten tersebut seakan memisah-misahkan antara makanan dengan gender tertentu. Saat melihat konten tersebut saya sangat merasa miris karena, kok, ada ya orang yang punya pemikiran seperti itu.

Setiap orang tentunya mempunyai hak untuk dapat mengonsumsi makanan yang mereka suka tanpa larangan apapun. Selagi dia punya uang untuk membeli makanan tertentu, ya, nggak ada masalah. Tapi, belakangan ini banyak orang lebay yang mengotak-otakkan makanan sesuai dengan gender yang dimiliki. Padahal, menikmati makanan itu tidak ada dari sananya harus berdasarkan gender tertentu.

Seblak sering diidentikkan dengan makanan perempuan, kalau ada laki-laki makan seblak disangka bencong

Entah sejak kapan ada orang yang bilang bahwa seblak itu makanan khusus perempuan karena kebanyakan dari mereka menyukai pedas. Kalau ada laki-laki yang jajan seblak dibilang kemayu atau bencong. Lah, sejak kapan ada peraturan mengenai makanan seblak yang wajib disantap oleh perempuan saja?

Baik perempuan maupun laki-laki tentunya punya selera makan yang berbeda. Ada perempuan yang suka pedas, ada juga yang nggak suka entah karena penyakit atau memang sengaja menghindari. Begitu pula dengan laki-laki. Banyak, kok, laki-laki yang menyukai makanan pedas, termasuk seblak. Kalau pun tidak suka pedas, tinggal memesan seblak dengan level 0 saja alias yang paling aman.

Saya sendiri termasuk orang yang memang penyuka makanan pedas, turun dari Ayah saya yang lahir di Minang. Makan tanpa sambal rasanya seperti ada yang kurang. Makan seblak? Itu, mah, jangan ditanya lagi. Saya salah satu penyuka makanan khas Sunda ini meskipun beberapa orang masih aneh dengan rasa seblak. 

Saya, sih, sering makan seblak buatan Ibu saya karena bumbu-bumbunya yang masih autentik.

Jadi, kalau masih ada orang yang menganggap kamu aneh karena makan seblak sebab berkelamin laki-laki, sembur saja pakai kuah seblak biar mereka nggak sok tahu lagi. Yang namanya makanan bisa disantap oleh siapa saja tanpa memandang mau dia laki-laki atau perempuan. Kalau masih ada orang yang mengotak-otakkan makanan berdasarkan gender berarti ada yang salah dalam pola pikir mereka.

Pengalaman teman yang dijulidin karena pesan minum Mik Tea bukan Americano yang katanya lebih laki

Selain makanan, perihal minuman juga masih ada yang julid. Ini menimpa teman kuliah saya yang dijulidin hanya karena memesan Milk Tea. Teman saya dijulidin oleh sesama laki-laki perihal selera minuman. Katanya, laki-laki itu minumnya Americano bukan minuman susu seperti Milk Tea yang cocok untuk perempuan. Teman saya langsung mengernyitkan dahi karena bisa-bisanya dinyinyirin hanya karena masalah selera minuman.

Saya sendiri merasa aneh kenapa masih ada orang tolol yang memilih makanan atau minuman berdasarkan gender. Mau laki-laki atau perempuan punya kebebasan untuk memilih minuman entah itu Milk Tea, Americano, atau yang lainnya. 

Minuman susu itu tidak ada kaitannya dengan gender perempuan. Begitu pula dengan kopi seperti Americano yang juga bisa dinikmati siapa saja termasuk perempuan, bukan hanya laki-laki.

Dewasa ini memang banyak bermunculan jenis orang yang aneh dan tidak masuk akal seperti mereka yang mengklasifikasikan makanan berdasarkan gender tertentu. Apalagi kalau sampai dijadikan konten demi engagement. Kalau kamu berteman dengan tipe orang seperti mereka lebih baik cut-off, deh, daripada mengganggu ketenteraman hidup kamu.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun