Mohon tunggu...
Eren hNt
Eren hNt Mohon Tunggu... Wiraswasta -

I'm only an ordinary woman with an ordinary life.. Homestayeren.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kupu-kupu Hitam

25 Maret 2016   16:41 Diperbarui: 25 Maret 2016   16:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/gambar; dok pri]

Lanjutan bab 2

Endah membuka payung yang tadi dibawanya sebelum melompat turun dari bis, lalu berlari kecil menuju ke arah Warung Thailand. Perutnya sudah keroncongan, dan Endah sudah membayangkan lezatnya mie goreng dan sop Tom Yum kesukaannya.

Setelah meletakkan payungnya di depan pintu masuk, Endah segera melangkah masuk. Dia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan untuk mencari tempat duduk yang kosong. Warung ini tidak begitu besar, hanya ada enam meja berbentuk bulat dan 4 kursi di masing masing meja. Saat melihat ke sudut ruangan, pandangan Endah terhenti. Bukan karena dia menemukan apa yang dicarinya, tapi dia kaget melihat sosok yang tiap malam mampir ke mimpinya, tengah melihat ke arahnya. Tiba tiba saja kedua pipinya menghangat.

Endah membalikkan badan dan berniat melangkah keluar, ketika dia merasa ada tangan yang memegang pergelangan tangannya. 

"Tunggu, kamu teman Nuri kan, aku melihatmu di perayaan ulang tahunnya." 

"Be.. benar kak, aku teman Nuri," Endah menjawab tanpa menoleh ke arah si penanya.

"Lalu kenapa kamu berniat pergi saat melihatku?"

"Aku.. aku hanya melihat kalau warungnya penuh, aku berpikir untuk kembali saat warungnya agak sepi, nanti"

"Oh, kalau begitu kamu duduk di tempatku saja, temani aku." Tanpa menunggu jawaban, Willy menarik tangan Endah ke mejanya. 

***

Endah memesan semangkuk sop Tom Yum dan segelas kopi susu panas, entah mengapa rasa laparnya tiba tiba hilang saat bertemu dengan Willy. Celana gunung selutut, T shirt hitam bergambar tengkorak, dan sneakers warna senada denganT shirt nya, membuat Willy terlihat sangat tampan. Sling bag warna hijau lumut, tergeletak di sampingnya. Endah sesekali  mencuri pandang ke arah penghuni ruang hatinya itu.

"Kamu sering makan disini, mmmm.. siapa namamu?, aku lupa," Willy mengerutkan kening, mencoba mengingat ingat.

"Endah kak, kakak tidak sedang lupa, tapi kakak memang tidak pernah bertanya sebelumnya."

"Iya? aduh maaf ya, hehehe. Oh iya, kamu sering makan disini? Makanan di warung ini enak sekali loh"

Endah tersenyum kecil, "sering, biasanya aku kesini bersama Dai dai, apartemen kami di sebelah sana," Endah menunjuk ke arah beberapa bangunan tinggi berwarna hijau muda. "Yung Ming Court," tambahnya.

"Oh, dekat juga ya. Aku biasa kesini kalau lagi libur saja. Tidak tiap minggu, karena Rani tidak begitu suka..." Willy merendahkan volume suaranya. Tenggorokannya tercekat saat mengingat sosok Rani, dan Endah rupanya menyadari kalau raut muka Willy berubah muram.

"Kenapa hari ini kak Rani tidak ikut?" Endah bertanya hati hati.

"Dia pulang ke Malang, 2 minggu lalu. Ah sudahlah, aku sedang tidak ingin membicarakannya."

"Maaf kak," ujar Endah pelan, seolah olah sedang berempati. Sebenarnya, saat itu hati Endah tengah melompat lompat kegirangan. Setidaknya, ada setitik harapan untuk menggantikan tempat Rani. "Tim ci?" Endah terkikik pelan.

Pesanan Endah sudah tersaji di atas meja. Sop Tom Yum yang biasanya memang lezat, terasa begitu istimewa hari ini di lidahnya. Udang, kepiting, dan kerang di dalam mangkoknya, seperti sedang menari salsa. Hujan yang biasanya dibencinya, ternyata telah membuatnya jatuh cinta. "Mulai sekarang aku akan mencintai hujan," Endah menggumam.

Willy mengamati gadis cantik di hadapannya yang tengah menyantap sop Tom Yum dengan lahap. Sesekali gadis itu tersenyum kecil, lalu sedetik kemudian mukanya merona merah. Willy menduga duga apa yang ada di pikiran Endah hingga dia bersikap seperti itu. Mungkinkah dia sedang jatuh cinta?, tapi pada siapa? Pada Willy?, pada sop Tom Yum, ataukah kepada rinai hujan? Willy mengangkat bahu, "ah, bukan urusanku, hujan kadang memang membuat orang jadi aneh."

Willy menggeser piring nasi goreng udang dan mangkuk sop Tom Yum nya yang sudah dingin, kemudian memesan semangkuk lagi. Kali ini disertai kopi susu panas seperti pesanan Endah. "Melihatmu makan seperti itu, aku jadi ikut lapar, hahaha.." Endah melihat ke arah Willy lalu ikut tertawa bersamanya.

 

#bersambung

 

*Tim ci: Mana tau (bahasa Kanton)

Dai dai: Nyonya (bahasa Kanton)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun