Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Perlukah Kita Menawar Tukang Ojek Pangkalan?

9 Februari 2022   13:27 Diperbarui: 13 Februari 2022   18:30 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman serba modern ini, kini sudah banyak jasa transportasi online. Kita hanya perlu mendownload saja aplikasinya, daftar menggunakan nomor telepon atau e-mail, maka kita pun sudah bisa menggunakan aplikasinya. 

Tidak perlu khawatir jika tidak mempunyai kendaraan pribadi atau sedang diperbaiki di bengkel. Aplikasi ojek atau taksi online sudah menjamur. Tinggal pesan saja dan siapkan ongkosnya. Bahkan bayar ongkosnya pun bisa secara online pula.

Menjamurnya jasa transportasi online ini sebanding dengan para pemburu cuan yang mendaftar menjadi driver. Mulai dari mantan driver konvensional, orang-orang yang sedang menganggur, pekerja yang resign atau kena PHK, bahkan sampai mahasiswa yang ingin menambah uang jajan atau untuk bayar biaya kuliah.

Saya pun cukup sering menggunakan jasa transportasi online agar mempermudah mobilisasi ketika tidak membawa kendaraan pribadi. Kalau menggunakan angkot harus nunggu lama lagi dan harus beberapa kali naik angkot. 

Jika menggunakan ojek pangkalan biasanya mahal atau bahkan sudah sangat jarang eksis. Maka solusi untuk lebih mudah dan cepat ke tempat tujuan adalah menggunakan jasa transportasi online meskipun cukup menguras kantong.

Namun di antara maraknya jasa transportasi online, sebenarnya di beberapa daerah atau tempat tertentu masih cukup banyak tukang ojek pangkalan yang masih setia tidak beralih ke jasa transportasi online. 

Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Mulai dari tidak mahir menggunakan gadget, ribet pendaftarannya, sudah terlalu tua, hingga sudah terlalu nyaman karena lama berprofesi sebagai tukang ojek konvensional.

Di daerah rumah saya yang notabene masih jauh menuju kota saja sudah cukup jarang para pengendara ojek pangkalan karena banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi. Bisa dikatakan operasional mereka tidak menentu hanya di saat-saat tertentu saja.

Kalau yang sudah kenal mungkin akan menghubungi melalui telepon untuk minta diantar atau dijemput atau jika dekat rumahnya hanya tinggal mengetuk rumahnya untuk menggunakan jasanya. Biasanya kalau ngojek dengan orang yang dikenal akan lebih enak dan nyaman. Kalau begitu biasanya si pengguna jasa selalu memberikan uang lebih untuk rokok.

Kebanyakan tukang ojek pangkalan biasanya mangkal di dekat terminal pasar. Di daerah saya pun sama seperti itu karena jasa transportasi online masih belum begitu marak. 

Biasanya ibu-ibu yang baru belanja di pasar selalu menggunakan jasa ojek pangkalan yang sudah stay di depan terminal atau bahkan sambil membantu mengangkut beberapa barang. 

Kalau barang bawaannya banyak biasanya ibu-ibu selalu menggunakan angkot. Jarang sekali ibu-ibu belanja ke pasar menggunakan mobil mewah kecuali kalau pergi ke mal.

Saya kalau pulang dari perantauan (libur semester kuliah) biasanya selalu menggunakan jasa transportasi umum bus. 

Ketika sudah tiba di terminal, biasanya ada beberapa bapak-bapak tukang ojek pangkalan yang menawari jasanya. Saya akan menggunakan jasa ojek pangkalan kalau posisinya tidak ada angkot lagi dan hari sudah sangat malam. 

Meskipun kebanyakan tukang ojek pangkalan mematok harga yang mahal karena mungkin berpikir bahwa orang-orang yang baru turun dari bus ini adalah pekerja yang merantau dari kota. 

Seperti tahun lalu awal-awal corona saya disangka pekerja dari Jakarta. Padahal mah baru mahasiswa belum mempunyai pekerjaan.

Beberapa kali saya selalu menawar karena harga yang dipatok bapak ojek tidak wajar (sangat mahal) karena mengingat waktu yang sudah malam dan juga rute yang cukup sepi. 

Namun ada juga mereka yang jujur tidak melebih-lebihkan. Biasanya si bapak ini selalu menggunakan peci lusuh dan sandal sederhananya.

Mereka-mereka yang jujur inilah yang selalu membuat saya terharu karena masih semangat bekerja hingga larut malam meski umur sudah tua. 

Saya pun tidak sungkan-sungkan untuk membayar dengan uang lebih. Terkadang banyak juga dari mereka yang kesulitan penumpang sehingga mematok harga yang mahal.

Namun sebenarnya perlu nggak sih kita menawar tukang ojek pangkalan? Menurut saya sah-sah saja untuk menawar jika kondisinya seperti :

Pertama, harga yang dipatok tidak masuk akal. Seperti yang saya singgung sebelumnya saya akan menawar tukang ojek pangkalan jika ongkosnya sangat mahal. Biasanya mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apalagi melihat penumpangnya yang membawa oleh-oleh seperti habis gajian.

Kedua, harganya tidak seperti biasanya. Wajar kalau naiknya tidak terlalu tinggi mungkin karena sedang kesulitan penumpang atau harga bensin yang semakin naik. 

Namun jika mereka mengambil kesempatan dengan tidak jujur, menawar ongkos bukanlah hal yang salah meski terkadang selalu merasa kasian asalkan nawarnya jangan keterlaluan saja.

Ketiga, uang di dompet tidak cukup atau menipis. Jika keadaannya seperti itu maka biasanya akan ada negosiasi yang cukup alot dengan kang ojek. 

Sebenarnya sah-sah saja kalau tindakan tersebut masih di rasa wajar asalkan jangan kurang ajar saja nawarnya. Yang terpenting harus ada kesepakatan di antara dua belah pihak.

Namun bagaimana pun kondisi dan keadaannya, saya selalu tidak tega kalau untuk menawar tukang ojek pangkalan apalagi kalau sudah larut malam dan jalanannya penuh risiko karena sadar bahwa mereka pun sangat kesulitan penumpang.

Menunggu itu sangat menyebalkan apalagi mereka yang mencari nafkah untuk keluarga di rumah. Maka ada atau tidak ada uang, biasanya saya selalu menyisihkan uang lebih untuk bapak tukang ojek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun