Mayoritas warga di Kampung Naga berprofesi sebagai petani. Namun, ada juga beberapa warga yang bekerja ke luar kota sebagai pegawai atau sebagainya. Warga di sini tidak dibatasi mengenai kegiatan di luar kampung, selagi hal yang dilakukan demi kesejahteraan keluarganya. Meskipun bekerja di luar kota, tetapi mereka tetap akan kembali ke Kampung Naga sebagai "rumah".
Di Kampung Naga juga tidak ada larangan mengenai pernikahan dengan warga luar adat. Warga dibebaskan untuk menikahi siapa pun, bahkan ketika menikah dengan warga luar adat, mereka masih bisa tinggal di Kampung Naga.
Mengenai masalah pendidikan, menurut penuturan petugas piket, sudah ada beberapa warganya juga yang berkuliah ke luar kota. Anak-anak di sini juga mengenyam pendidikan yang baik. Meskipun mereka setiap hari harus naik turun tangga yang begitu banyak, namun sama sekali tidak menyurutkan untuk tetap mengejar ilmu.
Kampung Naga merupakan representasi kampung adat yang berdampingan dengan perkembangan zaman. Meskipun mereka tidak mengandalkan listrik, namun mereka tetap dapat bertahan hidup. Masuknya listrik ke kampung mereka disinyalir dapat merusak tatanan adat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Itulah indahnya kehidupan di kampung adat yang penuh dengan perbedaan, namun tetap mempunyai tujuan yang sama.
Ada yang pernah ke sini?***