Mohon tunggu...
Erdhie Je
Erdhie Je Mohon Tunggu... karyawan swasta -

suka baca, penikmat cerpen dan puisi. kalau sedang kumat, suka iseng nulis.\r\n\r\nBlog Puisi Jody Erdhianto\r\nerdhiejody.mywapblog.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Toilet, Sumber Inspirasi dan Konspirasi

20 September 2013   17:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar atau membaca kata "toilet", apa yang terbayang di kepala? Pastinya apa yang dibayangkan masing-masing orang akan berbeda. Saya sendiri membayangkan kamar kecil berukuran 1x1 meter, lengkap dengan kloset jongkoknya (itu toilet di tempat kost saya). Tapi mungkin juga ada yang langsung membayangkan hal yang sama, wajah anggota DPR dan calon hakim agung. Silahkan saja.

Terlepas dari anggapan umum bahwa toilet adalah tempat kotor dan tempat buang hajat, ada sedikit orang yang menganggap toilet adalah sumber inspirasi. Mulai dari yang sekadar nongkrong berjam-jam sambil memikirkan ide tulisan (seperti kebiasaan saya), sampai yang membangun restoran dengan mengusung tema toilet. Yang terakhir saya sebut, konon kabarnya meraih sukses melalui bisnis resto ala toilet itu. Restoran toiletnya sudah punya cabang di beberapa negara.

Belakangan ini isu toilet ramai jadi pemberitaan di media. Bukan, bukan karena pemerintah berencana membangun toilet untuk 63 juta rakyat Indonesia yang masih suka BAB di sembarang tempat (BeritaSatu.com 23 Agustus 2013), melainkan karena ulah pejabat kita yang disinyalir memanfaatkan toilet sebagai tempat untuk merancang konspirasi kemakmuran (copas istilah Vicky).

Belum jelas sejauh mana kebenaran isu "lobi toilet" itu, tapi aroma tidak sedap sudah terlanjur berhembus kencang. Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari sempat berkomentar, hal semacam itu adalah praktik lama (detik.com 20 September 2013).

Sebuah komentar yang jujur. Tidak perlu heran jika hukum dan undang-undang di negara ini sering kali berbau busuk.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun