Mohon tunggu...
Angga R Direza
Angga R Direza Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni Geografi UPI

Belajar bermain

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pemanjatan Batu Daya, Dinding Raksasa di Tengah Belantara Kalimantan

1 Februari 2021   09:19 Diperbarui: 5 April 2022   22:58 3507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fikor, mengamankan tali tambat untuk Freden yang sedang memanjat/dokpri

Sebelum sore biasanya Saya dan Asep mengambil air untuk berbagai keperluan di perkemahan, sekira 10 menit berjalan kaki menuju sebuah sungai kecil. Lalu sore setelah pemanjatan Saya dan Asep kembali harus berjalan sekitar 4 jam, pulang pergi ke Camp 21 untuk mengecas baterai bor dan berbagai perangkat elektronik. 

Diperjalanan, bertemu keluarga Orang Utan hampir setiap hari. Terkadang harus menginap di Rumah Pak Liong karena terlalu cape atau terlalu takut melakukan perjalanan malam.

Jika kasusnya demikian, Saya dan Asep baru akan kembali ke basecamp pagi-pagi buta untuk mengejar waktu pemanjatan. Masalah pengecasan ini juga bikin pusing karena tak bisa dilakukan sembarang waktu, sama seperti di Keranji, listrik hanya dipasok dari generator yang beroperasi pukul 18.00-22.00.

Fikor membuka jalur Pitch 2, tim baru sampai 80 meter pemanjatan/dokpri
Fikor membuka jalur Pitch 2, tim baru sampai 80 meter pemanjatan/dokpri
Di akhir minggu itu, Asep harus kembali ke Bandung, menyisakan tiga orang malang di perkemahan. Kami tak bisa memaksanya untuk bertahan, toh ini cuma perjalanan dadakan yang justru jadi terlalu tanggung untuk tak diselesaikan.

Saat-saat itu, rasanya sulit untuk tak berfikir soal kemungkinan balik kanan dan pulang. Dengan taktik himalayan, minggu pertama itu tim hanya berhasil memanjat hingga Pitch 5, memasang 5 rol tali, dengan ketinggian sekitar 250 meter dari dasar tebing.

Semangat Baru
Kepulangan Asep memberikan efek mental yang lumayan. Ritme pekerjaan yang sudah berjalan semingguan harus kembali diatur ulang. Kami tinggal bertiga, sementara progres pemanjatan jalur sudah cukup tinggi. Terlalu melelahkan jika harus sambil bolak-balik untuk mengecas baterai.

Selang sehari, datanglah Bang Indra, pemanjat asal Pontianak. “Mau bantu-bantu” Katanya. Bersamanya dibawa pula satu buah bor dan dua baterai tambahan milik Om Daniel, pemanjat asal Jakarta, dibawa Om Virgo Dirgantara ke Pontianak yang kebetulan ada urusan pekerjaan. 

Mereka, Freden, Om Virgo, Om Daniel dan Bang Indra sudah melakukan kontak sebelumnya, namun kami Sangat beruntung bang Indra datang lebih cepat dari perkiraan. 

Lumayan memberikan semangat baru setelah kepulangan Asep. Lalu untuk mengatasi masalah pengecasan, dengan meminjam motor Pak Liong, Kami kembali ke Keranji untuk menjemput dan menyewa dua orang pemuda Desa, Jani dan Marcus.

Satu demi satu masalah selesai. Bang Indra sebagai pengganti Asep, mengurus basecamp dengan baik, dengan menggunakan sisa alat, sesekali ikut naik meniti tali. Ditambah ada Jani dan Marcus sebagai tim mobile untuk urusan logistik, mengambil air dan pengecasan. Bor dan baterai tambahan milik Om Daniel juga sangat membantu, tim pemanjat tak lagi harus buru-buru turun membawa baterai karena mengejar jadwal pengecasan. 

Saya sendiri bisa fokus ikut naik mensupport Freden dan Fikor dalam pemanjatan, sambil sesekali mengambil dokumentasi. Empat hari berjalan terasa sangat lancar. Tiap Pitch Kami maksimalkan ±50 meter, sepanjang tali fix yang dibawa. Melewati bagian tebing paling tegak di Pitch, 7, 8, 9 hingga akhirnya sampai di Pitch 10, dengan ketinggian sekitar 500 meter.

Fikor, mengamankan tali tambat untuk Freden yang sedang memanjat/dokpri
Fikor, mengamankan tali tambat untuk Freden yang sedang memanjat/dokpri
Senja itu di Pitch 10, pohon pohon besar di hutan yang rapat nampak seperti hamparan karpet hijau. Hutan primer hanya tersisa sekitar 1000-1500-an meter dari kaki tebing, sisanya telah beralih menjadi perkebunan sawit, membentang sejauh penglihatan. Di kejauhan, semburat matahari sore nampak kemerahan di batas-batas punggungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun