Mohon tunggu...
Angga R Direza
Angga R Direza Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni Geografi UPI

Belajar bermain

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pemanjatan Batu Daya, Dinding Raksasa di Tengah Belantara Kalimantan

1 Februari 2021   09:19 Diperbarui: 5 April 2022   22:58 3507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari Pitch 14, Freden memanjat menuju Puncak/dokpri

Total 15 Pitch, 170 buah hanger yang terpasang, 750 meter panjang lintasan dan 680 meter ketinggian vertikal. Dengan jaringan internet seadanya, Saya mencoba menghubungi Tim di Bandung. “Tim sudah sampai Puncak” Ucap saya singkat, pukul 10.35 tanggal 8 Desember 2020.

Kami sangat senang, tentu Saya juga senang, namun setelah semua kejadian yang telah dilewati, rasanya perjuangan kami berminggu sebelumnya jauh lebih memberikan makna yang sangat berharga daripada sekedar mencapai Puncak.

Berfoto bersama di Puncak batu Daya/dokpri
Berfoto bersama di Puncak batu Daya/dokpri
Sejarah Pemanjatan
Selama memanjat kami sempat melihat beberapa hanger-hanger lama bekas ekspedisi sebelumnya.

Adalah Maruli bersama tim Wanadri pada tahun 1987, tim pertama yang memanjat Batu Daya. Nama Maruli, menjadi sangat dikenal, terutama oleh orang-orang paruh baya di Desa Batu Daya. 

B\Kemudian ekspedisi dari salah satu Universitas di Bandung, sekitar tahun 1989. 

Terkena musibah ketika telah mencapai puncak dan hendak turun, satu orang meninggal dan harus di evakuasi. Konon proses evakuasi tersebut juga harus melibatkan helikopter.

Baru kemudian, pada 1996, kembali dicoba untuk dipanjat oleh Tim dari UNPAD (Rachwa, Boni, Mas, Dan Eris) pemanjatan brutal, selama sebelas hari terus memanjat dengan alpin dan tidur di muka tebing, namun karena kekurangan logistik, terutama air, akhirnya harus terhenti sekitar 2 pitch menjelang puncak.

Setelahnya, menurut kabar ada 1 sampai 2 tim ekspedisi tim lokal yang mencoba, meski Saya kesulitan menemukan catatan tentangnya. lalu di tahun 2011, Mike Libecki, Pria asal Amerika bersama pemandu asal Pontianak bernama Herry berhasil menggapai puncak melalui sisi tenggara. 

Meski singkat, Mike berhasil menceritakan pengalamannya menggapai puncak Batu Daya yang kemudian Saya temukan melalui internet (Dimuat di halaman AAC, American Alpine Club, salah satu club panjat tebing terbesar di Amerika). 

Jalur yang dipanjatnya kemudian ia beri grade 5.10a A1. Dalam ceritanya, Mike memanjat di jalur dengan beberapa semak dan pepohonan yang cukup rapat, sehingga jalur tenggara yang disebutkan Mike, kemungkinan besar bukanlah jalur yang kami lalui, tapi jalur trad mengikuti rekahan dan vegetasi.

Mike Libecki, berfoto bersama keluarga Pak Liong pada kunjungannya di tahun 2011 (Sumber: Laman American Alpine Club)
Mike Libecki, berfoto bersama keluarga Pak Liong pada kunjungannya di tahun 2011 (Sumber: Laman American Alpine Club)
Setahun kemudian datang tim Jepang, namun tak sempat melakukan pemanjatan karena musim hujan yang tak mendukung. Tahun berikutnya, 2013, mereka kembali ketika musim kemarau yang cerah.

Berhasil mencapai puncak –yang Saya duga- melalui jalur yang sebelumnya dipanjat Mike Libecki. Kabarnya, saat itu mereka juga berhasil memanjat tebing tetangganya, Kuwang Kande (980 Mdpl) dan beberapa jalur lain di sana. Setelah itu, tak ada lagi catatan pemanjatan yang berhasil Saya dapatkan.

Angga Resgiana Direza, Alumni Sekolah Panjat Tebing SKYGERS, Tim IBEX (Indonesia Bigwall Expdition) Pernah belajar di JANTERA (Perhimpunan pencinta Alam Geografi FPIPS UPI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun