Mohon tunggu...
Eren hNt
Eren hNt Mohon Tunggu... Wiraswasta -

I'm only an ordinary woman with an ordinary life.. Homestayeren.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengajak Anak Bersyukur dan Berempati Lewat "Bolang Berbagi"

3 Oktober 2016   08:14 Diperbarui: 3 Oktober 2016   19:55 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Saiful, Mila, mbak Lilik sedang berakting menjadi keluarga petani

It's not easy being a single mother, but it's always worth it. Because it's twice the work, twice the stress, and twice the tears. But it's also twice the love, twice the hugs, and twice the pride.

Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal, lebih tidak mudah lagi saat anak kita mulai tumbuh menjadi remaja dengan segala kisah dan cerita remajanya. Kita harus bisa menjadi seorang ibu yang telaten merawat dan menyiapkan segala kebutuhan anak. Menjadi ibu yang bijak saat anak kita berkeluh kesah ataupun sedang dalam masalah, juga ibu yang sabar saat anak melakukan kenakalan kenakalannya.

Di lain sisi, kita juga harus menjadi pengganti ayahnya untuk mencari nafkah, dan selalu sigap melindungi anak kita. Namun satu yang pasti, jika kita sukses melewati semua rintangan, maka kebahagiaan dan kebanggaan yang kita dapatkan juga dua kali lipat dibandingkan jika kita membesarkan anak dengan bantuan suami.

Aku memilih untuk menjadi ibu tunggal bagi putriku sejak 12 tahun yang lalu, semenjak putriku masih berusia 9 bulan, hingga kini berusia 13 tahun. Putriku ini tumbuh menjadi gadis yang cenderung pendiam dan pemalu, apalagi jika berhadapan dengan orang yang baru dia kenal. Padahal sebagai orangtua, aku selalu berusaha membesarkan hatinya agar putriku itu tidak merasa minder meskipun dia berasal dari keluarga broken home. Tapi toh, seringkali dia mengeluh, "kenapa kok keluargaku tidak seperti keluarga lain, ada mama, ada ayah." Di lain waktu, dia mengeluh seakan akan ayahnya tidak menyayanginya bahkan tidak peduli akan keberadaannya karena sudah memiliki keluarga baru.

Sebenarnya, aku begitu sering memberi pengertian kepada putriku tentang kondisi keluarga kami yang memang berbeda dengan keluarga lain yang masih lengkap. Aku juga sering bercerita tentang anak-anak yang nasibnya jauh lebih tidak beruntung dibandingkan dengan dia. Tapi namanya juga anak-anak, cerita yang aku sampaikan begitu cepat dia lupakan dan dia kembali mengeluh tentang ketidaknyamanannya hidup dalam keluarga yang tidak lengkap.


Mila (berjilbab putih) bersama putriku di pondok pak Rahman
Mila (berjilbab putih) bersama putriku di pondok pak Rahman
Saat Bolang meng-agendakan untuk mengadakan kegiatan "Bolang Berbagi", aku sudah berangan-angan untuk mengajak putriku dalam kegiatan tersebut. Jika cerita saja tidak begitu dia percayai, mungkin dengan melihat langsung anak anak yang kurang beruntung, dia bisa berubah sikap dan pikiran.

Sebenarnya, setiap ada kegiatan bersama Bolang, aku hanya mengendarai motor dari rumahku di kota Batu ke kediaman pak Yunus. Usai menitipkan motor di rumah beliau, aku ikut di mobil bersama yang lain karena lebih rame dan lebih aman. Tapi kali ini, putriku yang memang sering mabuk darat, ngotot untuk menggunakan motor sampai ke lokasi, dan aku manut. Dan ini pertama kalinya aku mengendarai motor dalam jarak yang cukup jauh.


Begini serunya putriku diantara para fotografer dadakan Bolang
Begini serunya putriku diantara para fotografer dadakan Bolang
Tujuan pertama Bolang adalah sawah pak Rahman di desa Wangkal kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang. Rahsya Jamilatun Nuriya, begitu nama gadis kecil yang baru duduk di kelas 5 SD yang kami temui disana. Saat aku suruh untuk berkenalan, putriku malu malu mengulurkan tangannya, begitu juga Mila yang menyambutnya dengan malu malu juga.

Mila adalah anak dari pasangan orang tua yang dengan suatu alasan harus mengakhiri pernikahan mereka. Si ayah menikah lagi dan sudah membangun keluarga baru di kota Batu, dan si ibu juga sudah menikah lagi dan tinggal di kecamatan Wajak, kabupaten Malang. Mila tinggal bersama kakek neneknya yang sangat sederhana sehingga Mila sering merasa rindu dengan kedua orangtuanya yang sudah sibuk dengan keluarga baru mereka. Mila sering meneteskan air matanya saat bercerita, dan putriku menyimak ceritanya dengan seksama sambil sesekali melirikku.

Di gubuk tengah sawah pak Rahman ini, Bolang memang ingin berbagi sedikit kebahagiaan bersama si kecil Mila. Selain memberikan peralatan sekolah dan boneka yang merupakan hasil penjualan buku "Mak Renta", Bolang juga ingin memberikan semangat kepada si kecil Mila agar tabah menjalani kehidupannya. Kami bahkan sempat bercanda bahwa dua diantara anggota Bolang yaitu mas Saiful dan mbak Lilik yang namanya hampir mirip dengan ayah dan ibu Mila, adalah orangtua Mila yang datang berkunjung karena kangen dengan putrinya, Mila. Dan Mila kecil ikut tertawa mendengarnya.


Mas Saiful, Mila, mbak Lilik sedang berakting menjadi keluarga petani
Mas Saiful, Mila, mbak Lilik sedang berakting menjadi keluarga petani
"Hubungi abah Rahman kalau Mila butuh sesuatu, entah itu buku, seragam, atau yang lain. Nanti kami akan mengusahakannya, dan anggap kami sebagai orangtua Mila sendiri," celetuk salah seorang diantara kami, dan air mata Mila tak bisa lagi dibendung. Mila menangis sesenggukan di pelukan mbak Desi dan mbak Lilik.

Putriku menarik tanganku sambil berbisik, "ma, kasihan banget ya Mila."

"Itulah, kamu masih lebih beruntung karena kamu sekarang tinggal bersama mama, dan kamu juga masih sering ketemu sama ayah." Anakku mengangguk setuju.

Hujan rintik rintik saat kami meninggalkan Mila dan pak Rahman di gubuk tengah sawah. Pak Rahman memang kebagian tugas untuk mengantar Mila pulang karena beliau tidak ikut ke agenda Bolang selanjutnya, yaitu mengunjungi rumah Dede, anak berkebutuhan khusus yang tinggal bersama orangtuanya di desa Pandanwangi, kecamatan Blimbing, kota Malang.


Bolang Berbagi
Bolang Berbagi
Berbeda dengan teman teman yang menggunakan mobil yang tidak terganggu dengan hujan deras, aku dan putriku harus rela basah-basahan di tengah hujan untuk sampai di rumah Dede, bocah yang kami kunjungi beberapa waktu lalu. Kami memang pernah berjanji untuk berkunjung ke rumah Dede sekali lagi dengan membawa beberapa perlengkapan sekolah sesuai permintaan Dede, baik itu warna maupun gambarnya.

Dede sedang mandi saat kami tiba di rumahnya. Dede bersiap karena sudah diberitahu bahwa dia akan diajak membeli seragam baru, ini karena mbak Desi memang belum membeli seragam buat Dede karena takut ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar. Mas Heri dan mas Saiful kebagian tugas untuk mengantar Dede ke toko seragam.

Dede sedang mencoba seragam baru
Dede sedang mencoba seragam baru
Dede terlihat sangat bahagia saat kembali ke rumah karena dia tidak hanya membeli seragam baru, tapi juga mobil mobilan kecil berwarna merah. Kebahagiaannya bertambah begitu dia melihat tas sekolah bergambar superman, superhero idolanya. Dede juga langsung mencoba sepatu barunya dengan wajah yang berbinar bahagia. Usai mencoba sepatu, Dede memasukkan semua peralatan sekolah, sepatu, seragam, termasuk mobil mobilan nya ke dalam tas.

"Terimakasih," ujar bocah kelas 5 SD yang bersekolah di SDN Pandanwangi 3, di kelas khusus bagi anak anak yang berkebutuhan khusus itu.


Sepatu baruku oke kan?
Sepatu baruku oke kan?
Dalam perjalanan pulang putriku berkata, "benar kata mama. Banyak anak yang nasibnya tidak seberuntung aku, dan seharusnya aku bersyukur karena ada mama yang selalu menyayangiku, dan aku tidak kekurangan sesuatu apapun. Terimakasih karena hari ini sudah mengajakku ya ma."

Dan aku tersenyum dalam hati. Benar, bukan tanpa alasan aku mengajak putriku dalam kegiatan "Bolang Berbagi" kali ini. Yang terpenting, aku ingin supaya putriku tidak lagi merasa minder karena berasal dari keluarga broken home. Aku juga ingin supaya putriku belajar bersyukur dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dan belajar menumbuhkan empati saat melihat orang lain yang tidak seberuntung dia.

Berbagi, bukan melulu tentang besarnya materi yang diberikan, tapi tentang ketulusan dan keikhlasan yang menyertainya. Berbagi, juga tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi orang lain, tapi juga kebahagiaan bagi diri kita sendiri.  

Nb: Semua foto merupakan koleksi Bolang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun