Saat itu, dia datang menggandeng seorang gadis cantik dengan rok mini yang hampir menyentuh pangkal paha. Atasannya hanya selembar tank top berwarna pink. Boot setinggi lutut, melengkapi penampilannya. Dia tidak putih, tapi kulitnya yang kecoklatan malah memberi kesan eksotis. Lesung pipit di kedua pipinya, membuatnya semakin manis saat tersenyum. Cantik sekali, hanya itu yang bisa aku pikirkan tentang kekasih kak Willy yang belakangan aku tahu bernama Rani. Mereka berdua berasal dari Jawa Timur, kabupaten Malang, tepatnya.Â
Aku cemburu dengan kemesraan mereka. Tapi aku tahu diri, siapalah diriku. Cuma gadis desa dari pinggiran Cirebon, dengan penampilan yang seperti bumi dan langit dibanding Rani. Mana mungkin gadis sepertiku bisa menarik perhatian tomboy sekeren kak Willy.Â
"Hei, kamu naksir dia ya?, percuma, yang naksir dia banyak, cantik cantik," Tiba tiba Nuri sudah berdiri di sampingku.Â
"Ah, siapa bilang, enggak"
"Come on, kamu melihatnya dengan mata tak berkedip selama enam belas menit, dua puluh detik, itu tandanya kamu sedang naksir dia" Kali ini Nuri mengedipkan matanya dengan genit ke arahku.
"Kamu gila, dia kan perempuan, mana mungkin aku naksir sama dia," elakku. Aku segera meninggalkan Nuri menuju kumpulan teman temanku yang lain. Mukaku terasa panas, pasti Nuri  juga melihat kalau pipiku bersemu merah. Buktinya, dia tertawa sambil mengibaskan tangannya ke udara.Â
Banyak yang naksir?, cantik cantik pula?, ah tentu saja. Itu artinya kesempatanku untuk dekat dengannya sangat kecil. Aku putus asa.
Â
#bersambung
Dai dai: Nyonya (bhs kanton)
Singsang: Tuan(bhs kanton)