Kelemahan warung kelontong yang membuat ritel modern semakin berjaya
Mayoritas warung kelontong biasanya akan tutup di malam hari. Apalagi di daerah pedesaan, selepas magrib saja semua warung sudah tutup kecuali beberapa warung yang ada di pinggir jalan. Bahkan, beberapa warung kelontong ada yang buka dan tutup tidak menentu yang membuat pelanggan kadang merasa jengkel.
Beberapa orang lebih memilih ritel modern untuk berbelanja di waktu malam hari karena kasir akan sigap dalam melayani meskipun hanya membeli satu item saja. Beberapa pemilik warung biasanya ada yang sulit untuk dipanggil karena anteng menonton TV atau bahkan ada yang pura-pura tidak mendengar.
Selain itu, konsumen di ritel modern juga bisa bersantai di depan toko sehabis berbelanja sebab ada kursi besi yang menjadi spot favorit orang-orang untuk beristirahat. Berbeda dengan warung kelontong yang tidak menyediakan fasilitas bersantai untuk para konsumennya.
Warung kelontong tidak bisa dipisahkan dari ritel modern
Fenomena warung kelontong yang bersebelahan dengan ritel modern memang menjadi hal yang unik. Kedua warung tersebut memang tidak pernah bisa dipisahkan karena memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Setiap konsumen tentunya mempunyai preferensi masing-masing ketika akan berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Ritel modern mungkin akan sangat menguntungkan jika berdiri di tengah-tengah perkotaan yang minim warung kelontong. Begitu pula dengan warung kelontong yang akan tetap bertahan di daerah pedesaan yang jauh dari pusat perbelanjaan. Seperti istilah survival of the fittest, yang terkuatlah yang akan bertahan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H