Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penumpang Komuter (Selalu) Tahan Banting

21 Februari 2018   15:37 Diperbarui: 22 Februari 2018   20:02 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir dua bulanan menjadi warga pinggiran kota dan sebulanan menyandang gelar commuters rutin, membuat saya norak, bahwa bekerja di ibu kota itu perjuangannya sedini hari mungkin. Ya iyalah... namanya hidup pastilah lekat dengan perjuangan, kalau ingin leyeh - leyeh sesukanya & selamanya ya di surga nanti tempatnya. 

Zona aman dan nyaman yang saya pernah rasakan baru saya sadari salah satunya saat saya berdiri menunggu KRL Commuter Line (CL) di Stasiun Citayam tepatnya di belakang garis kuning pada pagi hari sekali saat si kecil masih bubuk, setelah sholat shubuh. Ya kalo dibilang apakah jadi commuters baru - baru ini? nggak juga sih, hanya saja saat ini sudah resmi rutin menyandang gelar tersebut sejak berpindah "papan" bergeser ke pinggir ibu kota.

Memilih rumah di pinggiran ibu kota menjadi opsi banyak warga DKI meski harus rela membuang waktu lebih banyak lantaran jarak rumah dengan tempat kerja tidak dekat tetaplah dirasa lebih baik ketimbang membeli rumah di ibukota yang saat ini nominal rupiahnya menjerat leher, tangan, dan kaki (bagi saya). Selama ini adem - ayem mesam - mesem karena rumah dan tempat kerja jaraknya asik (terjangkau). Kalau dulu berangkat ke kantor bisa asoy geboy mepet jam masuk kantor, sekarang ya nggak bisa begitu, saat ini mulai pergi ngantor beda tipis jam-nya sama muadzin habis adzan shubuh karena kelar sholat harus berangkat ke stasiun mengejar CL (Duh segitunya tuh commuter jadi primadona)

Meski ada kebiasaan tak tertulis bahwa sebagai anak bontot sayalah yang menempati rumah ortu, tapi ada-lah keinginan punya gubuk adem sendiri, terlebih sudah berkeluarga dan mumpung bocah masih piyik. Bocah masih kecil aja sudah empot -- empotan membagi pos -- pos pengeluaran, apalagi nanti saat sudah tambah beranak - pinak?, nah kan... saya lupa bahwa Yang Maha Pemberi rezeki itu loas rezekinya.

Menyebut kata "Commuter Line" (CL) banyak gambaran yang lewat. CL memang salah satu transportasi yang sesuai dengan prinsip ekonomi, dengan harga minim bisa menjangkau banyak lokasi di ibu kota serta daerah sekitar dan pastinya mampu meminimalis waktu di jalanan ibukota yang bisa ber--jam-jam lantaran macet. Ditambah lagi rute CL yang selalu "hidup". 

Contohnya CL dengan tujuan Bogor -- Jatinegara (dan sebaliknya), di hari kerja utamanya di jam - jam sibuk pasti padat dengan pribadi -- pribadi ber-kemeja, ber-blazer, atau ber-smart casual. Sedangkan di penghujung minggu, CL padat pula dengan mayoritas emak -- emak membawa anak untuk bertamasya ria (dan saya sudah merasakan semuanya alias emak -- emak ber-blazer #halah gak penting ya saiyah)

Menjadi commuters itu banyak rasa karena hal -- hal berikut :

1. Pas CL yang kita tumpangi masuk stasiun transit (tiba) dan CL yang akan kita tumpangi selanjutnya dengan asyik masyuk pamer lewat (pergi) #bersimpangan, apalagi kalau kondisi bangkunya itu kosssoongg. Duh duh duh duh... Rasanya saya pengen banget jenggut bpk. Masinis yang sedang bekerja supaya CL berhenti jalannya sambil menyuarakan kalimat "Ooooiiii buka pintunyaaaa... saiiyyyaahh mau naeeekk paaakk, pliiissss" hehehe :-D. 

Tapi lain waktu bisa jadi CL yang akan kita tumpangi sudah menunggu, dan asyiknya lagi pas kondisi bangku masih ada yang kosong, duh senengnya... jadi pengen kaya' teletubies, berpelukaaannn....

2. Pas tau kalo pesaing kita sesama commuters dengan tujuan yang sama itu banyak bahkan sudah membludak, karena artinya kesempatan untuk mendapatkan tempat duduk tentu lebih kecil. Namun di saat yang lain bisa jadi pesaing kita sesama commuters dengan tujuan yang sama itu sedikit (ya namanya jadual kereta maklumlah bila ada telat -- telatnya dikit), karena artinya kita punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan tempat duduk yang kosong dan bisa santai saat masuk CL (gak main dorong -- dorongan dulu).

Cuman ya ketar ketir juga saat posisi lengang jadi deg -- degan, duh udah deh segini aja penumpangnya jangan nambah lagi..., lah namanya juga transportasi publik dengan massa banyak, ya wajarlah orangnya bejibun, ya nggak? 

3. Harus menambah waktu karena ikut CL ke stasiun tujuan akhir. Ya imbas dari pesaing commuters yang sudah membludak dan CL yang diharapkan belum datang atau memang inginnya duduk dan daripada jadi manusia setengah penyet karena empet -- empetan bisa dengan cara menaiki CL ikut dulu ke stasiun akhir, dengan catatan stasiun akhirnya ya nggak jauh -- jauh amat dari stasiun kita berada-lah. Seperti saya yang saban hari transit di stasiun Duri kadang naik CL dengan tujuan stasiun Angke (stasiun akhir) dulu, karena CL tersebut setelah Angke akan balik lagi ke Bogor. Kurang lebih makan waktu 15 menit sama nge-tem-nya, ini hanya contoh CL dengan rute Angke -- Bogor yah.

4. Pas Weekend bila naik CL yang peminatnya sedikit enaknya seluruh badan bisa diselonjorin, contoh tujuan Angke -- Nambo (Cibinong) karena mayoritas kan kalau weekend banyak yang tamasya ke Bogor, sedangkan saya yang tujuan Citayam bisa naik CL tujuan Bogor atau Nambo, menyenangkan sampai lupa kalau kita berada di kota yang gang tikusnya aja macet hihihi....

5. Yang ini lebih ke masalah hati nurani..., pas sudah dapat tempat duduk dan penuh -- penuhnya lantas melihat bumil, orang tua, atau anak kecil saya jadi merasa bersalah duduk, dan ending-nya memberi tempat untuk mereka..., apalagi lebih bersalah saat pas dapat duduknya di ujung2 gerbong karena memang tempat duduk tersebut adalah kursi prioritas bagi para bumil, lansia, ibu membawa anak, dan mereka yang termasuk penumpang disabilitas.

Disini nih baru paham lagi kenapa terkadang ada pribadi yang cuek atau jadi "egois" (saat itu) hanya soal tempat duduk..., karena perjuangan mendapatkan tempat duduk di CL memang sering tidak remeh temeh, ditambah kondisi fisik kala itu yang sudah lelah ingin rebahan. Eh masih ingat to dua wanita yang berebut tempat duduk di CL tempo waktu itu?. Alhamdulillah masih diberi kekuatan tulang pada kaki sehingga biarpun akhirnya lama berdiri lantaran gak dapat tempat duduk di CL masih bisa haha dan hihi.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menjadi Commuters harus sedia kuota ikhlas dan sabar, bahwa beginilah hidup, adakalanya duduk dan berdiri, ada saatnya memberi lain waktu kita menerima, pun jadi belajar bahwa sekecil apapun bantuan kita ke orang lain pasti Allah akan ganti walau mungkin bukan dari orang yang kita bantu (Duh jadi sok bijak ya saya qiqiqiqi...).

Ah perjuangan seperti ini rasanya masih sangat tak berartinya dibanding mereka diluar sana yang punya kehidupan lebih berat ketimbang diri ini, dan menjadi Commuters membuat saya bersyukur akan lain hal..., Alhamdulillah karena saya ataupun anda masih Allah beri Keluarga utuh yang saat ini terus kita upayakan bahagia dan sehatnya.

Ada jugakah disini anda yang Commuters?. Trims berat sudah membaca :-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun