Saya kadang merasa aneh ketika keramahan seseorang dinilai dari bagaimana mereka membalas pesan. Orang-orang yang membalas pesan dengan memanjangkan huruf di belakang dinilai sebagai orang yang friendly dan tidak sombong. Kata "iya" dengan "iyaa" mempunyai konotasi berbeda ketika dipakai dalam chat.
Padahal, tidak semua orang terbiasa menggunakan "rumus" memanjangkan huruf ketika chattingan lewat media sosial. Biasanya mereka memang tipe orang yang formal dan tidak neko-neko. Maka, orang yang tidak memanjangkan huruf saat chat tidak bisa dibilang sombong atau tipe orang yang dry text.
Sedang tidak bergairah untuk membalas pesan
Istilah dry text tidak melalu tentang masalah percintaan. Dry text juga kadang terjadi saat chattingan bersama teman atau bahkan rekan kerja. Setiap orang tentunya memiliki gairah masing-masing ketika melakukan sesuatu, khususnya ketika membalas pesan lewat aplikasi chatting seperti WhatsApp.
Saya juga pernah berada dalam posisi sedang tidak bergairah untuk membalas pesan dari teman karena capek sepulang bekerja. Hal itu membuat saya hanya membalas pesan teman dengan singkat, padat, dan jelas. Terkadang, agar tidak terlalu ribet, saya hanya mengirim stiker tanda bahwa saya mengerti isi pesan tersebut.
Begitulah kira-kira alasan mengapa orang memilih untuk melakukan dry text saat membalas pesan di media sosial. Tidak semua orang terbiasa untuk menjadi sosok yang amat ramah di media sosial, beberapa mempunyai tipe yang berbeda dalam membalas pesan. Tapi, kalau si dia tidak pernah bertanya balik ke kamu, lebih baik segera tinggalkan dan cari yang baru.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H