[/gambar; Fiksiana Community]
Peserta nomer 54
Dear diary,Â
Kadang aku tak habis pikir kenapa banyak orang merasa lebih tahu apa yang kita rasakan dan kita pikirkan daripada kita sendiri. Mereka bukan cenayang maupun paranormal, tapi mereka merasa bisa membaca hati dan pikiran kita, lucu.
Kamu tahu Ry? Bulan lalu aku memangkas pendek rambutku. Aku bosan dengan model rambut panjang, aku ingin terlihat lebih segar dan lebih muda dengan rambut pendek. Banyak orang yang bertanya kenapa, dan aku menjawab dengan alasan yang sama. Eh, mereka gak percaya Ry, mereka bilang aku memotong rambut karena frustasi setelah putus cinta. Dalam hati aku tertawa, tapi sudahlah, biarkan mereka bahagia dengan pikirannya. Tak ada gunanya juga menjelaskan perasaanku yang sesungguhnya.
Aku akan bicara jujur padamu Ry, hanya padamu. Tapi ingat, ini rahasia kita berdua, jadi jangan pernah kau bagi ke orang lain. Sebenarnya aku tidak sedang frustasi, tapi aku sedang jatuh cinta, dan aku ingin terlihat lebih menarik di mata pria yang membuatku tergila gila, itu saja. Ah, Ry, pria itu bilang aku terlihat lebih cantik dengan model rambutku yang baru, aku sangat bahagia.
Aku sedang berbahagia, tapi mereka bilang aku sedang frustasi karena putus cinta. Tidakkah apa yang aku rasakan jauh berbeda dengan apa yang orang pikirkan tentangku Ry? Padahal ini cuma tentang model rambut loh Ry, rambut! hahaha.
Ry, kamu mau tahu cerita yang lebih mengerikan? Banyak orang yang berpikir sekian lama aku betah tidak menikah karena aku mengalami trauma pernikahan yang menyebabkan aku tak tertarik lagi dengan makhluk berjenis kelamin pria. Jangan tertawa Ry, setidaknya jangan tertawa dulu sebelum aku selesa bercerita.Â
Pemikiran mereka itu lucu Ry, sungguh. Biarpun tidak sampai ke jenjang pernikahan, paling tidak aku sering berpacaran. Dan pacar pacarku itu, tidak satupun yang memakai rok, tidak satupun diantara mereka yang senang menggunakan high heels, dan yang terpenting, mereka semua berjakun. Itu artinya mereka tidak berjenis kelamin sama denganku. Benar begitu Ry?
Sebagai orang tua tunggal, banyak hal yang harus aku pertimbangkan sebelum menikah lagi, terutama masalah anak. Dan mereka tidak mau tahu itu Ry, mereka lebih memilih untuk berbahagia dengan pikiran mereka yang salah tentangku. Lalu apakah aku sakit hati? tidak Ry, aku cukup tertawa dalam hati. Bukankah membuat orang lain bahagia itu balasannya pahala Ry? hahaha.
Dear diary,Â
Apakah kamu tahu betapa repotnya menjadi manusia? Berbuat salah, dimaki sana sini. Berbuat benar, masih juga disalahkan. Kita seperti pemain dalam sebuah pertunjukan, dan orang di sekitar kita adalah penontonnya. Mereka merasa berhak menilai kisah yang mereka tonton tanpa mau mengerti proses di balik kisah itu yang begitu panjang.Â
Dan aku, aku tidak mau seperti mereka Ry. Aku bukan cenayang, juga bukan paranormal yang bisa membaca hati dan pikiran. Aku juga bukan seorang hakim yang berhak menghakimi hidup orang lain. Benar begitu, Ry?Â
Â
Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community.
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H