Mohon tunggu...
Eren hNt
Eren hNt Mohon Tunggu... Wiraswasta -

I'm only an ordinary woman with an ordinary life.. Homestayeren.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Bulan Kemanusiaan RTC] Cita-cita Terbaru Rina

27 Juli 2016   21:07 Diperbarui: 27 Juli 2016   21:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau sudah ketemu Mak Ti, jangan menutup hidung loh ya," aku mengingatkan Rina.

"Kenapa kak?"

"Gak sopan, nanti Mak Ti tersinggung." Rina mengangguk mengerti.

"Bilang ke ibu kalian terimakasih ya nduk," ujar mak Ti usai menerima bungkusan sembako. Matanya berkaca kaca. Aku dan Rina mengangguk bersama, lalu segera berpamitan.

"Kak, kenapa Mak Ti menangis?, dia sedih ya?" tanya Rina saat kami tengah berjalan beriringan menuju rumah berikutnya.

Aku mengusap kepala Rina pelan. "Beliau gak sedih, mungkin beliau terharu karena mendapatkan sembako dari ibu." O panjang terdengar dari mulut Rina seusai aku selesai menjelaskan.

"Kak, kasihan ya mbok Narmi, sudah tua, kurus, rumahnya kecil, gelap, sendirian, memang dia gak punya anak ya?" tanya Rina, saat kami usai memberikan bungkus sembako kedua di rumah mbok Narmi.

"Dia punya anak, tapi sekarang anaknya ikut suaminya di desa lain."

"Kenapa mbok Narmi gak diajak saja?, kan kasihan kak, sudah tua begitu malah ditinggal sendirian,"

"Kakak juga gak tau Rin, makanya, kalau nanti bapak sama ibu sudah tua, kita gak boleh ninggalin mereka sendirian, nanti malah seperti mbok Narmi," aku menggoda Rina yang malah menanggapiku dengan serius.

"Ya kak, aku berjanji!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun