Mohon tunggu...
Erfan Adianto
Erfan Adianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya seorang buruh biasa yang ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyikapi Iklan di Kompasiana

14 Januari 2011   16:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_84820" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi : Kompasiana, FB nya bung Erick Gafar"][/caption] Untunglah tahun ini bukan tahun politik atau tahun pemilu seperti yang dulu pernah dicanangkan oleh Pak Beye saat tahun 2008 dan 2009. Mengapa? Kalaulah misalnya sekarang adalah tahun politik atau tahun pemilu, momentum pergantian tampilan Kompasiana kemarin tanggal 13 Januari 2010, dapat saja dimaknai merapatnya Kompasiana ke barisan Partai Gerindra atau Hanura, mengingat warna-warna tampilan halaman depan Kompasiana yang baru didominasi warna-warna cerah seperti orange, putih dan kuning, warna-warna yang selaras dengan Partai Hanura atau Gerindra. Berbeda dengan tampilan Kompasiana lama yang didominasi warna biru tua ataukah biru muda khas Partai Demokrat ataupun Partai Amanat Nasional yang mempunyai kuasa sebagai eksekutif di negeri ini. Atau pilihan warna baru ini akan menegaskan Kompasiana sebagai salah satu sosial media pengontrol kekuasaan. Walahualam bisawab. Nampaknya waktu saja yang akan menegaskannya. Sampai postingan ini saya tulis kurang lebih sudah ada sekitar 36-40 postingan tentang Kompasiana baru yang dimulai dari postingan Administrator dengan judul "Sambutlah Wajah Baru Kompasiana", artinya perubahan yang tentunya diharapkan menjadi lebih baik layak untuk diapresiasi oleh Kompasianer sebagai pengguna, walaupun beberapa memberikan masukan yang menurut saya cukup berarti, seperti misalnya tulisan di komentar kondisi sekaran ukuran font nya lebih kecil jika dibandingkan dengan Kompasiana yang lama atau balas komentar yang posisinya justru diatasnya komentar yang akan kita balas ataukah picture untuk HL yang terlalu besar dan lain-lain tentunya. Bagi saya apapun itu masukan, tentu merupakan bentuk kepedulian Kompasianer terhadap Kompasiana, cuma ehm saya sekarang akan kesulitan jika melakukan survey dan kalkulasi jumlah pembaca setiap kolom karena jumlah pembaca sudah tidak ditampilkan dalam masing-masing kolom. Satu hal untuk diketahui, satu hari setelah saya posting hasil survey saya tepatnya tanggal 3 Januari 2011 Kompasiana berada di posisi 92 Indonesia  versi Alexa, dan satu hari setelah berganti tampilan dan format baru Kompasiana ada di peringkat 85, sebuah kemajuan yang tentu harus diapresiasi. Dan mengingat potensi Kompasiana sebagai Citizen Journalism yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat madani sangat besar tentunya akan menaikkan traffic Kompasiana itu sendiri. Maka jika saya seorang pemimpin sebuah perusahaan yang perlu memasarkan sebuah produk, tidak segan-segan saya akan pasang banner iklan di Kompasiana. Dengan kata lain, amatlah bodoh sebuah perusahaan yang tidak pasang iklan di Kompasiana mengingat potensi yang apabila terkelola dengan baik ini pasti  akan menjanjikan revenue yang besar. Pada tampilan baru Kompasiana ini, sungguh malang saya tidak menemukan ikon Tata Tertib dan Tentang Kami sebagai bahan kajian untuk sinkronisasi yang berkaitan dengan iklan di Kompasiana, sepengetahuan saya Kompasianer tidak diperbolehkan mengeluarkan postingan yang berindikasi menawarkan dan menjual produk tertentu atau menyertakan logo, merk dan sebagainya. Saya pikir hal ini sudah sangat jelas dan gamblang. Namun kelak dikemudian hari jika Kompasiana memasang banner iklan produk tertentu, administrator Kompasiana perlu mengatur dengan jelas aturan mainnya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Untuk menjelaskan ini saya akan mengambil contoh sebuah postingan yang berjudul  Maling Bagasi Penumpang Benar Terjadi di Lion Air oleh Abang Geutanyo yang merupakan reportase khas Citizen Journalism, lantas akan menjadi rancu jika pada saat bersamaan Lion Air memasang iklan di Kompasiana. Pertanyaan yang mengganggu saya adalah apakah postingan Abang Geutanyo itu akan terkena sensor administrator, atau akan masuk tong sampah, mengingat brand yang ditulis si Abang memasang iklan di Kompasiana yang tentu memberikan kontribusi pembayaran yang tidak murah tentunya. Hal seperti ini tentu tidak akan terjadi jika Kompasiana disokong penuh pendanaannya oleh Kompas Grup sehingga tidak perlu membuka pintu untuk iklan, namun di era yang serba cepat dan kompetitif ini, rasanya sayang jika kesempatan ini dilepaskan begitu saja. Semoga postingan ini bermanfaat untuk semua. Salam hangat Kompasiana Erfan Adianto seorang buruh biasa. -o-

Postingan sahabat-sahabat saya yang tidak kalah menarik untuk dikaji:

BungOlas Novel: Parodi Kehidupan

Teh Della Anna: Kaleidoskop 2010, Tantangan Pemerintah 2011

Bung Odi Salahuddin : (merapi) Hidup Bersama Rakyat, Uji Kelayakan Bagi wakil Rakyat dan Pejabat Negara

Postingan saya terdahulu dan asli hanya di Kompasiana

Pemakzulan, Sebuah Jalan Panjang

Akankah Gayus Di-Munir-kan?

Karbondioksida, Gas Pembunuh Umat Manusia Masa Depan

Luar Biasa, 1138 Postingan Hanya Dalam waktu 12 Jam

Tim Sepak Bola dan Ilmu Pengetahuan

Apakah Anda Konsumen Irasional?

“Merpati Tak Pernah Ingkar Janji”

Dimana Posisi KRMT Roy Suryo Notodiprojo?

Bencana Alam, Ilmu Pengetahuan dan Korupsi

Negara Tidak Boleh Kalah

Negeri Para Preman

“State That Never Sleep”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun