Mohon tunggu...
Erfano
Erfano Mohon Tunggu... Guru - Pencinta Perjalanan, Kuliner, Musik, Buku dan Film

Hidup ini singkat. Ayo semangat!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Karenanya

5 Februari 2023   22:45 Diperbarui: 5 Februari 2023   22:55 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau marah padaku aku diam*

Kau maki diriku aku diam

Amarahmu seperti tak terbendung pagi ini. Meluap laksana dam yang jebol tak tertahan desakan air. Semuanya terasa pahit, segala yang terjadi di masa lalu kembali diungkit. Dan aku, hanya bisa meratapi kebodohanku pagi ini. Hanya bisa berujar maaf berkali-kali lalu memilih diam mendengar maki yang bertubi-tubi.

Entah, apa yang membuat pagi ini menjadi halusinasi semuku. Yang aku ingat mimpi tadi malam begitu melenakan, begitu membahagiakan. Hingga saat mentari mengintai, aku mendapati diri telah lebur dalam siang yang membantai. Yang itu berarti aku telah ingkar pada janji telanjur terikrar.

"Hey, lu masih dengar gue kan...?" Suaramu masih terdengar meluapkan emosi. Aku tak menjawab utuh, hanya menggumam. Aku takut. Apabila telah terlontar kata lu dan gue, itu berarti sudah tinggi tingkat amarahmu.

Maki kembali kudapati darimu. Dan aku, kembali diam meratapi pagi ini. Telepon terhenti, mati. Ternyata handphoneku lowbat. Aku panik, maka penderitaanku seperti tak berujung. Entah, hal apa lagi yang aka kudapati darimu. Mungkin lebih dari caci. Aku pasrah.

Jujur, aku tak suka diperlakukan begini. Setiap salah yang kuperbuat, seketika itu kau laknat. Sebaliknya, ketika kau berbuat salah kau tak mau disudutkan, kau merasa benar dari segalanya.

Aku memandang ke luar jendela. Meratapi pagi ini. Meratapi masa lalu. Meratapi kenangan-kenangan yang melaju seperti cuplikan kisah dalam film. Aku terkesima. Aku hanya meratap.

***

Kuakui pertemuan denganmu memang unik. Walaupun keunikan itu telah terendus di film-film bioskop dan beberapa film televisi. Aku bertemu denganmu secara tak sengaja, tepatnya aku yang menemukanmu. Saat aku menunggu seseorang, engkau berada membelakangiku. Aku langsung menyapa, kusangka engkau adalah seseorang yang kutunggu.

Aku malu saat itu. Engkau pun tersenyum,  mempesonaku. Ah, jika tidak karena senyummu dan wajahmu yang mirip dengan bintang Korea idolaku. Mungkin aku langsung berlalu tanpa kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun