"Terimakasih Riv, dan aku ingin menjelaskan semuanya padamu," ujarnya sambil menerima cangkir kopi dariku. Dey mencium aroma kopinya sambil memejamkan mata. Itu kebiasaannya sejak lama.
"Sudahlah, ini hari terakhir kebersamaan kita dan aku sedang tidak ingin merusak suasana," aku duduk di sebelahnya dan menirukan apa yang dia perbuat pada cangkir kopinya.
"Kamu tahu aku mencintaimu Riv, selamanya begitu," Dey menyeruput kopinya.
"Aku tahu Dey, aku tahu."Â
Dey memekik tertahan, lehernya seperti tercekik hingga ia sulit bernafas. Tangannya menggapai ke arahku dan aku memeluknya erat. Mulutnya mengeluarkan busa dan aku menjilatinya dengan rakus. Jika kamu tidak lagi menjadi milikku Dey, tak ada orang lain yang boleh memilikimu. Kopi yang aku racik itu telah aku campur dengan bubuk sianida. Begitu pula dengan kopi yang baru saja berpindah ke perutku. Jika Tuhan tak mengijinkan kita bersama di dunia Dey, setidaknya aku akan selalu menemanimu di neraka.
***
Aku adalah Riv, orang tuaku memberiku nama Rivalia Sinta, tapi aku lebih memilih dipanggil Riv. Aku lelaki yang terperangkap di tubuh wanita dan aku begitu membencinya. Apakah kamu tahu sakitnya mencintai orang yang berjenis kelamin sama denganmu?, tanyakan padaku, aku tahu rasanya. Sakit, sakit sekali. Dan Dey, Dey wanita yang mencintaiku dengan tulus, tapi keluarganya ingin dia hidup normal. Tapi tentu saja aku tidak akan pernah membiarkannya terjadi. Dey milikku, hanya milikku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H