Mohon tunggu...
Era Nia Amanda
Era Nia Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aktivitas Siswa Introvert dalam Proses Pembelajaran di Kelas

13 Januari 2025   19:42 Diperbarui: 13 Januari 2025   19:42 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Introvert disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologis, lingkungan dan pengalaman sosial yang berbeda pada setiap individu. Introvert dikaitkan dengan aktivitas yang tinggi di sistem saraf pusat, yaitu ascending reticular activating system (ARAS), sehingga mereka lebih sensitive terhadap rangsangan dan cenderung menghindari situasi yang terlalu merangsang (Hans Eysenck : 1967). Tempramen bawaan seperti reaktivitas tinggi terhadap rangsangan pada bayi, yang dapat menjadi dasar perilaku introvert saat dewasa (Kadan dan Snidman : 1991). Lingkungan yang mendukung refleksi diri dan memberi banyak ruang untuk sendiri dapat membentuk kepribadian introvert. Misal anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tenang serta pola asuh yang memprioritaskan introspeksi cenderung mendorong seseorang menjadi introvert (Susan Cain : 2012). Pengalaman sosial di masa lalu, seperti rasa canggung atau tidak nyaman saat berada di lingkungan sosial dapat memengaruhi seseorang menjadi introvert, hal tersebut terjadi sebagai respons untuk introspeksi terhadap ketidaknyamanan sosial yang dialami (Jonathan Cheek : 2014).

Permasalahan yang sering dijumpai terkait siswa introvert dalam proses pembelajaran di kelas yaitu. bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan belajar dimana itu berkaitan dengan interaksi sosial dan kegiatan berkelompok. Contohnya kasusnya adalah siswa C, seorang siswa introvert yang sering mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman-temannya yang disebabkan oleh ketidaknyamannannya dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ia cenderung menghindar dari keramaian dan perhatian banyak orang seperti presentasi di depan kelas atau diskusi kelompok. Siswa C lebih suka dengan aktivitasnya sendiri, karena terbiasa untuk berfokus pada dunia internalnya, ia merasa tertekan dan kurang percaya diri saat harus berkomunikasi secara aktif pada kegiatan pembelajaran. Beberapa masalah yang sering kali muncul adalah :

  • Kesulitan dalam berinteraksi, menurut (Carl Jung : 1921) siswa introvert lebih fokus pada dunia internal mereka dan menghindari hal yang melibatkan interaksi sosial seperti kegiatan berkelompok atau presentasi di depan kelas. Hal tersebut bisa membuat mereka tidak percaya diri karena kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelas yang menuntut komunikasi yang aktif.
  • Kurang berpartisipasi aktif dalam diskusi, menurut (Jonathan Cheek : 2014) menunjukkan bahwa siswa introvert sering merasa cemas dan canggung dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk berbicara di depan orang banyak. Hal tersebut dapat menghambat kontribusi dan penglaman mereka dalam proses pembelajaran.
  • Menurut (Elaine Aron : 1997) siswa introvert lebih sensitive terhadap rangsangan eksternal seperti suara atau keramaian, yang dapat menimbulkan perasaan tertekan atau kesulitan dalam berkonsentrasi.
  • Kebutuhan waktu untuk berfikir dan refleksi (Susan Cain : 2012) menyatakan bahwa siswa introvert cenderung lebih efektif ketika berpikir secara mandiri. Namun, system pendidikan yang kadang menekankan pada pembelajaran kelompok dan kegiatan sosial dapat menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.

Untuk mengatasi beberapa masalah yang mungkin timbul pada siswa introvert pada pembelajaran di kelas, teori pembelajaran konstruktivisme (Jean Piaget dan Lev Vygotsky) mungkin relevan untuk diterapkan. Yaumi & Hum (2017, hlm. 42) meungungkapkan bahwa konstruktivisme mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas dengan membawa ide-ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh seorang guru yang memfasilitasi perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta didik. Dalam hal ini, meskipun guru tidak melakukan transfer ilmu, guru harus tetap melakukan tindakan-tindakan yang akan memfasilitasi terbangunnya perubahan positif terhadap siswa. Sehingga siswa dapat membangun suatu pengetahuan, keterampilan, atau afeksi positif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mudlofir & Fatimatur (2017, hlm. 12-13) menjelaskan bahwa dalam konstruktivisme, belajar lebih diarahkan pada experimental learning, yaitu adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Eksperimental learning yang dijelaskan dalam konteks konstruktivisme sangat  relevan dengan teori konstruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme, seperti yang dijelaskan oleh para ahli seperti Piaget and Vygotsky, menekan pentingnya pengalaman konkret dalam proses belajar. Ini berarti siswa tidak hanya diberi pengetahuan oleh gurum tetapi mereka aktif membangun pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan dunia nyata, baik melalui eksperimen, diskusi, atau refleksi terhadap pengalaman mereka.

Dengan menerapkan eksperimental learning dalam konteks teori konstuktivisme memberi pendekatan yang relevan untuk menhadapi tantangan siswa introvert pada membelajaran di kelas. Dalam konteks siswa introvert, pembelajaran yang dilakukan adalah dengan memberikan ruang bagi mereka untuk membangun pemahaman secara mandiri, tapi memerikan kesempatan untuk berinteraksi dalam kelompok kecil yang membuat mereka nyaman. Dengan diskusi kelompok kecil, refleksi pribadi atau proyek mandiri dapat membangun pengetahuan mereka tanpa tekanan sosial yang berlebihan. Dengan begitu mereka akan lebih berfokus pada proses pembelajaran  yang dilakukan. Kurangnya partisipasi aktif siswa introvert yang disebabkan oleh rasa cemas atau canggung membuat sulitnya kontibusi dalam diskusi kelas. Dengan teori konstruktivisme hal yang dapat dilakukan adalah memberi waktu siswa untuk memikirkan jawaban secara mandiri agar memiliki persiapan sebelum terlibat dalam dikusi. Keramaian dapat mengganggu konsentrasi siswa khususnya siswa introveret karena memiliki sensitivitas terhadap rengsangan eksternal. Solusi dengan teori konstruktivisme adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang tenang, bisa dengan memanfaatkan media pembelajaran visual atau digital yang tidak banyak membutuhkan interaksi langsung yang menciptakan fleksibilitas siswa.

Dengan penerapan teori konstruktivisme terhadap siswa introvert di dalam pembelajaran di kelas dapat memberi dampak positif . Memberi ruang refleksi pribadi dan proyek mandiri, siswa introvert dapat lebih percaya diri karena menggunakan waktu untuk memahami materi secara mandiri sebelum berinteraksi dengan orang lain. Dengan kelompok kecil memungkinkan siswa introvert merasa lebih nyaman berkontribusi untuk berbagi ide dalam suasana yang mendukung. Menciptakan lingkungan belajar yang tenang, membuat siswa introvert lebih fokus pada materi pembelajaran tanpa terganggu oleh rangsangan eksternal. Penggunaan media pembelajaran digital memerikan fleksibilitas bagi siswa untuk belajar dalam waktu dan lingkungan sesuai dengan kebutuhan demi meningkatkan konsentrasi.

Penerapan teori konstruktivisme meningkatkan hasil belajar siswa introvert. Pendekatan ini mampu membantu siswa untuk memahami materi dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung serta kesempatan siswa untuk eksplorasi mandiri. Siswa dapat mengembangkan kemampuan tanpa beban tekanan sosial yang berlebihan, sehingga mereka bisa mencapai potensi secara maksimal dalam aspek pembelajaran di kelas.

Daftar Pustaka

Fadhilah, Hanny Nur. “Memaknai Sejarah Psikologi Kepribadian Carl Jung, Introvert-Ekstrovert”https://nationalgeographic.grid.id/read/133791428/memaknai-sejarah-psikologi-kepribadian-carl-jung-introvert-ekstrovert?page=all

Cain, S. (2012). Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking. Crown Publishing Group.

CNN Indonesia. “4 Tipe Kepribadian Introvert, Mana yang Sesuai dengan Anda” https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220712120455-284-820380/4-tipe-kepribadian-introvert-mana-yang-sesuai-dengan-anda

Fahlevi, Reza, et al. Psikologi Kepribadian Anak. Sumatra Barat : Get Press Indonesia, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun