Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Melalui proses pembelajaran, beragam manfaat dapat didapatkan oleh peserta didik. Manfaat-manfaat tersebut meliputi pengembangan kemampuan dan potensi, serta pembentukan watak. Pembentukan watak yang dimaksud adalah kreatif, cakap, mandiri dan bertanggung jawab.
Bagaimana keadaan  pendidikan di timur Indonesia. ? wajah pendidikan di Papua sangat jelas, masih tampak suram. Meskipun kini banyak orang Papua sudah bersekolah tinggi, bahkan hingga menjadi profesor dan doktor, namun realitas itu belum menggambarkan kondisi nyata wajah pendidikan di Papua.
Masalah pendidikan di Tanah Papua masih saja terdapat masalah yang harus diatasi pemerintah, terkait dengan layanan pendidikan. Kekurangan guru sekolah dasar di daerah-daerah pedalaman terpencil yang mengakibatkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik.
Seperti pendidikan di kabupaten Mappi. Untuk mengatasi permasahan pendidikan, Pemda Kabupaten Mappi merekrut guru - guru kontrak dengan bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM). Ini menjadi program prioritas Kristosimus Agawemu dan Jaya Ibnu Su'ud sebagai Bupati dan Wakil Bupati Mappi. Kondisi dan kualitas pendidikan selama ini masih timpang akibat minimnya tenaga pengajar di kampung-kampung.
Namun usaha Pemda belum bisa atasi  masalah  pendidikan, Ada banyak masalah yang menghambat pendidikan di Kabupaten Mappi, seperti :
1. Gedung sekolah di Palang
Bagiamana pendidikan di Kabupaten Mappi mau maju jika banyak permasahan yang terjadi di lapangan tak pernah hilang. Salah satu contoh besar ialah seperti gedung sekolah dipalang akibat tanah dibangun gedung sekolah belum dibayar. Masyarakat yang menalangi sekolah sama saja memutus kemajuan pendidikan.
Dalam hal ini belum ada kesadaran yang baik dari masyarakat setempat, gedung dibangun guna mendidik dan mempersiapkan generasi penerus Kabupaten Mappi, kalau tidak sekolah sama saja sudah menghalangi anak - anak untuk sekolah.
2. Guru PNS tidak berada ditempat tugas
Banyak guru senior yang notabennya sebagai PNS tidak berada ditempat, lebih senang di hutan mencari gaharu dibandingkan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Ini masalah, menerima gaji buta tidak merasa dosa akan hal itu ? Sangat disayangkan kehidupan guru PNS khususnya yang mengajar di pedalaman atau di kampung - kampung.
3. Tidak ada rumah guru
Banyak guru kontrak di kirim oleh Pemda untuk mengajar baik di kota maupun di kampung - kampung, namun saya nya ada kampung dengan difasilitasi oleh kepala kampung menyediakan rumah bagi guru - guru, namun ada yang malas tahu, bahkan guru - guru harus mengeluarkan uang pribadi untuk membangun rumah.
Bila keadaan seperti ini, bagaimana guru mau betah dan nyaman di kampung sedangkan tempat tinggal tidak ada. Banyak guru datang dari luar kabupaten Mappi bahkan dari luar Papua namun tidak disambut baik oleh masyarakat membuat guru - guru tidak betah dan ingin pindah tempat tugas bahkan ingin pulang ke kampung halamannya.
4. Kurangnya kunjungan dinas ke lapangan
Pendidikan akan baik jika dilakukan evaluasi baik dari internal sekolah maupun dengan dinas pendidikan setempat.
Kunjungan dinas yang jarang bahkan tidak pernah membuat guru - guru semaunya mengajar. Datang atau tidak tergantung maunya guru, libur tidak libur tergantung maunya guru.
Perlu adanya kunjungan dinas diberbagai sekolah untuk melihat dan memberi penilaian akan kecapaian pendidikan tersebut.
Dalam hal ini dilihat dinas lebih suka mengatakan hal - hal sekunder dibandingkan primer, dalam hal menjelaskan keadaan pendidikan kepada publik apa yang mereka dengar dibandingkan apa yang mereka melihat sendiri.
5. Minimnya Bahan Makanan
Ada beberapa guru yang mengajar ditempat yang sangat baik dan sangat mudah untuk menjangkau kios bahkan toko guna membeli bahan makanannya. Tapi sayang dengan guru - guru yang sangat jauh bahkan mengajar ditengah hutan.
Hitung - hitung gunakan ketinting ke tempat pembelanjaan saja harus menghabiskan waktu 5 - 6 jam dan mencarter kentinting memakan biaya yang sangat mahal, paling murah Rp.500.000.
Mau belanja 3 sampai 4 bulan tidak cukup karena kapasitas perahu ketintingtidak bisa muat terpaksa untuk 1 bulan. Bayangkan dalam 1 tahun 12 kali jalan guru bisa menghabiskan biaya Rp.6.000.000. belum terhitung membeli makan driver yang antar bahkan resiko rusak mesin bisa puluhan juta dihabiskan untuk membeli bahan makanan.
Bila pemerintah memberikan bantuan bahan makan mungkin akan mempermudah langkah guru dan betah terus ditempat tugasnya.
6. Keberadaan Siswa Selalu di Hutan
Saat guru - guru sudah dilapangkan dengan semangat yang menyala - nyala tetapi kehadiran siswa kadang bisa dihitung jari bahkan bisa tidak ada sama sekali.
Anak - anak di kampung lebih senang ikut orang tua nya ke hutan untuk pangkul sagu bisa menekan waktu 2 - 3 Minggu, bahkan yang ikut mencari gaharu bisa memaknai waktu 2 - 3 bulan.
Coba dibayangkan bagaimana mau ngajar bila keadaan nyata dilapangkan seperti ini. Kadang ada guru - guru yang semangat menanti siswa seperti menanti kapal masuk di bandara, bahkan ada guru - guru yang sudah tidak semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H