Mohon tunggu...
Erent Santoso
Erent Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Do Small Things with Big Love

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Cerita Order Baru dan Gerakan KPSI

5 November 2012   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian pertama dari testimony

Jaman orde baru telah diakhiri empat belas tahun yang lalu, yang berartianak-anak seusia ABG saat ini,mengenal kejayaan orde baru hanya di buku-buku sejarah, atau mungkin mendengar cerita langsung dari ayah.

Demikian juga generasi di atas usia 14 tahun sampai sekitar 26 tahun walaupun pernah mengenyam era orde baru,mereka dalam usia masih bocahyang masihrelatif minim daya ingat, namun mungkin hanya foto pak Harto yang masih melekat.

Bagi generasi di atas 26 tahunke atas, atau yang telah duduk dibangku es em pe, ketikadi era orde baru, mungkin masih kental dalam ingatannya bagaimana kejayaan orde baru saat itu. Sebuah era dimana pemerintahan mutlak dikuasai oleh Golkar. Sehingga keberhasilan orde baru dalam pembangunan Indonesia boleh dipersepsikan sebagai buah dari kerja keras Golkar. Dan sampai sekarangpun jasa Golkar masih sulit untuk dilupakan oleh sebagian besar masyarakat. Buktinya Golkar masih di urutan atas diantara sederetan partai yang eksis di era reformasi saat ini. Itu artinya Golkar memang hebat dalam mendoktrin masyarakat di segala lapisan.

Salah satu yang paling terkesan dalam ingatan saya, dan saya yakin ingatan ini hampir seragam seluruh generasi pemuda angkatan orde baru, yaitu kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan khususnya tentang pemahaman sejarah Indonesia. Jaman memang berbeda, di era reformasi saat ini siswa boleh saja bertanya dan ragu tentang apa yang disampaikan oleh guru. Tetapi di era pemerintahan Golkar saat itu, pelajaran sejarah di sekolah kebenarannya adalah mutlak.

Termasuk sejarah yang bertuah tentang kesuksesan dalam menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) yang mencoba menguasai Indonesia. PKI menjadi partai terlarang yang dapat mengancam setiap saat, atau dikenal dengan gejala laten PKI. Oleh karenanya seluruh masyarakat harus selalu waspada terhadap gejala-gejala gerakan PKI. Kewaspadaan itu begitu sangat melekat terutama kepada pemuda sehingga hampir setiap pemuda sangat mudah mengingat gejala-gejala adanya gerakan PKI.

Bahkan saking lihainya pemerintah, tak jemu-jemu selalu mengharuskan siswa untuk nobar (nonton bareng) film keganasan PKI di setiap hari Kesaktian Pancasila.

Gejala gejala gerakan PKI yang selalu disampaikan di buku-buku ataupun di ceramah-ceramah yang sampai saat ini tak mungkin saya lupakan adalah :

1.Memiliki jiwa kebersamaan dan militansi yang luar biasa, tak mengenal menyerah. Sama rasa sama rata, yang artinya kebersamaan itu hal yang utama. Satu lapar semua lapar, satu miskin semua miskin.

2.Mereka memanfaatkan petani atau diidentikkan masyarakat kecil, masyarakat yang mudah di pengaruhi dengan cara menunjukkan fakta-fakta kelemahan pemerintah. Menggunakan rakyat atau massa sebagai tameng perlawanan. Rakyat menjadi korban.

3.Memutar balik kebenaran agar masyarakat kacau sehingga tak mampu melihat dan menilai mana yang benar dan mana yang salah.

4.Menyebar berita bohong untuk menambah kisruh dan ketidak tenangan masyarakat.

Itulah gejala – gejala gerakan PKI yang selalu di sosialisasikan oleh pemerintahan Golkar pada saat orde baru.Sehingga wajar apabila doktrin itu masuk dalam sanubari yang paling dalam dan dampak yang kita rasakan adalah kebencian yang sangat tinggi terhadap PKI.

Bagian dua dari testimoni

Di bumi Indonesia saat ini, khususnya masyarakat bola, baik pelaku, pecinta maupun penggembira bola dalam kondisi kisruh akut. Kendati sejujurnya di tubuh organisasi dalam hal ini PSSI berjalan dengan baik tanpa terkecuali timnas Indonesia.

Masyarakat bola Indonesia yang dinaungi oleh organisasi PSSI yang legalitasnya tak perlu disangsikan lagi oleh dunia, seolah dalam kondisi carut marut sehingga telah menjadi stigma istilah dualisme PSSI. Padahal sejatinya PSSI sedang mendapat perlawanan oleh gerombolan KPSI. Ini tandanya bahwa KPSI berhasil menciptakan persepsi salah kaprah.

Itulah hebatnya KPSI,sebuah gerombolan yang dikanal bola ini pernah terekspose, terdiri dari penganut paham partai tangguh di Indonesia yaitu Golkar dan sederajat. Gerombolan KPSI memang beranggotakan orang-orang yang tangguh dan memiliki kemampuan :

1.Memiliki jiwa kebersamaan yang tinggi dan menyebar ke seluruh Indonesia. Prinsip yang mengerikan adalah tijitibeh - mati siji mati kabeh (mati satu mati semua).

2.Mereka mampu menciptakan fanatisme yang luar biasa kepada supporter yang apabila kita saksikan di layar tivi, rata-rata mereka adalah anak-anak usia muda yang penuh emosi. Antara usia 14 sampai 26 tahun. Ketika terdesak supporter yang selalu menjadi tameng gerakannya. Contoh paling aktual, atas nama bobotoh di piala Lanyala Mataliti harus terselenggara.

3.Rela mengucurkan dana untuk menciptakan kebingungan masyarakat, dengan mengikrarkan dualisme PSSI, selalu menunjukkan fakta ganda, kompetisi ganda, organisasi ganda, timnas ganda agar masyarakat menjadi bingung dan kacau, bahkan kecenderungannya masyarakat tak dapat melihat mana yang benar dan mana yang salah. Memutar balik fakta ? terlalu banyak untuk dicatat.

4.Berita hoax? Sudah banyak cerita dan berita hoax yang selalu diciptakan, dan yang lebih memprihatinkan begitu tanpa bebannya melakukan pembohongan public.

Inilah testimony yang mungkin berguna bagi generasi usia ABG hingga sekitar 26 tahun, yang saat ini sering membanjiri stadion. Mudah-mudahan lebih hati-hati dalam menentukan fanatisme. Gerakan gerombolan perlawanan terhadap PSSI semakin sulit terkendali. Biarpun Menteri seolah turut peduli akan timnas PSSI, namun bagi gerombolan pemberoktak PSSI ah……. Itu tergantung hati.

Yang paling mengkawatirkan, melihat gejala militansi KPSI, bila dalam kondisi terdesak mereka akan rela membawa supporter di garis depan, sebagai benteng hidup-hidup atas keselamatan kaumnya.

Semoga tidak terjadi!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun