Dunia kini digemparkan dengan hadirnya ajang Formula E di Jakarta. Ini bukan soal memamerkan, namun Jakarta E-Prix atau Formula E Jakarta menjadi bukti bahwa Indonesia bukan lagi negara berkembang yang masih diinjak-injak, kini burung Garuda siap terbang dan bersaing dengan negara-negara lain.
Banyak situs Formula E banyak dikunjungi netizen bahkan berita-berita di tv selalu menjadi pilihan utama masyarakat bahwa mereka sangat rindu menyaksikan ajang ini, terlebih untuk pertama kalinya digelar di Indonesia.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi sosok penting atas kehadiran Formula E di Jakarta, bahkan namanya kini terus dinyanyikan oleh warga bahwa ia mampu membawa pembalap Formula E ke Indonesia dengan disediakannya fasilitas Formula E.
Apakah hadirnya Formula E menjadi bukti bahwa Indonesia tergolong negara maju? Goresan pena yang perlu dicermati bahwa insfratruktur bukanlah penilaian penting dalam kemajuan suatu negara, namun infrastruktur merupakan salah satu dari sekian banyak item yang dapat menunjukkan negara itu tergolong maju atau berkembang.
Cobalah kita tengok sebentar ke belakang podium Formula E, kota Jakarta aman-aman atau tidak aman?
Beberapa waktu lalu ada satu postingan status yang saya sukai dari netizen yang mengatakan "Disaat warga Jakarta sedang sibuk dengan banjir yang memasuki permukiman, eh gubernurnya justru bangga pamerkan foto bersama pembalap Formula E, sungguh pemandangan yang kontras".
Postingan status diatas menunjukkan bahwa bahwa sebenarnya kehadiran Formula E hanya bisa dinikmati oleh para kepentingan pribadi, dan sejujurnya tidak disukai oleh masyarakat.
Disaat memasuki bulan baru yaitu bulan Juni, bukannya warga menikmati bulan keenam ini dengan bahagia, namun mereka menerima bingkisan hadiah berupa banjir. Ya, tepat 01 Juni, terjadi lagi banjir di Jakarta dengan terendamnya 22 RT dan ketinggian air mencapai 1,4 meter.
Coba bayangkan, uang milyaran rupiah yang digunakan membangun Formula E, kenapa tidak dipakai untuk melihat kesengsaraan dan tangisan rakyat Jakarta yang sampai saat ini entah dimana rumah dan bantal mereka, dimana mereka bisa mendapatkan sepotong roti, dan kain apa yang bisa mereka pakai untuk menutupi ketelanjangan tubuh mereka ? Tangisan para minor masyarakat hingga kini masih terdengar.
Oktober 2022 akan menjadi momen bahwa Anis Baswedan siap meletakkan pita Garuda dari jubahnya. Apakah selama kepemimpinannya, Jakarta semakin baik dengan hadirnya Formula E ? Hanya masyarakat Jakarta yang bisa merasakan dan menjawab pertanyaan bodoh ini.