Mengapa? Karena pada Agustus 2015 saja, menurut data BPS Prov. DKI Jakarta, masih ada 368 ribu pengangguran. Dan bila 100 ribu orang perantau junior ini minim skill dan kompetensi, maka besar kemungkinan mereka-mereka ini bakal menjadi pengangguran baru. Imbasnya, tingkat kemiskinan yang bakal semakin tinggi, potensi munculnya konflik sosial, dan berbagai masalah lingkungan (seperti membuang sampah sembarangan) terus-menerus menjangkiti Jakarta.
Sudah saatnya warga desa mengubah paradigma. Bahwa Jakarta bukanlah tempat yang penuh harapan seperti apa yang digembar-gemborkan orang. Tentu saja, pemerintah dapat mengambil peran untuk meminimalisir jumlah kaum urban yang datang. Pemerataan pembangunan, yang berimbas akan pemerataan kesejahteraan, diharapkan membuat warga desa nyaman tinggal di kampungnya, dan menahan diri untuk datang ke kota Jakarta, atau juga kota-kota lainnya di Indonesia.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H