Saat ini dunia telah memasuki era revolusi 4.0, dimana dunia mengalami perubahan dan peningkatan yang cukup drastis. Perkembangan revolusi industri 4.0 pada era sekarang ini semakin mendorong kemajuan teknologi.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern pada era revolusi industri 4.0 menyebabkan hampir segala sesuatu dapat dipermudah dan dilakukan serba digital dan serba internet, sebagaimana hal ini secara mendasar akan mengubah gaya hidup, pekerjaan, dan hubungan yang dijalani setiap hari yang berlaku bagi semua kalangan, baik dari kalangan anak-anak hingga kalangan dewasa.
Kehadiran media sosial sangat membantu dalam proses pembelajaran karena dapat menghadirkan hal-hal yang sebelumnya sulit untuk diajarkan untuk generasi z, yang memungkinkan untuk menyajikan dan menampilkan pendidikan melalui media sosial.
Dimana sebelumnya sulit untuk disajikan agar memungkinkan pendidikan yang bermakna. Dengan menggunakan alat media sosial yang sudah mereka kuasai, maka dapat dipakai dengan nyaman sebagai sumber pembelajaran terbuka, yang juga berarti tidak disensor secara publik.
Era revolusi industri 4.0 telah menciptakan kondisi bagi generasi z untuk menjadi digital natives, dimana mereka yang cenderung mengandalkan teknologi tetapi memiliki keterampilan sosial yang buruk. Kita sebagai generasi z, generasi dengan ambisi dan pikiran optimis dapat mencapai tujuan dengan tekad yang kuat.
Oleh karena itu, generasi z yang berperan sebagai digital natives harus bisa beradaptasi dengan teknologi canggih yang berada di era revolusi 4.0, membangun karateristik generasi z yang bisa memajukan dunia.
Digital natives adalah anak muda yang semuanya “native speaker” dalam berbahasa digital di komputer, video game, dan internet. Digital native lahir setelah munculnya digital technology yang berada di era revolusi industri 4.0. Digital natives tidak mengacu pada generasi tertentu yang sebaliknya adalah predikat yang diberikan kepada anak-anak dari semua kategori yang tumbuh dalam teknologi seperti internet, komputer, dan perangkat seluler.
Generasi z, yang dimana mereka adalah generasi pertama yang tumbuh dengan teknologi baru, dikelilingi oleh alat dan mainan era digital yang telah menemani sebagian besar hidup mereka. Dengan mempelajari dunia digital sejak dini, juga mereka yang telah berkembang di era revolusi industri 4.0, kebanyakan generasi z dikenal sebagai sosok digital savvy atau yang dimaksud mahir dalam dunia digital.
Mereka juga amat terbuka mengenai teknologi baru yang hadir pula di era revolusi industri 4.0, seperti teknologi maju semacam artificial intelligence (AI), virtual reality (VR), atau wearable devices, sebagaimana generasi z dapat dengan cepat beradaptasi dengan hal-hal seperti ini, mereka pula selalu aktif dalam penggunaan media digital tersebut.
Teknolgi pada era revolusi industri 4.0 ini memang berkembang pesat, dan akan memudahkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, namun ada dampak negatif dari berkembangnya teknologi itu.
Hoax, atau berita bohong terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang dengan sengaja menceritakan berita palsu dan mengatakannya sebagai kebenaran. Hoax berbeda dari kesalahpahaman dan lelucon sederhana karena merupakan upaya yang disengaja untuk menipu orang lain yang biasanya lebih kompleks dan tersebar luas.
Salah satu faktor utama penyebab hoax berkembang ialah kecenderungan masyarakat kurang bertanggung jawab dalam bermedia sosial. Penyebar- penyebar hoax ini harus diberantas agar masyarakat tidak khawatir dan cemas akan menerima berita-berita tidak bermutu.
Salah satu imbauan yang bisa membantu adalah kita sebagai masyarakat, harus cerdas memilih berita yang sesuai fakta dan menghindari berita yang akan memperkeruh.
Generasi z yang cenderung mudah terkena pengaruh kenegatifan dari internet tersebut akan mengalami hal-hal buruk seperti kecanduan dengan internet, mudah mempercayai berita-berita hoax, dan kecemasan berlanjut bagi pengguna aktif social media.
Hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal tersebut, perlu adanya literasi bagi generasi z, karena literasi dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mem-filter informasi-informasi tidak bermutu agar dapat terhindari. Sebagaimana teknologi canggih pada revolusi 4.0, hal-hal tersebut semestinya bisa dilakukan dengan mudah, hanya karena kekurungannya perilaku dan pengetahuan bagi generasi z yang menjadikannya masalah.
Media yang digunakan generasi z, seperti media sosial merupakan hal yang rentan akan mengakibatkan menyebarluasnya berita-berita hoax dan menambah kemasifan persentase hoax dalam media-media, yang dimana akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu, hal yang bisa dilakukan ialah pengguna internet sebaiknya memfilter berita-berita tersebut. Maka dari itu, agar generasi z bisa mengetahui dimana berita tersebut akan menyampaikan fakta atau hoax, perlunya pendidikan literasi digital.
Masyarakat begitupun generasi z semakin cemas akibat semakin masif menyebarluasnya hoax, inipun berlaku untuk seluruh penduduk bangsa Indonesia. Karena hal tersebut, dengan juga faktor kita berada di era revolusi 4.0, sulit untuk menerima berita terpercaya yang dapat diterima sesuai fakta.
Alhasil, salah satu cara yang dapat dijadikan pemahaman bagi seluruh bangsa Indonesia ialah pendidikan literasi digital, yang adalah pendidikan dimana menggunakan teknologi juga kemampuan penggunanya sebijak mungkin demi menciptakan interaksi dan komunikasi yang jelas.
Literasi digital yang menekankan kemampuan kritis individu untuk menggunakan media digital, termasuk media sosial, didasarkan pada pemrosesan informasi dan mencakup keterampilan teknologi, kognitif, dan sosial. Hal ini harus dilakukan agar pengguna internet lebih peka dalam menyaring informasi dan dapat membedakan antara fakta atau hoax.
Literasi digital merupakan alternatif yang efektif dengan memperkenalkan peringatan berita palsu, prosedur validasi informasi, dan pelacakan informasi yang mungkin masuk dalam kategori hoax.
Regulasi yang dapat dilakukan agar penyebaran hoax bisa diatasi adalah dengan mengedukasi generasi z mengenai pemahaman literasi digital dengan media yang dimana sekarang kita berada di era revolusi industri 4.0, sebagaimana seharusnya kita bisa lebih mudah untuk menganalisis hoax dengan memfilter berita-berita tersebut adalah fakta atau hoax.
Generasi z adalah digital natives, oleh karena itu menggunakan literasi digital untuk mengatasi masifnya hoax di media sosial merupakan salah satu cara yang bisa digunakan, namun karena kurangnya dalam pengetahuan mengenai literasi digital, perlu diberlakukannya upaya-upaya penanggulangannya penyebaran hoax tersebut.
Tahapan regulasi pun tidak mudah untuk diberlakukan, karena hoax sangat susah untuk di musnahkan dari dunia ini, hoax akan terus ada walaupun kita sudah bersusah payah menghilangkannya. Hanya satu cara untuk mencoba mengurangi kemasifan hoax yang berada di era revolusi 4.0 ini.
Dan itu hanya bisa dilakukan oleh generasi z, merekalah generasi yang sudah banyak menerima hoax, dengan begitu mereka yang harus bangkit dengan sikap optimis dan kritis untuk membasmi penyebaran hoax yang masih masif di muka bumi ini.
Upaya untuk penanggungulangannya penyebaran hoax terhadap generasi z, dengan memberikan literasi digital, menggunakan teknologi yang beradi di era revolusi industry 4.0 ini dengan upaya sebagai berikut. Pertama, dengan memberikan seminar mengenai literasi media,
hoax dan media sosial kepada generasi z adalah hal pertama yang akan mengedukasi mereka mengenai bahaya dunia tanpa mengetahui mana yang fakta dan mana yang hoax, maka dari itu diperlukan untuk mengedukasi mereka dengan media seminar dengan tujuan bisa menyampaikan informasi atau gagasan baru yang memiliki sifat ilmiah yang kemudian bisa diterima dengan baik oleh pendengarnya.
Kedua, webinar mengenai pengintegrasian literasi media, dengan begitu, generasi z dapat memilah informasi mana yang benar dan hoax, pula mereka bisa meningkatkan kemampuan individu untuk berpikir lebih kritis dan memahami informasi dan kemampuan digital dapat meningkatkan daya fokus dan konsentrasi individu.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan agar generasi z sebagai digital natives di era revolusi industri 4.0 ini akan menjadi individu yang dapat menanggungulangi penyebaran masifnya hoax di Indonesia,
dengan menggunakan literasi digital sebagaimana karakteristik individu seorang generasi z adalah optimis dan ambisius terhadap hal yang akan mereka capai, maka dari hal itu, generasi z dapat mengatasi hoax dengan memfilter informasi-informasi sesuai fakta dengan membandingjkan yang mana hoax dan fakta.
Meningkatkan pengetahuan mengenai pemahaman literasi digital untuk generasi z juga merupakan upaya yang harus di lakukan agar bisa mencapai regulasi yang akan dituju. Begitu juga dengan pengetahuan mengenai pemahaman akan hoax adalah hal yang tidak bisa dihapus, maka dari itu, sebagai generasi z,
yang adalah seorang digital natives, bisa mendapatkan pengetahuan yang bisa digunakan untuk membuat masa depan bagi generasi selanjutnya lebih positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI