Tiga tahun yang lalu, tepatnya pada Senin, 2 Maret 2020, virus Corona atau yang kita kenal dengan Covid-19 masuk ke Indonesia. Hal tersebut menjadi awal mula kepanikan yang melanda masyarakat Indonesia.
Semua aktivitas masyarakat dibatasi: toko-toko tutup, perusahaan-perusahaan mempekerjakan karyawannya di rumah masing-masing, mahasiswa diliburkan sementara waktu dan berlanjut pada kuliah online, siswa-siswa belajar mandiri di rumah dan berlanjut pada belajar online, hingga pemberlakuan social distancing.
Perilaku masyarakat menjadi berubah drastis, terutama dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Semua orang memakai masker setiap keluar rumah. Banyak orang yang ditinggalkan keluarga tercintanya akibat ganasnya serangan virus Corona.
Hingga mulai diberlakukannya hidup sehat untuk mencegah terjangkitnya virus Covid-19, termasuk mencuci tangan setiap akan berkegiatan. Hand sanitizer sudah menjadi barang yang wajib dibawa oleh setiap orang.
Abah Widi (62), salah satu sesepuh yang ada di Kampung Adat Cireundeu, juga merasakan perubahan yang terjadi semenjak Covid-19 menjangkit Indonesia. Termasuk kegiatan masyarakat yang dibatasi mengikuti anjuran dari pemerintah.
Kampung Adat Cireundeu sendiri merupakan salah satu kawasan adat yang ada di Cireundeu, Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. Menurut penuturan Abah Widi, terdapat sekitar 500 KK (Kepala Keluarga) yang mendiami kampung adat Cireundeu.
Informasi mengenai Covid-19Â diterima masyarakat adat Cireundeu melalui media sosial dan televisi. Namun, bagi Abah Widi, fenomena Covid-19 tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap kehidupan masyarakat adat.
Pria yang sudah berumur 62 tahun ini juga menuturkan bahwa tidak ada satu orang pun di kampung adat Cireundeu yang tertular Covid-19. Gejala-gejala yang ditimbulkan mungkin saja ada, namun tidak terlalu berdampak serius hingga adanya korban jiwa.
Hadirnya Covid-19 tidak terlalu berpengaruh terhadap masyarakat adat Cireundeu. Mereka senantiasa menjalankan tradisi adat namun tetap berdampingan dengan perkembangan zaman, termasuk dengan tidak menolak adanya teknologi.
Lalu, bagaimana cara masyarakat adat Cireundeu dapat menangkal Covid-19 dan hidup berdampingan dengan pandemi?