Sepak bola adalah olah raga paling populer di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Semua orang membicarakan tentang sepak bola. Banyak anak laki-laki maupun perempuan yang bermimpi menjadi pemain sepak bola. Membela negara memakai kostum kebanggaan timnas menjadi impian mereka yang mencintai sepak bola. Apalagi jika bisa mengantarkan Indonesia hingga ke pentas dunia meraih banyak prestasi.
Sayangnya, hingga kini Indonesia belum pernah mencicipi berlaga di Piala Dunia memakai nama negara republik Indonesia. Jangankan di level dunia, bersaing di kancah Asia saja Indonesia masih kesulitan.Â
Terakhir, timnas senior Indonesia berkancah di Piala Asia pada 2007 lalu saat menjadi tuan rumah. Bisa dibilang kala itu timnas Indonesia tampil apik dengan berhasil mengalahkan tim kuat Bahrain meski harus kalah di dua laga selanjutnya melawan Arab Saudi dan Korea Selatan dengan skor tipis.
Prestasi Indonesia hanya mentok di kawasan Asia Tenggara, itu pun hanya menjadi spesialis Runner Up kala mengikuti kejuaraan Piala AFF tingkat senior. Selebihnya Indonesia hanya mampu berbicara banyak di kelompok umur. Saat memasuki timnas senior, timnas Indonesia seolah sudah habis tajinya. Namun meskipun begitu, kini timnas kita mulai memperlihatkan tajinya di bawah asuhan coach Shin Tae-yong.
Tidak maju-majunya (atau belum) persepakbolaan di negeri ini disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor dan penyebab di bawah ini sepertinya menjadi masalah utama yang harus segera dibenahi.
1. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Faktor utama mengapa sepak bola Indonesia enggan untuk maju-maju yaitu mengenai sarana dan prasarana yang tersedia. Salah satu sarana yang paling penting bagi kelangsungan sepak bola yaitu pengadaan lapangan yang memenuhi kriteria dari FIFA.Â
Sarana prasarana yang memadai tentunya dapat memberikan kenyamanan bagi para pemain bola, baik yang semi-profesional maupun profesional. Meskipun begitu, perlu diakui bahwa Indonesia tidak pernah kehilangan talenta berbakatnya.
2. Jumlah diklat sepak bola yang belum mencapai target
Berdasarkan data tahun 2020 menurut Deputi Pembudayaan Kemenpora Raden Isnanta, Indonesia hanya mempunyai tujuh diklat sepak bola. Jumlah tersebut tentunya belum mencapai target seusai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2019.Â
Sepatutnya, diklat Indonesia harus merata di 34 provinsi, tidak hanya terpusat di beberapa kawasan saja. Dulu saya pun sempat mengikuti SSB (Sekolah Sepak Bola) di dekat rumah, namun kini SSB tersebut sudah tidak beroperasi lagi.
3. Indisipliner pemain
Selanjutnya, penyebab sepak bola Indonesia nggak maju-maju ya karena ulah pemainnya sendiri. Banyak pemain yang ketika sudah berkesempatan dipanggil timnas, namun malah melakukan tindakan indisipliner.Â
Masalah itu tidak terjadi sekali dua kali saja. Sehingga beberapa pemain yang sebenarnya mempunyai kualitas mumpuni karirnya malah mati karena ulahnya sendiri. Untung saja pelatih Indonesia sekarang menerapkan sikap disiplin yang tinggi terhadap para pemainnya.
4. Pemain yang enggan keluar dari zona nyaman
Selain tindakan indisipliner, masalah pemain yang terlalu betah bermain di liga Indonesia menjadi salah satu faktor mengapa sepak bola kita enggan maju. Kita tahu sendiri bahwa banyak pemain lokal yang berkualitas dan cocok main di luar negeri. Tapi beberapa dari mereka enggan untuk melakukannya.Â
Selain itu, ada juga beberapa klub yang enggan untuk melepas pemainnya ke klub luar. Hingga banyak pemain yang tidak bisa berbuat banyak dan terpaksa mengikuti kultur sepak bola dalam negeri yang (isi saja sendiri).
5. Peran perangkat pertandingan
Tidak hanya sarana dan prasarana yang berpengaruh, perangkat pertandingan juga sangat berperan terhadap kemajuan sepak bola Indonesia. Perangkat pertandingan seperti wasit, asisten wasit, atau hakim garis bertugas untuk memimpin jalannya pertandingan di lapangan.Â
Jika keputusan-keputusan wasit tidak tegas atau malah melakukan kesalahan konyol, ya mau sampai kapan pun sepak bola di negeri ini tidak akan maju. Jangan sampai peran perangkat pertandingan malah menghancurkan persepakbolaan di Indonesia.
6. Regulasi kompetisi yang bobrok
Terakhir yaitu terkait regulasi atau yang berhubungan dengan seluk beluk aturan pertandingan baik di dalam maupun di luar pertandingan. Seperti yang kita tahu, cukup banyak masalah dan kontroversi yang menyangkut regulasi kompetisi di dalam negeri. Terkadang para pemangku kepentingan sengaja memasukkan unsur politik ke dalam sepak bola. Jelas hal tersebut adalah masalah serius yang harus segera dibersihkan.
Sebenarnya masih ada banyak penyebab mengapa sepak bola Indonesia masih berjalan di tempat, belum ada perkembangan yang mencolok. Sebagai pecinta sepak bola, tentunya saya sangat mendukung kultur sepak bola yang bersih tanpa adanya campur tangan politik kotor.Â
Siapa sih yang nggak mau tim sepak bola negaranya mentas di Piala Dunia? Setidaknya kalau tidak, minimal berprestasi dulu deh di kancah Asia. Saya percaya, pasti bisa, kok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H