Disaat ratusan anak lainnya mampu belajar di ruangan ber-AC, para anak di SD ini bahkan harus menumpang di ruangan sekolah lain yang tanpa atap, demi tetap mengejar asa akan masa depan. Disaat ribuan anak lainnya duduk di kelas yang dilengkapi parfum ruangan yang wanginya semerbak, mereka harus tetap belajar sambil menutup hidung. Tak ada parfum ruangan, melainkan berganti aroma busuk yang bersumber dari sebuah kandang kerbau, persis di pinggir kelas mereka.
Benar, kawan! Kandang kerbau!!!
***
Entah apa yang dipikirkan oleh 90 pelajar di Sekolah Dasar Negeri Sadah di Desa Kaserangan, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini tentang arti sebuah sekolah. Apakah sekolah yang dikenal oleh anak-anak di pelosok Indonesia lainnya sama dengan sekolah versi mereka? Jangan salahkan mereka jikalau nantinya mereka menganggap sekolah adalah tempat yang busuk, penuh dengan bau menyengat hidung yang sama sekali tak enak untuk ditempati. Jangan salahkan mereka jika nantinya mereka malas menuntut ilmu, tak acuh akan pengetahuan yang kelak menuntun mereka.
Fenomena ini bukanlah hal yang baru di bumi pertiwi. Dari tahun ke tahun, berita akan ketidakmerataan pendidikan di Nusantara merupakan nyanyi sunyi yang terus diputar berulang-ulang. Bahkan, sebelum Tempo meliput ke-90 pelajar ini, dunia internasional sudah paham akan wajah pendidikan kita lewat sebuah artikel (entah situs apa yang melansir) yang memuat sebuah foto akan puluhan pelajar menyeberang sungai, demi pergi sekolah! Saya masih ingat judulnya. "Students in Indonesia do Indiana Jones everyday".Â
Sumber: Tempo Seorang guru sedang mengajar siswa SD Sedah
Yang parahnya lagi, sekolah tempat mereka sebelumnya bernaung akan digusur dan dibangun menjadi kantor pusat Pemerintahan Kabupaten Serang. Walaupun kata Pak Sobana, salah seorang guru di SD Sadah nantinya akan ada bangunan pengganti, toh pemerintah kabupaten belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan menyediakan sebidang tanah untuk mereka. Ah, semoga bukan hanya janji saja.
Apapun alasan pemerintah kabupaten, menggusur sekolah demi mendirikan gedung pemerintahan merupakan tindakan yang kurang etis (sebenarnya, sangat tidak etis). Sekolah merupakan sebuah perwujudan dari ilmu pengetahuan, yang amat sakral wujudnya untuk dipinggirkan. Sekolah ibarat kawah candradimuka yang digunakan untuk menempa generasi penerus guna siap dilepaskan tuk menaklukkan bumi. Kalau kawah candradimuka-nya digusur, mau jadi apa generasi penerus kita? Bukannya Gatotkaca, yang keluar malah Gatot"ngaca" lagi. Hihihi....
Untuk murid SD Sedah:
Nak, tetaplah tabah. Tetaplah bersemangat belajar walaupun sang surya tak mau menghentikan panasnya tuk menyengat engkau. Tetaplah menjaga asa, walaupun sang kerbau yang memang tak berpendidikan itu tidak mau menahan sekejap saja rasa ingin bokernya demi membiarkan hidungmu bebas dari bau busuk. Tetaplah merawat cita, walaupun pemerintahmu sendiri menggusurmu demi membangun istana yang lebih wah lagi dan lagi.Â
Tetaplah tersenyum, nak. Â Tetaplah tersenyum.....
Gresik, 8 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H