Mohon tunggu...
Era Sofiyah
Era Sofiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh tulis

Hanya buruh tulis yang belajar tulus

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Yuk! Buat Bumi Lebih Ramah Sampah dengan Keranjang Takakura

15 Januari 2023   21:41 Diperbarui: 15 Januari 2023   21:57 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : https://dlh.semarangkota.go.id/

Penggunaan barang-barang sekali pakai saat ini seolah sudah tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Kantong plastik bekas belanjaan, sendok makan plastik dari nasi kotak, sikat gigi plastik merupakan contoh kecil penggunaan barang-barang plastik dalam kehidupan sehari-hari. Barang-barang plastik tersebut pada akhirnya akan menjadi sampah tak terurai yang menggunung dan mengancam kondisi lingkungan.

Oleh sebab itu, dalam beberapa tahun belakangan, mulai diperkenalkan sebuah gerakan sosial yang bernama zero waste atau gaya hidup bebas sampah, sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai maupun lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya agar sampah tidak berakhir di TPA, sehingga dapat menjaga sumber daya dan kelestarian alam.

Sebagai informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, pada tahun 2019 Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah. Lalu pada tahun 2020 produksi sampah nasional naik menjadi 67,8 juta ton. Jika kita mengkalkulasi produksi sampah pada tahun 2020, maka ada sekitar 185.753 ton sampah yang diproduksi setiap hari oleh 270 juta penduduk Indonesia. Itu artinya, setiap satu orang penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram perhari. 

Lebih jauh, sampah kertas akan terurai dalam waktu 2-6 minggu, sampah kulit jeruk terurai dalam 6 bulan, karton susu terurai dalam 5 tahun, kaleng makanan terurai dalam waktu 50 tahun, baterai terurai dalam waktu 100 tahun, diapers/popok sekali pakai terurai dalam waktu 250-500 tahun, sampah plastik baru terurai dalam waktu hingga 1.000 tahun dan sampah gelas membutuhkan 1 juta tahun untuk terurai, bahkan ada kalanya gelas tidak bisa terurai sama sekali.

Sesungguhnya, banyak manfaat dari penerapan gaya hidup bebas sampah, jika kita mau peduli dan berpikir bahwa bumi ini hanyalah pinjaman anak cucu kita kelak

1. Melestarikan sumber daya alam

Dengan menerapkan gaya hidup minim sampah, setidaknya kita ikut berkontribusi melestarikan sumber daya alam. Produk-produk yang kita gunakan dominan dari alam. Bisa dibayangkan jika setiap hari sumber daya alam diambil untuk digunakan, maka lama kelamaan tentu akan terkuras dan habis. Menerapkan gaya hidup minim sampah memiliki peran besar dalam mengurangi produksi barang, khususnya yang hanya sekali pakai. Maka hal yang perlu dilakukan adalah mendorong produksi barang yang tahan lama sehingga mampu mengurangi produksi yang memanfaatkan sumber daya alam.

2. Menurunkan pemanasan global

Pemanasan global menjadi isu yang sangat penting. Hampir semua negara berjuang untuk memeranginya. Penerapan gaya hidup minim sampah bisa jadi sumbangsih besar terhadap penurunan pemanasan global. The Enviromental Protection Agency memperkirakan 42% dari emisi rumah kaca berasal dari produksi makanan olahan dan bahan kemasan plastik. Produksi sampah yang minim dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan olahan rumah sesuai kebutuhan, dibandingkan membeli sehingga penggunaan plastik sekali pakai bisa dinihilkan.

3. Sistem pengelolaan sampah yang baik

Sangat mudah kita temukan sampah berserakan di mana-mana. Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran untuk berperilaku minim sampah, juga menggambarkan pengelolaan sampah yang kurang baik. Menerapkan gaya hidup minim sampah akan membuat pengolaan sampah lebih baik, karena sampah tidak akan bertumpuk. Kita tentu sepakat, jika sampah tidak terkelola dengan baik akan mengancam lingkungan dan juga kesehatan.

4. Menghemat sumber daya

Tidak bisa dinafikkan, perilaku konsumtif yang tidak ramah lingkungan mengeluarkan banyak sumber daya. Misalnya penebangan hutan, pertambangan dan lain sebagainya. Memilih hidup dengan minim sampah bisa menjadi solusi untuk mengurangi daya konsumsi, yang pada ujungnya akan menghemat sumber daya yang ada.

5. Mengurangi polusi udara

Polusi telah jadi salah satu masalah yang sulit diurai. Ia hadir mengancam kehidupan kita. Dengan menerapkan hidup minim sampah bisa saja mengurangi polusi. 

