Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Beli Sandal dan Sepatu yang Berhadiah Mainan

7 Februari 2022   06:47 Diperbarui: 7 Februari 2022   06:50 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Pixabay

Masa-masa kecil memang tidak akan pernah bisa terlupakan. Di masa-masa seperti itu kita belum memikirkan banyak hal kecuali bermain dan bersenang-senang bersama teman. Masa kecil merupakan salah satu masa paling nakal yang pernah dilalui oleh seseorang. Entah nakal memanjat pagar tetangga, melempar bola ke jalan, berkelahi dengan kawan bermain, sampai membeli jajanan yang tidak sehat.

Bagi generasi 90an atau 2000an awal pasti sudah tidak asing lagi dengan sandal atau sepatu yang berhadiah mobil remote atau remote control. Biasanya anak-anak yang baru saja disunat atau dikhitan, akan meminta hadiah berupa mainan. Kebanyakan dari mereka kalau tidak dibelikan robot-robotan atau jam power ranger pastinya ingin dibelikan mobil remote. Dulu harga mobil remote mungkin terbilang mahal, berbeda dengan zaman sekarang. Kita bisa membeli mobil remote yang banyak semau kita, namun tidak dengan kenangannya.

Kehadiran mobil remote ini tidak hanya ada ketika masa khitanan. Biasanya setiap produsen sandal atau sepatu selalu memberikan hadiah mobil remote kepada para pembelinya yang merupakan bocah-bocah. Tren sandal dan sepatu berhadiah mobil remote akan mulai ramai ketika memasuki bulan Ramadhan sampai hari raya Lebaran. Ibu-ibu berbondong-bondong pergi ke pasar, toko baju, dan toko sepatu untuk membelikan anaknya perlengkapan lebaran. Biasanya ibu-ibu selalu membawa serta anaknya ke pasar.

Dulu saya pun demikian. Selalu ingin ikut ibu pergi ke pasar apalagi menjelang lebaran. Saya akan diajak oleh ibu ke toko baju untuk memilih baju lebaran yang saya inginkan. Setelah itu, barulah saya akan mencari toko sepatu dan sandal. Saya akan mencari sepatu atau sandal yang berhadiah mobil remote agar bisa dipamerkan ke teman-teman di rumah. Meskipun umur mobil remote tersebut tergolong singkat, namun tentunya saya sangat menikmati bisa bermain mobil remote dengan teman-teman atau saudara di saat hari libur lebaran.

Ketika masih SMA, sebenarnya saya masih menyimpan beberapa mainan masa kecil saya. Namun saat ini mainan tersebut sudah hilang entah ke mana. Ada yang dijual ke tukang rongsokan, diberikan ke tetangga, disimpan di gudang, habis dimakan tikus, sampai dibuang entah ke mana. Meskipun sudah dewasa, namun terkadang saya masih merindukan bermain mobil remote bersama teman.

Zaman sekarang saya sudah jarang melihat anak-anak yang bermain mobil remote di rumahnya atau di arena lapangan untuk sekadar mengadu kecepatan mobil remote masing-masing. Dulu selain ada mobil remote, ada juga Tamiya yang booming pada masanya. Saya pun sempat mengoleksi beberapa mobil Tamiya yang saya beli di sekolah saat acara perpisahan sekolah. Bahkan saya membeli lintasan plastiknya agar bisa beradu balap dengan teman di rumah atau di mana pun karena lintasannya bisa dibawa ke mana-mana.

Selain bermain mobil remote dan Tamiya, saya juga sering memainkan permainan Yoyo. Sejak SD saya memang sangat menggemari permainan tersebut. Mulai dari yang terbuat dari bambu sampai plastik. Saya lebih memilih Yoyo dari plastik karena lebih ringan dan banyak motifnya meskipun saya juga mengoleksi Yoyo bambu. Kelemahan dari Yoyo bambu adalah pada beratnya dan cukup bahaya kalau dimainkan secara brutal. Namanya juga bocah. Saya pernah memecahkan jendela lemari karena Yoyo bambu yang saya mainkan terpental alias lepas dari benangnya karena terlalu bersemangat. Alhasil saya pun kena semprot ibu saya.

Saya beruntung bisa merasakan masa-masa indah tersebut. Berbeda dengan anak-anak zaman sekarang yang sudah dimanjakan dengan gadget. Semua permainan sudah tersedia di gadget sehingga anak pun menjadi sulit untuk bersosialisasi. Tapi kembali lagi, tumbuh kembang anak tergantung pada orang tua.

Kalau saya tidak malu dengan umur mungkin saya sudah mengoleksi beberapa mobil remote di kosan untuk saya mainkan di kala gabut. Apalagi kalau ada teman seumuran yang juga mempunyai hobi yang sama dengan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun