Dalam sehari, ibu dan aku dapat memasak hingga 100 nasi bungkus untuk dibagi-bagikan. Meskipun, aku turut memasak aku tetap menemani ayahku untuk berpuasa, meskipun rasa haus menyerangku, namun aku tetap berpegang teguh menjalankan puasa sembari memasak nasi bungkus untuk dibagi-bagikan.
Hampir setiap hari di bulan Ramadhan, aku dan ibuku memasak nasi bungkus pesanan untuk dibagikan di jalanan. Pesanan tersebut terkadang di bagikan ke panti dan masjid-masjid. Bahkan setiap sore aku dan teman-temanku bertugas untuk membagikannya. Dan alangkah senangnya, di tengah Ramadhan ini, kami semua tidak mengenal kata
perbedaan. Karena bagi kami, berbagi kepada sesama, jauh lebih penting daripada mendebatkan kata perbedaan.
Semoga toleransi ini tetap terjaga, agar ibu dan aku tetap dapat memasak pesanan takjil untuk orang-orang sekitar. Dan semoga pertemanan kami tetap awet, tidak memandang perbedaan keyakinan yang ada.
"Tugas maha besar generasi kita adalah mewariskan toleransi bukan kekerasan" - Ridwan Kamil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Kurma Selengkapnya