Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iseng atau Bully Ya?

30 September 2020   09:37 Diperbarui: 30 September 2020   09:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa harus ada lebam-lebaman baru kita bersikap?, apa harus ada darah-darahan baru kita bergerak?. Sekali lagi ini sangat penting diulangi, bahwa kita sebagai salah satu unit terkecil, keluarga Indonesia sangat perlu andil dalam menekan kejadian bullying. Seperti kasus tetangga saya itu misal, diharapkan tidak ada pembiaran lagi bila melihat ada kejadian Bullying. 

Toh penyelesaiannya juga tidak berat kok bila masalahnya juga kecil, contoh..., saat ada anak kecil bertengkar atau salah satunya menendang anak lainnya hingga jatuh, kan kita bisa bilang atau mencegah "eh sudah ya, gak boleh main tendang-tendangan gitu", "jangan ngomong gitu ya". 

Atau pas lihat di media sosial seperti kejadian nge-prank yang heboh waktu itu, kita bisa bilang ke anak kita sendiri misalnya "tuh jangan gitu ya, gak boleh banget, dia sudah berharap lo hadiahnya sungguhan dan barangkali pemberian itu sesuatu yang dia sedang perlu sekali, gak boleh bikin orang lain sedih gitu dan itu bukan guyonan ya nak, kalo bercanda kan dia seharusnya ketawa tapi ini nggak, berarti kan dia sedih", atau bahasa lainnya yang disesuaikan dengan kebiasaan lainnya, bisa juga kalimat-kalimat sesuai kaidah parenting. 

intinya kan saling mengantisipasi, menjaga dari awal apa yang bisa kita lakulan agar lingkungan kita mulai dari lingkup terkecil bisa berperan menekan kasus perundungan meski remeh-temeh!, ini sering banget luput (saya juga masih terus belajar)
 
Psikolog dari Universitas Indonesia, Dra Ratna Djuwita, Dipl, Psych (dalam laman detikhealth juga) bahwa yang terpenting masyarakat itu mulai bersikap dan menunjukkan sikap bahwa mereka tidak setuju. Dirinya juga menambahkan, menurut penelitian yang ia lalukan (di sekolah) ternyata banyak juga siswa yang saat ditanya tidak setuju perundungan, namun mereka tidak melakukan apa-apa serta lingkungan sekitar yang masih beranggapan "ini bukanlah tugas saya". 

Pemikiran seperti ini nih yang sudah harus sedikit demi sedikit kita rubah bareng-bareng, dengan harapan ada perilaku yang nantinya menyesuaikan sebagai bentuk konkret agar jumlah kejadian Bullying semakin berkurang. Sekecil apapun yang bisa kita lakukan ini adalah bentuk kepedulian, dan paralel dengan ketidak setujuan bahwa perundungan itu tidak baik, walau sekali lagi andil kita mungkin masih sepele banget.

Oiya tambahan lagi nih dalam kasus perundungan anak, agar bantu anak juga ya yang ingin bercerita kejadian buruk apapun yang menimpa, karena gak sedikit lo anak yang gak mau cerita. Dan jangan juga pas anak sudah cerita eh kitanya biasa aja atas ketidaknyamanan yang ia terima, karena kita sebagai orang tuanyalah garda terdepan dalam memberi edukasi dan rasa nyaman bagi si anak yang dalam hal ini mengalami perundungan.

Terimakasih ya sudah berkenan mampir dan membaca :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun