Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Nikmatnya Tinggal di Pedesaan

15 Februari 2022   21:48 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:01 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak Sekolah Dasar, saya sekeluarga pindah rumah ke daerah yang cukup jauh dari perkotaan. Jika ingin ke kota harus menempuh perjalanan beberapa jam. Biasanya kami ke kota hanya untuk membeli perlengkapan lebaran atau berkunjung ke rumah kerabat. Namun seiring berjalannya waktu, kini di daerah pedesaan pun sudah maju perlahan-lahan dari segi infrastruktur dan juga pendidikannya.

Berbeda dengan di kota, di daerah pedesaan sebagian besar jalan perumahannya masih berupa tanah, hanya sebagian saja yang sudah di hotmik. Dengan begitu para anak kecil masih bisa bermain kelereng atau permainan tradisional lainnya meskipun kini sudah agak tergerus dengan permainan yang serba online.

Dulu ketika masih sekolah, saya seringkali bermain bersama teman-teman ke sungai atau dalam bahasa Sundanya wahangan. Airnya masih cukup jernih dan segar, kami pun sering memancing ikan di sana menggunakan pakan seadanya. Atau kadang-kadang sering mencari kepiting atau keuyeup di sekitar sawah meskipun kini sudah jarang dilakukan oleh anak-anak.

Hidup di kota memang enak serba modern, dekat dengan mal-mal, bioskop, dan tentunya juga restoran-restoran yang mahal. Namun di daerah pedesaan yang jauh dari kota, kita bisa menikmati keindahan alam yang alami dan tentunya masih bisa menghirup udara segar tanpa polusi yang berlebihan. Selain itu, masih ada beberapa kenikmatan lain yang saya rasakan ketika hidup di daerah pedesaaan.

Kekeluargaannya Erat

Ketika memutuskan untuk pindah rumah ke desa, saya nangis seharian karena tidak ingin meninggalkan kota dan takut tidak betah dengan suasana di kampung. Namun saya keliru, belum satu minggu saja saya sudah bisa mendapatkan teman sebaya yang sudah menganggap saya seperti keluarga sendiri. Meskipun belum kenal betul, namun saya merasa nyaman dengan perlakuan teman-teman baru saya, terlebih saya bisa menikmati permainan yang jarang saya lakukan di kota dulu.

Nampaknya hal itu bukan hal yang aneh, sebab sebagian besar rumah-rumah di kampung itu antara satu rumah dengan rumah lain yang berdekatan biasanya merupakan satu keluarga besar. Atau kalau bukan saudara/keluarga sekalipun, masyarakat di kampung itu biasanya sangat erat kekeluargaannya hingga tidak ada sifat keapatisan masyarakatnya. Namun karena hal itu, terkadang selalu ada perselisihan di antara keluarga meski pada akhirnya selalu bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Sifat Gotong Royong yang Kuat

Jika ada kegiatan membangun masjid, membuat saluran air, mengaspal jalan desa, sampai menyambut 17 Agustusan pun, semua warga 1 RW pasti ikut terlibat langsung membantu keberlangsungan kegiatan. 

Entah muda atau tua, semuanya bergotong royong tanpa melihat status. Biasanya kalau ada gotong-royong begitu, ibu-ibu selalu menyediakan makanan untuk para bapak-bapak. Sifat solidaritasnya bisa dikatakan tinggi.

Selain itu, jika ada salah satu warga yang meninggal pun, hampir semua warga khususnya laki-laki akan ikut sibuk mengurusi perihal pemakaman meskipun itu bukan keluarganya sendiri. 

Namun karena rasa kekeluargaan dan gotong-royong yang kuat, jadilah mereka akan membantu semampu mereka tanpa mengharapkan pamrih. Yang terpenting semuanya dapat berjalan lancar tidak ada hambatan yang berarti.

Lingkungan Masih Asri

Nikmatnya tinggal di kampung atau pedesaan yang masih banyak pepohonan tumbuh, membuat saya dapat menghirup udara yang masih segar tidak seperti di kota yang penuh dengan debu polusi.

Meskipun pada kenyataannya dari waktu ke waktu banyak dari kami yang menggunakan kendaraan khususnya motor, namun kalau di dalam desa masih tetap asri dan sejuk karena masyarakatnya pun selalu berkumpul di suatu tempat untuk sekadar berbagi cerita. Hanya dalam keadaan darurat atau ingin bepergian jauh saja kalau menggunakan motor.

Dengan lingkungan yang masih asri, maka sangat cocok untuk mereka yang hobi berolahraga lari, khususnya pagi-pagi. Meskipun amat dingin, tapi dijamin dinginnya sangatlah segar. Setelah solat shubuh berjamaah di masjid, biasanya para anak muda selalu menyempatkan untuk lari pagi, terutama saat bulan puasa.

Bisa Mandi Pakai Air Langsung dari Gunung

Salah satu hal yang paling saya nikmati tinggal di pedesaan yang masih dekat dengan gunung adalah dapat merasakan mandi dengan air segar langsung dari sumbernya. Meskipun sangat dingin, namun mampu membuat tubuh seperti terlahir kembali, haha. Tapi serius, saya sendiri merasakannya. Tapi beda halnya kalau lagi musim penghujan atau ketika cuaca dingin, maka yang tidak kuat dingin akan beralih ke air hangat. Wqwq.

Namun jika sedang hujan deras, air yang dikirim langsung dari gunung akan berwarna keruh ketika sudah sampai di rumah masing-masing masyarakat. Air dari gunung sudah bercampur dengan sisa-sisa air hujan yang mengenai tanah. Tapi untuk saat ini sudah diatasi dengan sistem perairan yang cukup baik sehingga tidak terlalu keruh lagi.

Mungkin itu adalah sebagian kecil hal-hal yang bisa saya nikmati ketika tinggal di daerah pedesaan. Namun tidak bisa dimungkiri, ada juga hal-hal lainnya yang tidak bisa saya dapati di kampung ketimbang di daerah perkotaan. Tapi pada intinya, saya bangga menjadi orang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun