Mohon tunggu...
Era Sofiyah
Era Sofiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh tulis

Hanya buruh tulis yang belajar tulus

Selanjutnya

Tutup

Nature

Asa Berdaya Sarining Segara, Si Pahlawan Ekonomi Nusantara

29 Desember 2022   08:37 Diperbarui: 29 Desember 2022   08:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menggagas sistem tunel melalui program PENA|kemensos.go.id|

Bali tidak hanya menyuguhkan keelokan parasnya yang mendunia. Pulau dewata ini juga menyimpan kekayaan pesisir tak terhingga yang turut mengangkat devisa daerah dan nasional. Salah satunya adalah uyah atau garam tradisional Bali yang sudah terkenal sebagai garam higienis, berkualitas tinggi, dan memiliki cita rasa yang khas. 

Bahkan, produk garam tradisional Bali yang diproduksi di wilayah Desa Kusamba (Klungkung) dan pesisir Pantai Amed (Karangasem) telah dicatatkan dan mendapat pelindungan Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) RI, masing-masing dengan Nomor 06/IG/IX/2015 tertanggal 22 September 2015 dan Nomor 003/F-IG/I/A/2020 tanggal 3 Januari 2020.

Namun demikian, serbuan produk garam impor nyatanya menurunkan sumber perekonomian dan pendapatan krama Bali, yang berdampak pada semakin ditinggalkannya kehidupan sebagai petani garam tradisional. Padahal, Bali sendiri memiliki potensi sangat besar sebagai daerah yang swa-sembada garam dengan produk lokalnya.

Di samping itu, petani garam di Bali  saat ini keberadaanya mulai berkurang. Penghasilan sebagai petani garam juga kurang begitu maksimal, sehingga tidak memiliki daya pikat bagi generasi muda untuk melanjutkan. Pengolahan garam oleh para petani juga sangat tergantung dengan alam. Proses pembuatan garam lebih maksimal pada saat musim kemarau karena mengandalkan terik sinar matahari, kalau musim hujan tentu hasilnya akan turun drastis. 

Salah satu yang masih bertahan adalah petani garam tradisional di Kusamba. Pantai Kusamba sendiri terletak di desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung -- Bali. Dan salah satu bagian tepi pantai Kusamba dikenal sebagai tempat petani garam tradisional yang menghasilkan garam organik bercita rasa tinggi, kualitas baik dan bercita rasa gurih.

Menariknya dari garam Kusamba ini, telah teruji secara klinis mengandung 80 mineral alami yang berbeda sehingga sangat baik untuk kesehatan dan mudah diserap oleh tubuh. Garam Kusamba juga telah digunakan dalam produk kecantikan jenis bath salt. Bath salt atau garam mandi sebutan untuk jenis garam yang bisa digunakan untuk tujuan relaksasi. Menambahkan bath salt pada air saat mandi dapat menghilangkan stres hingga meredakan pegal-pegal di tubuh.

Sebagai wujud dukungan kepada petani garam Kusamba, melalui program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), Kemensos bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya  membangun sistem tunnel di Desa Kusamba pada Juni 2022 lalu. Tunnel tersebut lalu dikelola oleh Kelompok Petani Garam Sarining Segara yang beranggotakan 17 orang. 

menggagas sistem tunel melalui program PENA|kemensos.go.id|
menggagas sistem tunel melalui program PENA|kemensos.go.id|

Produksi garam melalui sistem tunnel tersebut, tentu lebih efisien dari segi tenaga dan waktu dibandingkan dengan produksi garam secara tradisional. Tunnel kelebihannya tidak berat memikul dan tidak tergantung cuaca. Panen pun bisa dilakukan di malam hari. Terbukti, Per Agustus 2022, garam Kusamba dengan sistem tunnel telah dipanen sebanyak dua kali. Limbahnya sendiri terjual sampai 40 jerigen berisi masing-masing 35 liter dengan harga Rp90.000 per jerigen. Garamnya terjual sebanyak 130 kg. Sementara, garam kotor untuk pakan ternak terjual Rp1.500 per kg.

Sistem tunnel yang digagas dari program PENA Kemensos tentu menjadi solusi petani garam tradisional dari makin sempitnya lahan produksi karena abrasi. Pada akhirnya sistem yang mempermudah produksi garam ini kedepan diharapkan pula mampu menarik minat anak muda untuk terjun bertani garam, melestarikan garam Kusamba dari serbuan garam import.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun