Manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Rasanya tidak ada seorang pun yang tidak suka jika mendapatkan pujian. Mungkin yang berbeda hanyalah bagaimana cara menanggapinya. Rasa senang dan bahagia saat pujian datang bisa membuat seseorang bersyukur dan mengembalikan setiap pujian kepada Allah SWT, bisa pula membuat seseorang menjadi bangga akan dirinya sendiri.
Sebetulnya kita harus berhati-hati jika mendapatkan pujian. Jika tidak mampu mengelola rasa yang timbul di dalam hati, pujian justru bisa menjerumuskan dan merusak niat dan amal ibadah yang kita lakukan.
Orang-orang yang bertaqwa yang takut kepada Allah amat takut pada pujian karena akan menimbulkan berbagai macam penyakit hati. Kebaikan dan amal ibadah yang semula dilakukan berdasarkan niat yang ikhlas semata-mata hanya karena Allah SWT, lalu karena mendapatkan pujian dari manusia maka timbullah perasaan ujub atau bangga kepada diri sendiri.
Perasaan ini semakin membuat kita merasa senang dengan pujian. Lambat laun tanpa disadari niat pun berbelok. Setiap kebaikan dilakukan hanya untuk mengejar pujian manusia belaka. Hingga kemudian muncullah riya’, mengharapkan amal yang dilakukan akan dilihat oleh orang lain agar mendapatkan sanjungan, bukan ikhlas karena Allah.
Semakin banyak dipuji, semakin lupa untuk melihat ke dalam diri sendiri. Lupa akan cacat atau kekurangan pada dirinya hingga semakin terjerumus ke dalam penyakit hati, timbul rasa sombong dan takabur. Karena kesombongan inilah yang telah membuat iblis tergelincir dan membuat Allah murka.
“... Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong” (QS An Nahl: 23)
"Kesombongan adalah jubah-Ku dan Kebesaran adalah pakaian-Ku. Barang siapa yang bersaing dengan-Ku dengan itu, Aku akan melemparkan mereka ke api Neraka" (HR Abu Dawud)
Begitu bahayanya pujian hingga Rasulullah saw bersabda : “Takutlah kalian pada pujian. Sesungguhnya pujian itu suatu penyembelihan”
Ujub, riya dan takabur yang timbul akibat pujian makhluk adalah penyakit hati yang dapat membakar amal-amal kita layaknya api yang membakar rumput kering. Kebaikan dan amal ibadah kita lakukan hanya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan dari makhluk, maka itulah yang menjadi balasan di dunia bagi amal kita. Tidak ada lagi balasan yang kita terima kelak di akhirat.
Maka jika mendapatkan pujian, hendaklah pujian itu menjadi sarana bagi kita untuk semakin bersyukur danmendekat kepada Allah SWT. Karena hanya dengan pertolongan-Nya kita bisa melakukan semua amal kebaikan yang kita lakukan. Kita kembalikan semua pujian kepada Allah karena hanya Dia lah yang berhak dipuji bukan kita makhluk yang hina ini.
"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS At Taghaabun: 1)
“Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka duga, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan sebab perkataan mereka” (HR Al-Baihaqi)
Wallahu'alam bishawab
eralistyorini.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H