Mohon tunggu...
Erent Santoso
Erent Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Do Small Things with Big Love

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kalah Terus Tidak Penting, Jauh Lebih Penting Persatuan

25 Maret 2013   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:14 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pertandingan Timnas Garuda melawan Arab Saudi di ajang pra kualifikasi Piala ASIA 2015 menjadi momentum yang menarik bagiPSSI, karena setelah kurang lebih 2 tahun saling berseteru akhirnya bersatu. Baru sekitar satu minggu KLB berlangsung dan telah membuahkan peristiwa bersejarah bagi dunia persepakbolaan Indonesia, yaitu kembali rujuknya antara KPSI dan PSSI,Indonesia menghadapi tim tangguhArab Saudi.

Sejatinya pertandingan melawan Arab Saudi menjadi media euphoria bagi pecinta sepakbola Indonesia untuk merayakan kembalinya persatuan sepakbola Indonesia. Laga Indonesia lawan Arab di GBK seolah pesta besar kaum pecinta sepakbola Indonesia, mengingat telah cukup bising menyimak cacian dan makian antara kedua kubu. Dan pada saat yang tepat masyarakat sepakbola mengibarkan merah putih bersama-sama untukmendukung Timnas Garuda melawan Arab Saudi.

Tapi sayang momentum yang baik untuk merayakan rekonsiliasi pecinta sepakbola Indonesia tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. RD sebagai putra bangsa yang memiliki wawasan Nusantara dan jiwa persatuan yang diperoleh dari gemblengan tentara, diharapkan dapat berdiri sebagai pelatih sekaligus figure yang mampu mempertajam rekonsiliasi sepakbola Indonesia, namun justru menambah luka.

Terlalu percaya diri bagi seorang pelatih sepakbolamampu mengangkat prestasi Timnas Garuda hanya dalam waktu 5 hari. Apalagi yang dihadapi tim sekaliber Arab Saudi yang secara ranking terpaut jauh dari Indonesia.Ambisi menahan seri Arab Saudi seharusnyadikesampingkan, dibanding dengan upaya membentuk sebuah team terbaik di negeri ini dengan membabat habis pemain-pemain bentukan Nil Maizar, namun tetap juga tak mampu menahan seri dan ujungnyakalah 2 – 1.

Menang kalah dalam pertandingan melawan Arab Saudi tidak menjadi penting,namun bangkitnya persatuan sepakbola Indonesia menjadi prioritas utama dalam membangun kembali dunia sepakbola Indonesia.Rupanya banyak yang terbuai oleh impian membentuk Timnas yang tangguh dari pemain-pemain favoritdan diharapkan mampu menahan Arab Saudi.

Ketika RD sanggup turun tangan untuk mempersiapkan sebuah team dalam waktu 5 hari, yang terbayangkan adalah RD merupakan pelatih yang bijak, karena selain mengetahui persis bagaimana karakter pemain Indonesia, mengetahui persis pula karakter pecinta sepakbola Indonesia. Namun sayang, sebagai pelatih yang tergolong kredibel di negeri ini takmampu mengendalikan emosinya sebagai komandan peleton Timnas Garuda.

Tak sedikitpun dalam emosi seorang RD berfikir terhadap hasil karya Nil Maizar. Dari team yang dibentuk RD tak mencerminkan semangat rekonsiliasi, hanya demi idealisme seorang pelatih dan keyakinan seorang pelatih dalam meramu team, rela mencoret hampir seluruh pasukan Nil Maizar. Walaupun akhirnya idealisme itu juga menuai kekalahan.

Kalau tohtidak menggunakan emosi, secara hitungan dalam sepakbola yang sering digunakan oleh kaum cerdik pandai dalam menganalisa dunia sepakbola, pasukan Nil Maizar tidak boleh dipandang sebelah mata. Di kandang lawan mampu menahan 0 -1 terhadap Irak yang rangkingnya jauh di atas Indonesia dan di atas Arab Saudi.

Apakah tidak tertarik sedikitpun menyontek cara-cara Nil Maizar membentuk Timnas yang hanya kebobolan satu gololeh team raksasa di Asia?

Tapi mungkin harus demikian cerita sepakbola Indonesia. Bila tak ada kesempatan untuk merealisasikan ambisinya membentuk Timnas yangdianggap hebat, tak akan pernah mampu mengkoreksi diri. Kini semuanya telah didepan mata dan didepan ribuan supporter Indonesia, ternyata Indonesia belum mampu memiliki Timas yang tangguh, dan gelar selalu kalah masih jauh terwujud.

Oleh karenanya, pertanyaan “masak kalah terus” harus diubahmenjadi motto yang realistis. Bagi pakar-pakar sepakbola Indonesia seharusnyamembagi wacananya bahwa untuk meraih kemenangan tidaklah mudah. Perlu proses panjang danpenuh perjuangan dan persatuan.

Meningkatkan rasa persatuan yang telah diawali oleh KLB Borobudur, jauh lebih penting dibanding mengejar team yang hebatnamun tetap kalah juga dan mencederai rasa persatuan.

Setelah Indonesia makin terseok di papan bawahdi klasifikasi Pra Piala Asia 2015, sekiranya harus menerima kenyataan bahwa Garuda sangat berat untuk lolos menuju final di Australia. Untuk itu momentum Pra Piala Asia jauh lebih bermanfaat bila digunakan untuk memupuk dan membangkitkan kembali rasa persatuan. Mengharmoniskan kembali suasana sepakbola Indonesia agar segera tenang mempersiapkan dan membangun dunia persepakbolaan Indonesia.

Sebagai langkah awal,  bentuklah Timnas yang mencerminkan persatuan, dengan tidak mengabaikan kualitas.Utamakan Timnas yang subyektif yang dipengaruhi pertimbangan-pertimbangan peleburan darihasil karya Nil Maizar dan RD. Toh keduanya pelatih itu  sama jeleknya dan sama bagusnya.

Percayalah di negeri Indonesia saat ini belum ada pemain hebat, belum ada pelaku sepakbola hebat, belum ada pemikir hebat, belum ada pelatih hebat. Yang masih ada adalah semangat, semangat untuk bersatu, bersatuuntuk menjadiTimnas yang hebat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun