"Terima hak semua adil, tanggungjawab yang tidak ada"
Itulah isi pesan pilu dari guru-guru yang mengabdi di Tanah Papua dengan kerelaannya mampu bertahan ditengah teriknya matahari dan dinginnya hujan.Â
Isi pesan tersebut menjadi bahan perbincangan hangat akhir-akhir ini di Papua. Pesan yang penuh bermakna dan menyentuh hati semua orang jika ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi pada dunia pendidikan di Bumi Cenderawasih.Â
Pesan tersebut memiliki dua makna yang mendalam:
1. Terima Hak Semua Adil
Semua orang yang memiliki hak yang sama, pada dunia pendidikan pun guru wajib mendapatkan apa yang ia punya yakni gaji.Â
Bukan mengemis tetapi semua insan memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, baik memenuhi kebutuhan keluarga, kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan lainnya. Jadi guru wajib memiliki gaji.Â
Sesuai data yang pokok pendidikan (dapodik) tahun 2023 ada 39.168 guru yang tersebar di tanah Papua, baik guru PNS, kontrak maupun honorer, ini belum terhitung guru yang yang belum masuk di dapodik.
Jumlah yang begitu besar namun belum bisa memperbaiki pendidikan di Papua sehingga sampai saat ini Papua masih dikatakan "Darurat Pendidikan".
Namun tak bisa dipungkiri, guru hanyalah manusia yang sedang berjuang berlahan namun pasti suatu saat cap " Darurat Pendidikan" bisa hilang, dan mestinya tetap memerhatikan semua tenaga pendidikan dan harus berikan haknya.Â
2. Tanggungjawab yang Tidak Ada
Jika kita berbicara hak, tentu semua orang memiliki hal yang sama. Jika kita berbicara dunia pendidikan, berarti guru wajib menerima haknya.
Lalu bagaimana dengan tanggungjawab?Â
Itulah pertanyaan yang kini menjadi bahan perbicaraan semua guru-guru yang ada di Papua. Semua orang bisa mengatakan saya guru dan saya wajib menerima hak saya sebagai seorang guru, namun apakah sudah melakukan tanggungjawabnya?Â
Hak dan tanggungjawab tidak seimbang pada guru-guru di Papua, banyak guru banyak menuntut hak namun tidak melakukan tanggungjawabnya yang akhirnya siswa menjadi korban yang berujung hingga saat ini banyak siswa masih ditemui belum bisa membaca dan menulis.Â
Isi pesan diatas menunjukkan bahwa guru-guru hanya menuntut haknya tetapi melupakan tanggungjawabnya sebagai seorang guru, mereka lebih senang mengenyangkan dirinya sendiri tanpa mengenyangkan siswa dengan materi ataupun pelajaran.Â
Siswa di Papua tidak membutuhkan guru seperti itu, mereka membutuhkan guru yang mau mendidik mereka dengan tulus hati dan mau merangkul mereka selayaknya orangtua, bukan guru yang numpang lewat yang artinya dalam sebulan hanya dua sampai tiga kali saja mengajar, sisanya ke kota ataupun hilang dari sekolah dan hanya menuntut haknya.Â
Kedepannya semua berharap baik masyarakat, orangtua maupun siswa bahwa jika guru sudah mendapatkan haknya berarti harus diiringi dengan tanggungjawabnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H