Berenang merupakan impian setiap orang, mengapa tidak, setiap akhir pekan atau liburan pasti sebagian besar orang hanya ingin refreshing di pinggir pantai dengan mandi-mandi.Â
Namun terkadang akibat tidak tahu berenang, mereka hanya bisa duduk dibibir pantai sambil melihat orang-orang berenang. Pasti dibenak mereka mengatakan "jika saya tahu berenang pasti saat ini saya bersama-sama mereka".
Perlu diketahui bahwa berenang memberikan banyak manfaat, mulai dari memperkuat otot, menjaga berat badan, hingga mencegah penyakit jantung.
Namun saat ini banyak netizen mulai bertanya-tanya, bagaimana cara agar bisa berenang ? Banyak informasi yang sudah didapatkan oleh setiap insan baik dari media sosial maupun didapatkan saat masih sekolah terlebih pada mata pelajaran Penjaskes bukan ?
Secara umum ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar bisa berenang seperti mempersiapkan peralatan yang diperlukan, membiasakan diri berada dalam air, belajar mengapung, bergerak ke depan, mempelajari gaya renang dasar seperti gaya dada, gaya kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya bebas. Apakah ini akan berhasil ? Tentunya pasti berhasil namun perlu kesabaran dan semangat agar bisa berenang.
Ada sesuatu yang berbeda dari masyarakat kampung Ayapo kabupaten Jayapura Papua. Mereka memiliki trik tersendiri agar seorang bisa berenang. Ini bukan soal ritual atau pemujaan akan sesuatu yang fiksi, ini ada kebiasaan yang dilakukan turun temurun dari generasi ke generasi yang hingga saat ini masih dilakukan.
Masyarakat yang bermukim di pinggiran danau Sentani ini mempunyai cara agar seseorang bisa berenang yaitu dengan menggunakan kodok.
Sebelum mengetahui cara berenang menggunakan kodok oleh masyarakat kampung Ayapo, perlu dulu diketahui perbedaan kodok dan katak, karena masyarakat sering salah menyebutkan atau salah menggunakan untuk tahu berenang.
Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (bahasa Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang sangat dikenal orang-orang di Indonesia. Anak-anak kebanyakan menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan.
Kedua jenis hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung lebih kurang bungkuk, berkaki empat dan tak berekor. Kodok umumnya berkulit halus, lembap, dengan kaki balik yang panjang.Â
Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki baliknya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang bijak melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.
Hewan berjenis kodok-lah yang sering digunakan oleh masyarakat Ayapo agar seseorang bisa berenang bahkan tidak perlu menghitung minggu, dalam hitungan hari pun seseorang bisa berenang. Lalu bagaimana caranya ?
Ada beberapa langkah yang dilakukan dan hanya perlu disiapkan kodok saja. Namun masyarakat Ayapo lebih dominan menggunakan ini pada anak kecil yang berusia  3 - 7 tahun. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- siapkan seekor kodok,
- siapkan juga anak-anak yang belum bisa berenang sama sekali,
- seorang yang dewasa (orangtua) terlebih yang sudah bisa berenang, mengambil kodok lalu memegang di kedua kakinya lalu pukullah pada tubuh anak-anak tadi di kedua kakinya hingga punggungnya sebanyak 10 - 15 kali. Tentunya si anak kecil pasti menangis dan takut tetapi lakukan saja demi kebaikannya agar bisa berenang,
- setelah beberapa jam, ajaklah anak tersebut untuk sekali-kali berenang atau gendonglah si anak dan lepaslah ia pada satu tiang rumah yang dalam lalu mintalah ia berenang ke tiang sebelah, dan lakukan itu terus-menerus dalam satu hingga tiga hari. Lihatlah berikutnya anak tersebut akan pandai berenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H