6. Hidup lebih bersih dan sehat

Dengan tidak ada sampah, tentu saja hidup akan lebih bersih dan sehat. Banyak penyakit yang disebabkan oleh sampah. Karenanya, dengan menerapkan hidup minim sampah bisa menyelamatkan kita dari penyakit. Selain itu tentu juga bisa meningkatkan keimanan seseorang, bukankah kebersihan sebagian dari iman?

Keranjang TAKAKURA

Sampah yang berasal dari aktivitas penduduk di perkotaan sangat besar jumlahnya dan berpotensi sebagai sumber gas metana yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming).

Di saat yang sama, ketika kita membuang sisa makanan ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, maka disitulah terbentuk gas metana. yang akan merusak lapisan ozon bumi, dan mengakibatkan perubahan iklim.

Konsekuensi dari perubahan iklim saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.

Pengelolaan sampah yang baik merupakan solusi perubahan iklim yang nyata ada di depan kita. Solusi tersebut tidak melulu membutuhkan teknologi yang mahal dan megah, namun hanya membutuhkan perhatian lebih pada apa yang kita produksi dan konsumsi, dan bagaimana kita mengelolanya ketika sudah tidak bisa dimanfaatkan.

Demikian, kita bisa menyelamatkan bumi dari pemanasan global maupun ancaman bumi lainnya dengan mengeliminasi sampah rumah tangga maupun sisa makanan yang kita konsumsi melalui pengelolaan sampah yang bijak. Tak hanya memilih dan memilah sampah organik maupun non organik, pemilahan sampah yang tepat akan bermanfaat secara ekonomis maupun kesehatan.  

Selain pemilihan dan pemilahan sampah yang tepat, zero waste atau nol sampah yang bisa kita lakukan dalam skala rumah tangga adalah melalui keranjang takakura. Adalah Koji Takakura, peneliti asal Negari Sakura yang melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampah organik. Selama kurang lebih setahun, Koji Takakura mengolah sampah dan membiarkan bakteri tertentu 'memakan' sampah organik.

Sebagai informasi, Koji Takakura adalah seorang ahli kimia terapan dari Himeji Institute of Technology Japan. Namanya mulai dikenal dunia karena berhasil menemukan metode untuk mengurangi timbulan sampah dengan Keranjang Takakura. Beliau telah berkeliling beberapa negara untuk mengkampanyekan kompos seperti ke Malaysia, Australia, Brunei, Bhutan, Nepal, Kosta Rika, dan Indonesia. 

Koji Takakura
Koji Takakura

Keranjang takakura sendiri merupakan teknologi pengomposan yang sangat sederhana untuk menghasilkan kompos sampah organik skala rumah tangga  maupun kawasan yang berbentuk keranjang dan dilapisi kardus bekas serta diisi dengan sekam. Keranjang ini menampung sampah organik kemudian mengubahnya menjadi kompos.

Kelebihan metode ini tidak menimbulkan bau dan cairan, sehingga pelaku rumah tangga dapat meletakkannya di dalam rumah, khususnya di dapur. Metode takakura juga tidak memerlukan lahan yang luas dan kapasitasnya cocok dengan volume sampah domestik rumah tangga. Untuk keranjangnya, boleh menggunakan keranjang bekas ataupun keranjang baju. Sebab keduanya sama-sama tidak bau dan tidak mengganggu.

Bahan lainnya yang dibutuhkan adalah kardus, dedak, sekam, dan bakteri pengurai. Saat ini, bakteri pengurai dapat diperoleh secara mudah dengan membeli ataupun membuat sendiri dengan mencampur air 12 liter, tape ketela 0,5 kg, tempe 0,25 kg, susu fermentasi 1 botol, dan tetes tebu 2 gelas. Campuran tersebut lalu diperam ke dalam wadah selama dua minggu.

Metode Takakura dilakukan melalui tahap berikut:

  • Masukkan kardus ke dalam keranjang untuk menjaga kelembapan
  • Masukkan sekam yang berfungsi untuk menyerap air lindi (air yang dihasilkan sampah). Sekam dibuat menyerupai bantal dengan menjahitnya pada kain jaring.
  • Masukkan bakteri pengurai
  • Masukkan sampah organik yang telah tecacah
  • Masukkan bantalan sekam kembali
  • Tutup dengan kain untuk menghindari lalat
  • Setiap hari campuran tersebut diaduk agar bakteri pengurai dapat mendekomposisi sampah secara merata

https://www-surplus-id.
https://www-surplus-id.

Saat ini sudah banyak LSM maupun online shop yang menjual starter kit untuk melakukan komposting takakura di rumah dengan harga yang beragam apabila kita enggan untuk menyiapkan seluruh perlatannya sendiri.

Jadi, tidak ada lagi alasan untuk belum memulai komposting kan? Yuk!mulai kelola food waste kita dari rumah. Buat bumi lebih ramah sampah dengan keranjang takakura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun