Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Hal yang Bikin Saya Senang sebagai Orang Desa Saat Tetangga Menikah

13 Juli 2024   15:25 Diperbarui: 13 Juli 2024   15:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan (Unsplash/Andreas Rnningen)

Jujur saja, saya tidak pernah terpikirkan untuk tinggal di pedesaan. Sebab, saya dilahirkan di pusat kota hingga tinggal di sana sampai kelas 3 SD. Setelah itu, karena nenek saya di desa tidak ada yang mengurus, alhasil Ayah dan Ibu saya memutuskan untuk pindah ke desa untuk mengurus blio yang saat ini sudah tiada.

Meskipun awalnya saya menangis dan tidak betah, pada akhirnya saya menikmati menjadi penduduk pedesaan. Tinggal di desa itu ada enak dan tidak enaknya. Hal tidak enaknya di antaranya akses yang cukup jauh untuk pergi ke kota, minimnya penerangan di jalan, rawan aksi begal ketika malam, sampai hal-hal yang kadang sulit dicerna oleh akal logika.

Namun, hidup di desa juga banyak untungnya. Kita masih bisa menghirup udara segar tanpa banyaknya polusi, mudah mencari buah-buahan di kebun langsung, saling kenal dengan tetangga, gotong royongnya masih kuat, sampai kesenangan saat tetangga melangsungkan pernikahan.

Setiap tetangga menikah, maka itu akan menjadi hal yang menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya, terutama para bocil. Sejak dulu sampai sekarang, masyarakat akan bergotong-royong ketika ada tetangga yang menikah. Satu senang, semua ikut senang.

#1 Pura-pura mencari ibu, padahal ingin numpang makan

Salah satu hal yang paling bikin saya senang saat ada tetangga yang menikah yaitu bisa makan enak dan gratis. Biasanya, ibu-ibu di desa akan membantu si empunya hajat untuk memasak besar, salah satunya adalah ibu saya yang lihai memasak. Waktu kecil, saya selalu diajaknya untuk ke rumah tetangga yang anak perempuannya akan menikah.

Setiap saya ke situ, pasti ibu-ibu di sana akan langsung menawarkan makanan. Tidak hanya makanan berat, terkadang juga saya suka dibekali beberapa makanan ringan seperti buah-buahan atau kue. Kalau perut terasa lapar, jurus andalannya adalah ke rumah si empunya hajat dan pura-pura mencari ibu. Tanpa basa-basi, para pemasak di sana pasti akan langsung menyuruh saya makan terlebih dahulu.

#2 Desa jadi lebih ramai dari biasanya

Jika ada tetangga yang akan menikah, semua orang di sekitarnya seakan ikut sibuk. Baik ibu-ibu maupun bapak-bapak akan bergotong royong membantu si empunya hajat. Ibu-ibu membantu soal hidangan, bapak-bapak beraksi membantu mendirikan panggung atau mengecek sound system. Sementara itu, para pemuda akan membantu untuk mengamankan areal sekitar sambil ngopi.

Kalau anak kecil biasanya akan bermain-main dengan teman sebayanya di sekitar rumah si empunya hajat. Desa yang biasanya sudah sepi selepas magrib akan menjadi ramai jika ada tetangga yang hendak hajat. Bahkan, anak-anak tidak pulang ke rumah sampai tengah malam. Semuanya stand by demi kelancaran acara.

#3 Hiburan gratis di malam hari

Orang-orang di desa biasanya akan menyewa organ tunggal ketika mereka menikahkan anaknya. Organ tunggal tersebut biasanya akan dimainkan saat malam hari, saat semua tamu sudah pulang ke rumah masing-masing. Organ tunggal seakan menjadi hiburan gratis bagi para penduduk desa setelah membantu menyukseskan acara hajatan dari sebelum hari H sampai puncak acara.

Biasanya bapak-bapak dan para pemuda akan menunggu-nunggu acara organ tunggal ini karena saking jarangnya hiburan di kampung. Setidaknya dengan adanya organ tunggal, mereka bisa terhibur dengan lagu-lagu dangdut yang dibawakan oleh penyanyi. Ya, meskipun masih ada, sih, beberapa tetangga yang merasa terganggu, apalagi yang masih punya bayi.

Itulah beberapa hal yang bikin saya senang sebagai orang desa ketika ada tetangga yang hajat atau menikah. Hidup di desa memang tidak semenyenangkan di kota, namun selama tinggal di desa saya bisa belajar tentang arti kebersamaan walaupun dalam hal yang sederhana.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun