Mohon tunggu...
Erent Santoso
Erent Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Do Small Things with Big Love

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pengorbanan Anak ISL Untuk Timnas

6 Agustus 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:11 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran pemain gaek Bambang Pamungkas di Timnas,bagai cahaya yang tumpah tidak hanya seberkas. Demikian jugaPonaryo Astaman, seolah berjuta sinar memecahgelapnyaharapan. Harapan masyarakat bola, baik pemuja, pelaku dan pekerja bola yang bercita-citaGaruda tidak mendua, tapi hanya satu di darahku.

Demikian juga Firman Utina, telah menyampaikan sebuah wacana dan alarm untuk segera menyudahi sejarah sepakbola Indonesia yang selalu bersengketa.

Ridwan dan Bustomi, membawa damai dan menawarkan gencatan senjata untuk semua insan bola ketika melawan Valencia.

Bagi penggembira bola yang terkadang lebih emosional dan irasional dari pada pemain,mungkin tanpa beban memaki dan mencela mereka. Namun segudang resiko telah menghadang Bambang dan kawan-kawan, demi misi bersatunya insan bola Indonesia. Walaupun harus rela berkorban terhadap resiko yang datang , termasuk ancaman hukuman yang disampaikan di media masa dengan lantang.

Ketum Persija Jakarta Ferry Paulus bakal menjatuhkan sanksi kepada Bambang Pamungkas. Keputusan tersebut diambil setelah Bepe memutuskan bermain untuk Timnas Indonesia menghadapi Valencia (BOLA.net).

Direktur Teknik dan SDM SFC, Hendri Zainudin, mengungkapkan, manajemen Sriwijaya akan mengenakan sanksi kepada Ponaryo dan Firman (KOMPAS.com).

Mitra Kukar siap memberikan sanksi apabila gelandang Ahmad Bustomi nekat bergabung dengan tim nasional Indonesia. Klub Liga Super Indonesia (ISL) itu melarang Ahmad Bustomi bergabung dengan tim nasional Indonesia asuhan Nil Maizar(REPUBLIKA.co.id).

Mereka tak tak gentar dan seolah tak mendengar sangsi yang bakal mereka hadapi. Sebuah keputusan yang berani mati, menghancurkan prestasi apa menjunjung tinggiharga diri? Pertanyaan itu mungkin sempat menjadi dilemma ketika niat di hati memanas,untuk bergabung dengan Timnas.

Seharusnya mereka menjadi pejuang paripurna persatuan insan bola Indonesia, setelah diawali oleh tiga punggawadari Papua. Titus Bonai, Patrick Wanggai dan Okto Maniani telah menunjukkan nyali sebagai juru kunci yang membuka pintu ruang rekonsiliasi antara PSSI dan KPSI.

Sepak terjang Trisula Papua di kancah perseteruan sepakbola Indonesia, membukakan mata insan bola yang dari hari ke hari selalu bertikai, untuk melihat dengan jeli bahwa mereka rela berkorban agar masa depan sepakbola Indonesia tiada lagi salingberselisih.

Mereka semuanya luar biasa………. telah memberi alenia berdarah-darah dalam sebuah cerita tentang sejarah sepakbola Indonesia. Paragrafcerita yang tak boleh terlupakan sepanjang jaman, karena dari tekad mereka, insan bola Indonesia berharap seri pergolakan sepakbola sudah di halamanterakhir dan memulai dengan cerita romantika yang baru.

Tetapi ternyata angan-angan itu tidak benar…….. ada bom besar yang kembali di lempar. KPSI menyiapkan Timnas untuk piala AFF mendatang.

Cerita masih panjang, pengorbanan pemain-pemain ISL belum cukup menaruh simpati apalagi mengetuk hati. Pemain siapa lagi yang akan di kebiri. Perjuangan Trio Papua dan di susul BP dkk. belum selesai.

Misi yang diemban olehnyatidak cukup untuk membawa berita damai. Walaupun mulut tak makan tak minum, tapi niat bersengketa tak bisa dibendung.

Harapan apalagi yang akan di cita-citakan, dengan menyiapkan Timnas Piala AFFtandingan, toh sedangkal dangkalnya insan bola berfikir, tak akan statuta internasionalmangkir. Artinya, hanya ilusi yang mampu mengakomodasi tim KPSI.

Korban…..korban…..korban lagi.

Sungguh menyesakkan dada, meradangkan mata. Bakat-bakat yang luar biasa anak-anak ISL siap menungguhari, untuk menjadi korban harga diri atau dengki atau strategi.

Apabila berandai-andai tim KPSI terbentuk, pemain yang terseleksi berbakti untuk negeri apa untuk janji KPSI? Janji untuk diperjuangkan menjadi tim impian yang tentunya jauh di awan-awan.

Anak-anak ISL harus ada yang menyelematkan, karena mereka adalah putra bangsa asset Negara.Jangan biarkan mereka terlena, menderita tak terasa. Sekarang nampaknya ribuan suporter datang di arena, namun lambat laun prestasi akan berhenti. Dan itupun kini sudahmulai ditengarai.

Lihat Persebaya yang selalu menjadi cibiran, kini telah mampu memperagakan sepakbola modern, mampu mengimbangi QPR (Inggris lo….). Belum lagi Semen Padang, Persibo, PSM dsb. Dan cara bermain yang cerdas itu nampak ketika Timnas lawan Inter Milan, Singapura, Jepang, dan Valencia di menit-menit terakhir babak II.

Tak bisa dibayangkan bagaimana hebatnya jikasekelas Persib,Persija, Sriwijaya FC dll. menerapkan sepakbola modern, tentu mereka akan menjadi tim yang tangguh dan sulit terkalahkan.

Sayang…….sepakbola Indonesia masih harus berkelahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun