Buku adalah jendela dunia, dengan kita banyak membaca buku tentu pemahaman kita lebih luas dibandingkan mereka yang tidak suka membaca buku.Â
Buku sangatlah bermanfaat bagi semua orang terlebih bagi anak-anak sekolah. Sehingga anak sekolah minimal wajib memiliki buku matapelajaran agar segala informasi mudah ditemui, terlebih dalam mengerjakan tugas, dengan adanya buku matapelajaran siswa bisa menyelesaikan dengan baik.Â
Siswa di Papua selalu bersyukur karena masih menikmati Otonomi Khusus (Otsus) sehingga pemerintah Papua selalu memberikan bantuan berupa buku ke sekolah-sekolah yang sifatnya bertahap untuk memenuhi perpustakaan dan juga buku paket pembelajaran yang bisa digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran sehari-hari.Â
Namun sayangnya, pemberian buku oleh Pemerintah Papua kepada sekolah-sekolah tidak tepat sasaran. Itulah yang pantas dikatakan.Â
Walaupun hingga saat ini belum bisa terjangkau semua sekolah dalam pemberian bantuan berupa buku karena tingkat aksesibilitas pada medan Papua yang sangat berat, namun sekolah-sekolah sepantasnya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Papua yang sudah berjuang sekuat tenaga dalam memberikan buku.Â
Hanya buku yang diberikan tidak tepat sasaran. Mengapa tepat sasaran. Sebagai contoh sederhana, ketika bantuan buku-buku ke sekolah terlebih ke Sekolah Dasar, bukunya bersifat dewasa seperti ada judul buku menstruasi, perkawinan ataupun seks bebas yang memang bukan hal yang tabu tetapi tidak sepantasnya buku-buku tersebut diberikan kepada siswa SD, karena dengan memberikan buku tersebut otomatis kita sudah meracuni otak siswa untuk mereka berpikir yang negatif bahkan bisa melakukan hal yang mereka lihat dan membacanya.Â
Ada juga buku yang diberikan sudah kadarluarsa. Buku yang kadarluarsa maksudnya buku yang diberikan berupa buku lama seperti pada kurikulum KB ataupun KTSP, sedangkan saat ini siswa sudah menggunakan buku tematik atau kurikulum 13. Jadi buku yang diberikan hanya akan menjadi penghias rak buku dan akan rusak di makan rayap dan ini fakta yang sedang terjadi di sekolah-sekolah di Papua.Â
Jika masalah diatas, apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah Papua.? Ini ada beberapa tips yang bisa digunakan oleh Pemerintah sebelum memberikan buku:
1. Cek kebutuhan sekolah
Pemerintah seakan-akan hanya memberikan buku dan merasa sudah puas karena sudah memberikan bantuan buku tanpa melihat kebutuhan sekolah.Â
Mungkin ini salah satu tips yang bisa digunakan oleh Pemerintah Papua. Sebelum memberikan bantuan buku, cek dan survei dahulu le sekolah bersangkutan kira-kira kebutuhan sekolah apa atau buku apa yang saat ini paling dibutuhkan, bukan asal memberikan yang akhirnya akan rusak karena tidak pernah digunakan oleh sekolah.Â
2. Lihat perkembangan pendidikan
Kurikulum di Indonesia tidak permanen, namun tiap saat selalu saja mengalami perubahan tergantung siapa menterinya. Setiap pergantian menteri di Indonesia tetap saja pergantian kurikulum.Â
Sekarang tugas pemerintah ialah lihat dan cek perkembangan pendidikan sehingga memberikan buku ke sekolah sesuai kebutuhan. Jika sekolah sudah menerapkan kurikulum Merdeka maka berikan buku sesuai kurikulum bukan sesuai keinginan pemerintah.Â
3. Sediakan perpustakaan sekolah
Pada item ini yang selalu ditakuti oleh Pemerintah Papua yakni menyediakan perpustakaan di sekolah-sekolah. Pada hal ini selalu saling tolak menolak antara sekolah dan pemerintah. Sekolah mengadu ke pemerintah untuk berikan bantuan ruang perpustakaan tetapi pemerintah selalu menolaknya dengan alasan bahwa sekolah memiliki sana BOS sehingga bisa menggunakan itu untuk membangun ruang perpustakaan. Saling tolak-menolak, hal ini yang membuat hingga saat ini banyak sekolah bukan hanya di pedalaman tetapi juga di perkotaan belum memiliki ruang perpustakaan, jangankan ruang perpustakaan ruang kelas sebagai tempat belajar saja masih banyak sekolah yang belum memiliki secara lengkap.Â
Permasalahan ini yang harus ditanggulangi dahulu oleh pemerintah sebelum memberikan bantuan buku. Jika sekolah memiliki ruang perpustakaan dan mereka menerima bantuan buku otomatis akan tersusun rapi pada tempatnya namun jika tidak ada ruang perpustakaan, buku-buku yang diberikan akan menjadi korban, entah rusak, basah, dan juga hilang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H