Mobilitas masyarakat yang terjaga
Tidak adanya korban jiwa di masyarakat adat Cireundeu bukan tanpa alasan. Sebab, mobilitas masyarakat di sini sangat terjaga. Sebelum masuknya Covid-19, masyarakat adat memang sangat jarang untuk keluar kampung kecuali ada sesuatu yang sangat mendesak.
Aktivitas masyarakat di sini tidak jauh-jauh dari ladang singkong dan sekitar kampung saja. Diketahui bahwa mayoritas masyarakat adat Cireundeu berprofesi sebagai petani, khususnya petani singkong.
Ketika Covid-19 muncul, membuat masyarakat adat Cireundeu semakin menjaga aktivitasnya untuk tetap berdiam diri di kampung. Wisatawan dari luar pun tidak diizinkan untuk masuk untuk mengantisipasi masuknya virus.
Tidak panik dan tetap menikmati kehidupan
Hadirnya Covid-19Â di Indonesia sempat membuat kepanikan terhadap masyarakat. Hal tersebut tentunya berdampak pada keadaan psikis masyarakat sehingga pada akhirnya menimbulkan tekanan pada diri.
Berbeda dengan masyarakat adat Cireundeu, mereka memilih untuk tetap tenang dan tidak panik dengan situasi yang ada. Abah Widi menuturkan jika beliau tetap dapat bercanda tawa dengan keluarga meskipun di luar sana virus Corona sedang mengintai.
"Hidup itu hanya satu hari satu malam, buat apa hidup dibikin susah, jadi harus tetap enjoy aja," ujar Abah Widi.
Keadaan mental yang terjaga tentunya dapat membuat pikiran menjadi positif yang berdampak pada kesehatan. Pola pikir yang positif dengan diikuti perilaku yang sehat membuat masyarakat adat di sini tidak terjangkit virus Corona.